Katherine dan Frederick terkejut sekaligus keheranan. Dengan cepat mengurai pelukan lalu serempak menoleh ke sumber suara. Melihat seorang wanita berlari kencang ke arah mereka sambil membawa bayi. Para bangsawan yang lalu lalang di istana pun memusatkan perhatian ke arah sosok tersebut. Celine dan James kebetulan melintas di sekitar mengalihkan pandangan. "Pangeran, Puteri Katherine, tolonglah aku," jerit sang wanita. Pakaiannya compang-camping dan tubuhnya terlihat kotor. Bayi perempuan yang didekapnya pun tidak mengeluarkan suara atau pun menangis. "Pangeran maafkan kami, wanita ini tiba-tiba masuk ke istana!" pekik salah satu penjaga, mengejar dari belakang. "Tidak apa-apa, ada apa Lady?" tanya Frederick sambil berjalan cepat, mendekati wanita yang sepertinya harus dibantu itu. Katherine mengekorinya dari belakang.Belum juga ia menjawab, seorang pria asing di belakang tiba-tiba berseru,"Hei, ke sini kau!"Wanita itu tampak ketakutan dengan cepat berlindung di antara Frederic
Dia langsung menghentikan langkah kaki. Sekarang, keringat dingin mulai timbul di keningnya. "Maafkan aku Puteri," katanya lagi.Katherine melirik sekilas lalu menoleh ke depan kembali. "Simpan kata maafmu itu, biarkan suamimu menjelaskan. Lanjutkan Tuan Simon, katamu istrimu berselingkuh. Lalu kau selama ini ada di mana?" tanya Katherine, melanjutkan interogasi. "Ya dia berselingkuh, selama ini aku memang berkerja di luar kota, dan tadi subuh saat datang ke rumah melihat bayiku terbujur kaku di tempat tidur. Aku mencari dia ke sana kemari, tapi kata tetanggaku, istriku sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah, pergi bersama selingkuhannya. Aku berencana akan mengubur anakku nanti siang, tapi di saat aku sedang tidur, dia mengambil anakku dan berlari ke sini," balasnya, tak ada kebohongan yang terpancar dari matanya. Mendengar hal itu sang wanita tampak mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Secara diam-diam Katherine melihat gerak-geriknya. "Baiklah, sekarang giliranmu," kata Kath
Penasaran? Cucu? Mendengar komentar Celine barusan, mata Katherine berkedip berulang kali.'Apa aku tidak salah mendengar sekarang?' batin Katherine seraya melirik ke samping kemudian melempar senyum kaku, hendak memastikan apa yang dikatakan Celine tadi benar atau tidak.Frederick membalas dengan sebuah senyuman penuh arti pula. Untuk beberapa detik keduanya saling berbicara, melalui sorot mata. Katherine tampak terkejut saat Frederick memberi kode. Mengatakan apa yang didengarnya tadi, semuanya benar."Aku bertanya padamu Katherine, kenapa kau diam?" Celine membuka suara kembali.Sangking terkejutnya dan masih dalam mode tak percaya, Katherine sampai lupa pertanyaan tadi ditujukan padanya. Secepat kilat menoleh ke depan. Namun, belum juga bibirnya bergerak, Frederick langsung menyela. "Masih dalam proses, Mama tenang saja, aku dan Katherine akan segera memberikan Mama dan Papa cucu, benar kan Katherine?" balas Frederick sambil menyenggol pelan lengan Katherine.Katherine mengelu
Katherine semakin terkejut saat mengikuti arah mata Celine. Matanya memicing, melihat Frederick ternyata di luar gazebo. Lelaki bermata biru tersebut berjalan bersama James mendekati mereka sekarang. Entah sejak kapan kedua pria itu berada di sekitar. Sesampainya di dalam, Frederick segera duduk di samping Katherine. James pun melakukan hal yang sama, duduk di sebelah Celine. "Aku tahu, Ma. Mama tenang saja. Bukankah sudah kukatakan tadi, masih dalam proses, benar tidak Katherine?" Frederick tiba-tiba menoleh ke samping, menatap dalam mata Katherine sambil meraih tangan sang istri lalu mengenggamnya erat-erat. Katherine kembali membeku. Lidahnya mendadak kelu. Sebuah tatapan aneh sekali lagi dia dapatkan. Tidak mungkin Frederick melupakan perjanjian kontrak menikah mereka bukan. Di mana tak ada cinta dan tak ada sentuhan-sentuhan di antar kedua belah pihak di atas ranjang. Ya, walaupun sebenarnya ia dan Frederick sudah saling bersentuhan. Namun, dalam tahap wajar. Itu pun akiba
Katherine sangat terkejut. Mata kelabu itu mengerjap singkat. Bagaimana dia tidak terkejut. Tangannya ditarik barusan lalu tubuhnya dipeluk dengan sangat erat dan bibirnya dibungkam dengan kecupan lembut sekarang.Frederick tengah melumat pelan bibir ranumnya dengan lembut dan pelan. Lelaki itu memejamkan mata, sedang menikmati, apa yang tengah dilakukannya sekarang.Katherine masih mematung. Merasa semua ini hanyalah mimpi semata. Namun, alam bawah sadarnya tiba-tiba memberi signal. Memperingati bahwa situasi saat ni salah. Dalam kesadaran penuh Katherine dorong kuat dada bidang Frederick, hingga ada sedikit jarak di antara keduanya. "Fred, apa yang kau lakukan?" tanya Katherine pelan dengan napas ngos-ngosan. Frederick enggan menyahut. Sepasang mata abu-abu itu memandangi Katherine sangat dalam. Katherine membeku kembali. Sebuah tatapan yang membuat hati dan tubuhnya berdesir aneh. Dalam hitungan detik lelaki itu sambar tangan kanannya kemudian menggendong tubuhnya dengan cepat.
"Jangan Ma!" Lea protes tiba-tiba. Zara mengerutkan dahi sejenak, bingung mengapa Lea melarangnya, mengirimkan seseorang ke istana untuk membunuh Katherine.Dia sudah tak mampu lagi, membendung amarahnya. Katherine telah membuat Lea menderita kemarin. Rasa dendam di dalam hatinya, semakin menumpuk-numpuk sekarang. Wanita jalang itu harus segera mati!Rahang Zara mengeras lagi. Dengan napas memburu, dia pun berseru," Kenapa tidak boleh? Apa kau sudah gila?! Katherine telah membuat kau kesakitan, mama tidak akan diam! Mama akan membuat Katherine merasakan apa yang kau alami kemarin!" Terdengarlah helaan napas berat di ujung sana. Kening Lea berkerut, sedang berpikir keras sekarang. Diamnya Lea, membuat Zara semakin meradang. Dia pejamkan matanya sesaat lalu mendengus dingin. "Kau mendengar mama 'kan?"Lea agak sedikit jengkel. Bola matanya berputar ke atas sejenak. "Iya, iya, dari tadi aku mendengar."Zara mendengus kembali."Bukannya aku melarang Mama, tapi Katherine yang sekarang
"Ayo cepat keluar kau hah?!" pekik Zara lagi dengan seringai tajam terukir di bibir. Keringat di dahi Grace mengucur sangat deras. Dia sangat ketakutan. Berusaha memutar otak agar dapat lolos dari wanita berhati iblis itu. Dia melirik ke kanan dan ke kiri. Pupilnya seketika bereaksi, melihat lemari khusus sapu berjarak lima meter darinya sekarang. Tanpa berlama-lama ia berlari cepat lalu masuk ke dalam lemari. Tak lupa juga ia mengambil vas kecil berbahan plastik yang terjatuh disenggolnya tadi."Fiuh ...." Untuk sekarang Grace dapat bernapas lega karena sudah berhasil bersembunyi. Kendati demikian, dia tetap harus bersikap waspada. Karena Zara masih di sekitar. Sementara sosok yang dihindari, tiba-tiba melompat ke ruang tengah. "Dapat kau ...." Zara mengernyit. Melihat keadaan ruangan dalam keadaan kosong, tak ada satu pun makhluk hidup yang terlihat. Zara semakin bingung. Matanya berpendar di ruangan, memindai dan mengamati apakah ada barang yang jatuh atau tidak. Nihil, tak a
Secepat kilat Katherine mengayunkan kaki, menghampiri Frederick dan wanita yang wajahnya sama sekali tak terlihat. Dadanya bergemuruh kuat. Dilanda cemburu buta. Keduanya tampak berbincang-bincang, sepertinya topik obrolan begitu serius. Sampai-sampai Frederick tidak menoleh ke arahnya sekarang. Padahal keadaan di sekitar tampak sepi, hanya ada satu atau dua orang saja yang lalu lalang. 'Siapa sih?' Katherine sangat kesal. Mencoba menerka-nerka siapa sosok tersebut. Karena sangat asing di mata, terlebih topeng yang dikenakan, membuat Katherine kesulitan mengenali wanita itu. Dengan langkah yang cepat Katherine berhasil berdekatan dengan Frederick sekarang. Mengatasi rasa canggung dia keluarkan dehaman kuat agar kedua manusia itu menyadari kedatangannya. "Hm, permisi maaf menganggu," kata Katherine sambil melempar senyum tipis. "Katherine." Frederick spontan menoleh lalu langsung berdiri tepat di samping Katherine. Sementara wajah wanita itu berubah masam. Dia tidak membungkuk at