Share

Bab 4 Sebuah Tawaran

Penulis: Zia Ivy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 14:58:42

Batas kesabaran Arumi sudah habis, saat ia di tuduh dan di pandang rendah oleh pria di depannya. Sampai melepas infus yang menempel di tangan lalu beranjak dari atas brankar dan berjalan dengan langkah terhuyung.

Dewa terkejut, apa lagi saat Arumi hampir terjatuh karena masih merasa pusing dan lemas karena demam terkena hujan kemarin.

Beruntung Dewangga spontan meraih dan menahan pinggang ramping Arumi, tatapan mereka berdua tak sengaja bertemu dan saling memandang, sampai merasakan nafas hangat satu sama lain tubuh mereka menempel tak menyisakan ruang.

Suasana di ruangan itu hening dan sangat canggung.

Jantung Arumi berdegup sangat kencang, beberapa kali ia menelan Saliva saat melihat dekat dan lebih jelas lagi wajah pria yang telah mengambil hal berharga dalam dirinya.

Mengingat tuduhan dan kata-kata menyakitkan tadi, membuat Arumi segera melepaskan lengan Dewa dan segera menjaga jarak.

“Jangan menyentuh ku!” Bentak Arumi.

Dewa menyeringai sembari menggelengkan kepala, dia benar-benar tak habis pikir ketika melihat sikap Arumi.

“Menyentuh mu? Nona, kamu begitu naif siapa yang ingin menyentuh, aku hanya ingin membantu mu, seharusnya aku biarkan orang tidak tahu terima kasih terjatuh saja,” ketus Dewa kedua tangannya terkepal dengan rahang mengeras.

Ketika mereka berdua sedang berdebat, terlihat seorang wanita tua berusia sekitar enam puluh tahunan berpenampilan elegan dan berwibawa, dia adalah nyonya Rima Wijaya pemilik utama Wijaya Grup.

Dia memasuki ruang rawat setelah menerima kabar dari para pengawalnya jika cucu kesayangannya telah berhasil menemukan seorang gadis yang mereka cari.

“Dewa!” Panggilnya.

Seketika Dewa menoleh ke arah sumber suara, yang berada tepat di belakang.

“Nenek, kenapa ke sini?”

Bahkan di media sosial dan perbisnisan foto skandal Dewa dan Arumi sudah tersebar luas oleh oknum pesaing bisnis keluarga mereka yang tidak bertanggung jawab.

Arumi tertegun, saat melihat seorang nyonya yang terlihat bukan seperti orang biasa membuatnya bertanya-tanya dalam hati siapa wanita tua itu.

Tak sengaja mendengar perdebatan antara sang cucu dan Arumi, membuat nyonya Rima sangat kecewa karena sikap Dewa yang dingin dan arogan.

Membuat nyonya Rima menghampiri lalu meraih tangan Arumi. Dan tanpa sungkan lagi mengatakan maksud dan niat baik atas nama cucunya.

“Gadis cantik, siapa nama mu nak? Anak nakal ini adalah cucu pertama nenek namanya Dewa maaf jika sikapnya keras dan juga semena-mena,” sesal nyonya Rima mewakili atas nama Dewa.

Arumi menggelengkan kepala, lalu dia memperkenalkan namanya dan melarang nyonya Rima untuk minta maaf karena dia tidak punya salah padanya.

“Aku Arumi nek, senang bisa bertemu nenek. Tidak usah minta maaf. Karena seharusnya orang yang tidak bisa menjaga ucapannya yang harus meminta maaf pada ku,” sindir Arumi menatap kesal pada Dewa.

“Hey, kamu menyindir ku?” Dewa kesal.

Nyonya Rima segera menegur Dewa, agar bisa menjaga sikap. Terlebih lagi berita di luaran sana semakin liar saat Arumi nyaris saja putus asa. Membuat wanita tua itu tidak ingin mengambil resiko karena ulah sang cucu nama baik keluarga dan perusahaannya yang akan menjadi taruhan besarnya.

Meskipun nyonya Rima sangat ragu akan jawaban Arumi, tapi demi meredam spekulasi liar tentang rumor Dewangga sebagai pimpinan perusahaan yang baru. Membuat ia tanpa ragu melamar Arumi untuk sang cucu, agar semua masalah dan pandangan para klien dan kolega bisnisnya tidak semakin memburuk.

“Arumi, apa kamu gadis yang bersama Dewa kemarin malam?”

Pertanyaan nyonya Rima membuat hati dan perasaan Arumi kembali sedih, apa lagi mengingat rencana pernikahannya bersama sang kekasih harus hancur dan kandas begitu saja.

Arumi hanya menjawab dengan sebuah anggukan, tanpa berani mengucapkan satu patah kata pun bibirnya seolah terkunci dan terpukul atas apa yang telah terjadi.

Melihat Arumi sosok gadis polos dan baik, nyonya Rima mengatakan tuhan utama kedatangannya.

“Arumi, sebagai sesama wanita nenek tahu kamu sangat terpukul atas sikap Dewa. Oleh karena itu sebagai tanggung jawab keluarga Wijaya mau kah kamu menikah dengan Dewa dan menjadi cucu mantu nenek?”

Arumi tercengang, terlebih lagi Dewa. Lelaki tampan dan dingin itu seolah seperti tersambar petir di siang hari saat mendengar permintaan sang nenek pada Arumi.

“Menikah? Nek, apa yang nenek katakan barusan. Aku menikahi dia itu tidak mungkin. Lagi pula sekarang banyak para wanita licik sengaja menggunakan trik agar bisa menjerat seorang pria demi mendapatkan uang.” Dewangga menolak permintaan neneknya.

Bagaimana bisa dia menikahi wanita asing yang tidak dia kenal dan tidak ia cintai, karena baginya kejadian kemarin malam hanya sebuah kecelakaan saja.

Lagi-lagi Arumi di buat jengah dengan penolakan Dewa, tak selalu bersikap arogan dan semena-mena. "Maaf tuan, memangnya siapa yang ingin menikah dengan mu? lagi pula aku juga ingin menikah sekali dalam seumur hidup," balas Arumi. Karena tidak ingin berada lama di ruangan itu. Arumi memutuskan untuk pergi.

Tapi nyonya Rima tentu saja tidak mengijinkannya, dia membujuk Arumi untuk beristirahat dan menenangkan diri terlebih dahulu.

Arumi yang belum tahu harus ke mana dia pulang, terpaksa mematuhi perintah nyonya Rima dan kembali membaringkan diri sejenak seraya berpikir entah apa yang harus ia lakukan setelah sang ayah mengusirnya.

Setelah berhasil membujuk Arumi, nyonya Rima dan Dewa keluar ruangan lebih dulu. Mereka berbicara serius tentang lamaran yang dia tawarkan pada Arumi tadi.

"Nek, bagaimana nenek melamar wanita itu atas nama ku. Aku tidak ingin menikahi wanita yang tidak aku cintai," Dewa kembali menegaskan.

Nyonya Rima di buat kesal oleh cucu yang selalu dia banggakan selama ini, dia berusaha memberi pengertian. Tentang nama baik dan image Dewa sebagai penggantinya di perusahaan.

"Dewa! kamu harus ingat sekarang semua orang sedang memandang mu. Skandal tentang mu sudah tersebar terdengar oleh klien dan para kolega kita. Apa lagi sampai Arumi hampir mengakhiri hidupnya, nenek tidak mau kamu di cap sebagai pria tidak bertanggung jawab. Lagi pula usia mu sudah cukup mapan untuk menikah, hanya dengan sebuah pernikahan masalah ini selesai," Nyonya Rima kembali mengingatkan untuk yang kesekian kalinya dengan nada penuh penekanan.

Tak hanya itu saja, Nyonya Rima kembali menasehati Dewa. Agar dia melupakan dan tidak berharap lagi pada kekasihnya.

Meskipun Dewa tahu, apa yang sang nenek putuskan demi kebaikan dirinya dan keluarga. Tapi lelaki tampan tidak bisa membayangkan jika harus hidup bersama satu atap dengan wanita asing.

"Besok Lusa, kamu dan Arumi akan menikah. Lupakan wanita itu. Setelah beberapa tahun ini dia hanya menempel dan memanfaatkan nama besar mu saja, bagaimana bisa nenek membiarkan mu terus menunggu wanita yang tidak memberi kejelasan dan kepastian tentang hubungan dan status kalian!"

Dewa masih bergeming saat mencerna semua perkataan neneknya, tidak mungkin juga sebagai pimpinan perusahaan membiarkan Image-nya hancur.

"Apakah aku harus benar-benar menikahi wanita itu?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
July Elly
kasihan arumi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 5 Tidak Ada Pilihan

    Arumi masih duduk termenung, dia terlihat bingung kemana lagi dia harus pergi. Melihat ada telepon di meja samping membuat ia meraih dan mencobanya untuk menelpon ke rumah. Berharap sang ayah hanya marah dan emosi sesaat saja. Namun setelah sambungan telepon terhubung tidak ada jawaban, membuat air mata Arumi kembali menetes. "Sepertinya ayah benar-benar marah pada ku," lirihnya. Setelah beberapa menit Dewa berpikir, dengan berat hati lelaki tampan itu akhirnya mengambil keputusan dan menatap wajah wanita yang sudah merawat dan mendidiknya sampai saat ini. "Nenek, aku setuju dengan mu, aku akan menikahinya." Ungkap Dewa dengan kedua tangan yang terkepal. Senyuman bahagia terpancar di wajah nyonya Rima, saat mendengar jawaban cucu kesayangannya. "Keputusan yang tepat Dewa, selain untuk meredam skandal mu. Nenek juga tidak ingin jika sampai kedua pamanmu menatap posisi mu. Sekarang bicarakan dengannya baik-baik, sisanya biar nenek yang mengatur pernikahan kalian," imbuhnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 6 Drama Di Malam Pertama

    Jantung Arumi berdegup sangat kencang, saat menginjakkan kedua kakinya di gedung pesta pernikahan. Wanita cantik itu terlihat menelan saliva-nya beberapa kali. Saat melihat sosok pria mengenakan Tuxedo hitamnya duduk menunggu dirinya untuk melangsungkan janji suci yang akan mereka langsungkan. Nyonya Rima menyambut hangat kedatangan Arumi, dia memperlakukan gadis itu dengan sangat baik sebagai cucu mantunya. "Arumi kau sangat cantik sekali, kemarilah Dewa sudah menunggu mu," sanjung nyonya Rima mengulurkan tangan. Arumi yang sempat ragu dalam hati. Tanpa banyak berpikir lagi perlahan ia mendekat dan duduk tepat di samping Dewa. Seketika Dewa melirik, penampilan Arumi saat ini memang sangat cantik dan anggun sebagai mempelai pengantin wanita. Tapi karena Arumi bukan wanita yang dia cintai membuat ekspresi wajahnya datar dan dingin. Arumi menghela nafas berat, saat acara pernikahannya di mulai yang hanya di hadiri oleh saudara serta kerabat dekat Dewangga saja. Sumpah dan janji

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 7 Hanya Seorang Istri Diatas Kertas

    "Tentu saja tuan Dewa, anda tidak perlu khawatir, karena aku juga sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini," Arumi tersenyum getir dengan bibir merahnya yang terlihat gemetar. Dewa menyunggingkan senyum smrik, setelah mendengar perkataan Arumi. Membuat ia bernafas lega, dia mengingatkan Arumi harus sadar diri dan tidak berpikir lebih tentang pernikahan mereka yang sampai kapan pun tidak akan pernah ada rasa cinta. Tanpa banyak bicara lagi Dewa beranjak dari atas tempat duduknya, lalu dia sengaja tidur di sofa karena tidak ingin tidur satu ranjang dengan Arumi. Arumi yang masih duduk termenung tak sengaja dia melihat akun media sosial mantan kekasihnya Daniel yang saat ini pamer kemesraan dengan adik tiri dengan gambar caption sebuah cicin couple. Hal itu membuat Arumi sedikit Heran, karena bagaimana bisa Daniel dan Rania bisa sedekat itu padahal mereka baru putus beberapa hari itu pun karena kesalahan satu malam bersama Dewa. Melihat Arumi yang masih duduk termenung, membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 8 Berharap Hanya Mimpi

    "Dewa! Ada apa dengan mu? Kenapa terlihat tidak senang, apa ada perkataan nenek yang salah?" satu pertanyaan nyonya Rima memecah keheningan di meja makan yang hanya ada suara sendok dan garpu saling beradu dan berdenting. Dewa tersentak dalam pemikirannya, lalu dia menyanggah karena tidak ingin membuat sang nenek kecewa. "Tidak, apa pun yang nenek perintah itu pasti terbaik untuk Dewa." Mendengar jawaban yang membuat hatinya puas, nyonya Rima tersenyum bahagia lalu melirik ke arah Arumi. Yang sedang makan dengan tatapan mata kosong. "Bagus, Dewa. Nenek sangat bangga karena kamu sekarang sudah mulai berpikir dengan dewasa. Oh iya, Arumi semoga kamu betah dan bahagia tinggal di rumah ini sebagai istri Dewa jika ada hal yang kamu inginkan katakan saja pada para pelayan di sini," Nyonya Rima mengingatkan. Arumi yang masih belum terbiasa dengan lingkungan rumah keluarga Wijaya membuat hati dan pikirannya, seolah tidak ada di sana. Yang ada di dalam hatinya ia berharap ayahnya bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 9 Bukan Wanita Idaman

    Arumi menatap sedih penuh kekecewaan saat melihat sikap kasar ibu tirinya, yang seolah membatasi untuk bertemu dengan sang ayah, namun ia tidak menyerah begitu saja. "Bu, aku ini juga putri ayah, dan berhak tahu keadaannya sekarang," Tegas Arumi terkekeh lalu mencoba masuk ke dalam ruang rawat. Namun Marisa dengan kasar menghalangi bahkan mendorong putri sambung yang sangat dia benci sampai akhirnya terjatuh ke bawah lantai. BRUUUKKK! "Aakkkh sakit," Arumi merintih saat tubuhnya tersungkur ke bawah lantai. Seketika Rania menahan tawa dengan menutup mulutnya, saat melihat Arumi jatuh kesakitan membuat wanita bertubuh sintal itu mencoba untuk mengingatkan ibunya. "Ya ampun, ka Arumi. Maafkan ibu mungkin ibu sedang marah," celetuk Rania dengan sikap manipulatif-nya. Arumi mengelengkan kepala saat ia di perlakukan kasar, lalu berusaha untuk berdiri kembali. Entah itu cuma perasaannya saja atau memang ini adalah sikap asli ibu sambungnya. Padahal sejak awal ayahnya meni

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 10 Lakukan Peranmu Dengan Baik

    Siang berganti malam, setelah supir pribadi keluarga Wijaya membukakan pintu mobil untuk Arumi. Arumi berjalan dengan langkah pelan tubuhnya terasa melayang dan tatapan matanya pun terlihat sangat kosong. Mengingat hari ini banyak orang membuatnya sangat kecewa. Tidak di ijinkan bertemu dengan sang ayah, dan di pecat secara mendadak oleh bosnya membuat Arumi sangat terpukul dan sedih. Nyonya Rima yang sedang menyulam di atas sofa, wanita tua itu beranjak dari tempat duduknya lalu segera menyapa Arumi yang baru saja pulang dengan langkah yang lesu. "Arumi! kamu sudah pulang nak? di mana Dewa?" Satu pertanyaan dari nyonya Rima seraya mengedarkan pandangannya ke belakang Arumi, Arumi terbuyar dari lamunannya lalu gadis cantik itu spontan menjawab seraya menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. "I-iya nek, maaf kalau aku pulang terlalu malam," sesal Arumi dengan nada tergagap. Melihat wajah Arumi yang sembab kening nyonya Rima berkerut, dia sangat penasaran a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 11 Rencana Seseorang

    "Ssstt! diam, nenek sedang melihat kita jadi kau lakukan peran mu sebagai istri yang baik!" Arumi menelan saliva, saat mendengar dan merasakan nafas hangat Dewa yang mendarat tepat di leher jenjangnya. Seketika tatapan mereka saling bertemu dan terkunci sesaat. "Aku tahu, tapi tidak usah memeluk seperti ini," Arumi mendorong dada bidang Dewa. Sampai membuat lelaki tampan itu kembali terbaring di atas ranjang. Nyonya Rima masuk ke dalam dia tak lupa mengingatkan Arumi, agar mau bersabar menghadapi cucunya yang terkadang selalu bersikap angkuh. Arumi tidak berani membangkang ia hanya mengangguk patuh, dan mengiyakan semua perintah nyonya Rima.Tak ingin berdebat pagi nyonya Rima memiliki sebuah cara untuk membuat mereka agar lebih dekat lagi. "Arumi, nenek pusing sekali. Dan ingin beristirahat dulu kamu sekarang adalah istri Dewa, jadi tolong bantu dia untuk memenuhi semua permintaannya." Imbuh nyonya Rima yang sengaja mewanti-wanti. Arumi hanya mengangguk patuh, setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 12 Kesempatan Emas

    Arumi menghentikan langkah kakinya, saat mendengar pertanyaan Dewa. Wanita cantik yang tengah memakai gaun tidur berbahan satin itu pun perlahan memutar badan. Tatapan mereka berdua saling bertemu, dengan suasana yang hening dan canggung. Lalu Arumi membalas perkataan Dewa. "Kenapa tuan baru berkata seperti itu sekarang? bukankah dulu anda berpikir jika aku yang menjebak mu? Sekarang semua itu sudah tidak ada artinya, karena tetap masa depan ku sudah hancur," Arumi meluapkan semua kekesalan dalam hati lalu dia pergi berjalan melewati Dewa. Dewa masih bergeming dengan kedua tangan terkepal, karena baru kali ini ada seorang wanita yang begitu berani mengabaikan perkataannya. "Ck, lihat saja nanti dia sendiri yang akan memohon bantuan ku," Geram Dewa. Arumi yang mengelengkan kepala, rasanya sangat lelah jika harus berbicara dengan pria seperti Dewa yang selalu merasa benar sendiri dan angkuh. "Dari pertama aku sudah bilang begitu, dia baru tahu." Baru saja Arumi akan masuk k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 77 Antara Istri Dan Seorang Pacar

    Clarisa terdiam, saat mendengar pertanyaan Arumi yang sungkan untuk dia jawab. Bagaimana mungkin dia menceritakan tentang Dewa dan beberapa mantan kekasihnya. "Kenapa diam, dari tadi nona Clarisa begitu bersemangat membahas tentang mas Dewa," Arumi masih menanti. Seketika Clarisa merasa tidak enak hati, saat melihat Arumi yang masih menunggu jawaban. Clarisa pun berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Aku hanya bercanda Arumi, sebenarnya Dewa adalah tipikal pria yang sulit untuk jatuh cinta, hanya wanita yang beruntung saja bisa dia cinta, dan termasuk kamu jadi istrinya," kata Clarisa berusaha menghibur Arumi. "Benarkah, aku sangat penasaran kira-kira wanita seperti apa yang jadi cinta pertama mas Dewa, aku sangat penasaran sekali," lirih Arumi. seraya diam-diam menatap Dewa yang saat ini tengah sibuk membahas beberapa keunggulan project barunya. Clarisa menatap Arumi yang merasa jika wanita yang ada di sampingnya, terasa sangat begitu tulus pada Dewa. Sebagai sahaba

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 76 Masa Lalu Seorang Dewa

    "Apa dia istri mu? ko wanitanya beda lagi Dewa? Pertanyaan wanita yang ada di depannya dengan Dewa, membuat kening Arumi berkerut penuh keheranan. Karena dia tidak mengerti maksudnya. Wajah Dewa memerah seperti udang rebus, saat Clarisa meledek dirinya tepat di depan Arumi. "Diam, kamu ini sudah datang terlambat bicara ngawur lagi," bentak Dewa menatap tajam, sepi memberi kode pada sahabat wanitanya itu agar tidak membahas tentang kisah asmaranya. Tapi bukan Clarisa jika tidak julid dengan sahabat kecilnya, bahkan dengan sengaja wanita bertubuh sek-si itu, sengaja melontarkan pertanyaan pada Arumi. "Hay! aku Clarisa, kamu pasti Arumi kan? bagaimana rasanya jadi istri Dewa? jengkel tidak dia banyak ngatur dan banyak bicara bukan?" tanya Clarisa meledek sembari menyeringai. "Clarisa! kamu bicara apa? jangan bicara sembarangan lihat tempat!" tegur Dewa dengan nada membentak. Arumi sama sekali tidak mengerti apa hubungan Dewa dan wanita itu, membuatnya malah ikut pusing d

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 75 Tidak senang

    "Aku sudah membelikan mu buah-buahan, ayo sekarang di makan dulu," Ajak Dewa yang sengaja merangkul bahu Arumi tepat di depan Adrian dengan sangat mesra. Namun sebelum Dewa pergi, dia juga tak lupa mengingatkan Adrian, Agar menunggunya bersama rekannya yang lain dengan tatapan dan nada sinis. Arumi merasa tidak enak hati dengan sikap Dewa yang terlihat jelas tidak suka pada Kaka seniornya dulu. Andrian hanya memancarkan senyum getir seraya menggelegkan kepala, saat melihat sikap Dewa yang seolah sedang mengajak perang dingin dengannya. Setelah sampai di tempat duduk yang ada di area pembangunan hotel itu, Dewa menyuruh Arumi untuk duduk dan makan buah-buahan yang dia beli. "Silahkan Nona Arumi, bukankah tadi kamu ingin makan ini? sekarang ayo makanlah yang banyak," Sindir Dewa kesal menatap tajam istri kontraknya itu. Sebagai seorang pria, entah kenapa setelah cape-cape mencari apa yang di inginkan oleh Arumi, ternyata setelah kembali malah tengah asik mengobrol dengan rek

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 74 Video Mesra

    "Kenapa hanya diam? apa yang aku katakan benarkan?" Dewa menghela nafas kasar, saat mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Laura dengan nada penuh penekanan. Tak ingin berdebat di dalam telepon Dewa sengaja mencari waktu yang tepat untuk berbicara empat mata dengan pikiran yang jernih dan tenang. "Laura, aku masih ada pekerjaan penting setelah pekerjaan ini selesai lebih baik kita bertemu secara langsung," tegas Dewa mematikan sambungan telepon. Lalu kembali mengemudikan mobilnya ke arah Mini market. Laura semakin marah, saat Dewa semakin jauh darinya sampai mematikan panggilan telepon sebelum dia puas bertanya. "Aakkkh, mas Dewa keterlaluan, aku tidak terima jika dia benar punya akan dari ja-lang itu," Teriak Laura yang sedikit frustasi. Sebagai seorang wanita yang lebih dulu mengisi hari Dewa, Laura tidak ingin membiarkan Arumi menjadi seorang ibu dari anak lelaki yang sangat dia cintai. Seketika wanita itu mempunyai sebuah ide. Dengan penuh amarah, Laira pe

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 73 Keinginan Bumil

    Dewa benar-benar tak habis pikir dengan keinginan seorang wanita hamil, membuat ia tidak bisa di tolak apa lagi di depan pria yang pernah menjadi senior Arumi. Kalau Dewa menolak di kiranya bukan suami siaga, terlebih lagi di sana juga banyak para tetua yang spontan memberikan pendapat juga padanya agar keinginan istri sedang hamil tidak boleh di abaikan. "Tuan, istri kalau sedang hamil di turuti keinginannya. Takutnya nanti Bayi-nya ileran kalau kemauan ibunya tidak terpenuhi." "Iya benar tuan, ayo semangat beli buah-buahan untuk istrinya." Ujar beberapa rekan Dewa dengan selorohnya. Arumi yang awalnya hanya ingin mengalihkan perhatian sang suami, agar tidak berdebat dengan Adrian, tapi tanpa ia pikirkan akan menjadi pusat perhatian semua orang di sana. "Aduh! gawat, kenapa aku asal bicara ya? jadinya malah begitu," batin Arumi merutuki diri sendiri karena merasa sang bersalah. Dewa tidak ingin di bilang menjadi pria yang tidak perhatian pada sang istri, kini ia pun me

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 72 Tatapan Tidak Biasa

    Suara dering ponsel Dewa membuat Arumi yang sedang membereskan beberapa dokumen project baru merasa terganggu, karena dari tadi tidak berhenti-berhenti. Membuat wanita cantik itu memberanikan diri untuk mengingatkan. "Tuan, itu kenapa tidak di angkat teleponnya?" tanya Arumi terheran. Dewa menelan ludah setelah tadi mengintip nama id yang ada di ponselnya dari Laura, agar tidak membuat Arumi sedih Dewa berusaha mencari alasan yang tepat. "Ini dari teman ku, nanti saja tidak terlalu penting juga, sekarang apa kamu sudah siapkan semua kontrak kerja sama dengan Adrian?" jelas Dewa yang sengaja berbalik tanya. Dengan sikap disiplin dan penuh tangung jawab, Arumi pun mengatakan jika semuanya sudah beres, tinggal kedua belah pihak menandatanganinya. "Bagus, ternyata kamu juga lumayan berpengalaman pekerjaan." Sanjung Dewa, ia juga bertanya dari mana Arumi memiliki pengalaman kerja. Arumi terdiam, saat mendengar pertanyaan Dewa. Sekilas ia Dejavu saat bekerja dengan Daniel

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 71 Hanya Aku Yang Pantas

    Hera terkejut, saat melihat ada beberapa pria berjas hitam tengah berada ruang resepsionis, dia begitu penasaran hingga perlahan menghampiri. Baru saja akan bertanya, salah satu dari pria berjas hitam itu menghampirinya, lalu menjelaskan jika bos mereka telah membayar lunas semua biaya pengobatan. Membuatnya sangat kecewa karena tidak bisa mencurangi-nya. "Nyonya, biaya pengobatan pak Harun sudah di lunasi tuan Dewa berpesan agar anda tidak lagi menelpon dan mengirim pesan pada nona Arumi, jika ada hal lain lagi anda bisa menghubungi kami," peringat salah satu dari ke empat pengawal Dewa. Hera menggangguk dan mengiyakan semua perintah pria itu, bahkan dia juga mengucapkan terima kasihnya pada pria kepercayaan Dewa. Setelah perintah sang tuan di laksanakan, para pengawal itu pergi. Hera yang masih mematung terlihat sangat kecewa karena tidak bisa menyelipkan uang biaya rumah sakitnya. "Sial, kenapa tidak Arumi yang datang ke sini, setidaknya aku bisa berbohong dan meminta

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 70 Hanya Bisa Patuh

    Keesokan harinya, Hera sangat terkejut saat mendengar perkataan sang Dokter setelah mengetahui hasil medis yang lebih baru jika pak Harun terserang struk ringan juga membuat wanita paruh baya itu kecewa. "Dok! sampai kapan suami saya mengalami struk seperti ini?" Hera memastikan, karena ia sangat lelah saat membayangkan bagaimana mengurusnya juga. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien bisa sembuh total, dan sangat disarankan sekali harus sering cek up, dan di bantu dengan dukungan keluarga juga agar pasien memiliki semangat yang tinggi untuk membantu rasa ingin sembuhnya," imbuh sang Dokter. Hera mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal karena harus banyak menghabiskan banyak waktu dan banyak uang yang harus di keluarka Meskipun ragu, Hera memberanikan diri untuk bertanya apakah pak Harun sudah bisa di bawa pulang. Tentu saja Dokter tidak setuju dan perlu beberapa hari lagi untuk pak Harun di rawat. . "Baiklah Dokter, saya akan mendiskusikan dulu dengan anak-anak saya

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan    Bab 69 Apakah Aku Sudah Terlambat?

    Rini akhirnya menemukan identitas Arumi sesuai keinginan Laura, setelah dia mencari beberapa album prewedding di akun media sosial Dewa. "Nona Laura, lihatlah aku sudah menemukan wanita itu," teriak Rini yang terlihat begitu antusias. Laura yang sedang duduk merias dirinya pun sejenak dia menghentikan aktifitasnya, setelah asisten pribadinya itu menemukan wanita yang sudah membuatnya marah dan kesal. "Bawa ke sini, aku ingin melihatnya!" perintah Laura. Rini beranjak dari sofa, lalu dia membawa laptop lalu memperlihatkan foto pernikahan Dewa dan Arumi yang menjadi trending topik beberapa waktu lalu. Laura menatap tajam penuh kebencian saat melihat Arumi yang berdiri di samping lelaki yang sangat dia cintai. "Dasar wanita penggoda, berani sekali dia mengambil posisi yang seharusnya menjadi milik ku," Geram Laura mengepalkan kedua tangan sembari menggertakkan gigi menahan emosi yang sudah membakar dirinya, rasanya ingin sekali dia menjambak rambut Arumi jika ada di depannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status