Excel dan Ikbal saling menatap kedua jagoan kecil itu terheran, saat Oma Rima malah bengong. "Ikbal! nenek buyut mu kenapa? Ko diam saja aku sapa?" Tanya Excel berbisik. "Benal juga ya, bental aku tanya ya Excel," Ikbal melambaikan tangan mungilnya lalu memanggil nenek buyutnya. Hingga membuat Oma Rima seketika tersadar dari lamunannya. Lalu wanita tua itu tak lupa menyapa balik Excel, yang terlihat begitu menggemaskan. "Halo, kamu teman Ikbal kan? Siapa nama lengkap mu. Wajah mu imut sekali seperti..." Belum sempat Oma Rima menuntaskan perkatannya. Dewa yang baru saja datang, membuat Yura terlihat begitu senang begitu juga dengan Ikbal yang tak kalah bahagia saat bertemu lagi dengan pamannya. "Ka Dewa! Lama kita tidak bertemu," Yura memeluk erat tubuh Kaka angkatnya. Yang sudah menganggap dirinya sebagai adik kandung. "Kau baik-baik saja kan Yura? Ikbal mana?" Dewa memastikan. Yura perlahan melepaskan pelukannya lalu mengangguk dan membenarkan perkataan sang Kaka. Jika
Arumi terlihat sangat gelisah, saat dia beberapa kali menghubungi menghubungi suster Rini. Padahal dia dan Adrian sudah sampai di lokasi tempat sekolah Excel berada. "Arumi! Ada apa?" Tanya Adrian menatap penuh keheranan. "Semua murid dan guru-guru di sekolah telah kembali ke Bandara, tapi Excel tidak ada dan suster Rini malah susah di hubungi, apa terjadi sesuatu pada mereka?" Jawab Arumi semakin panik, karena tidak seperti biasanya baby sister kepercayaannya lost konteks.Adrian berusaha menenangkan Arumi, dengan cara akan menyuruh beberapa orangnya untuk menemukan Excel dan juga baby sisternya. Arumi yang tidak bisa menolak niat baik Adrian, dia pun setuju saja dan tak lupa juga untuk berterima kasih karena selama ini Adrian sering membantunya. "Kamu tidak perlu sungkan pada ku Arumi, aku sangat tulus pada mu dan juga Excel. Aku harap kamu mau memikirkan lamaran ku agar ada yang melindungi kalian," Celetuk Adrian sembari meraih dan mengengam erat tangan Arumi. Sampai Arumi pun
"Paman tampan ini bagus sekali, makasih hadiahnya Ikbal beluntung punya paman yang begitu baik," Celoteh Excel yang tanpa sungkan memuji, bahkan jagoan kecil itu pun terlihat begitu antusias saat membuka isi paper bag yang berisi mobil-mobilan. Dewa pun menatap Excel, entah kenapa dia merasa ikut senang juga saat jagoan kecil itu tersenyum. "Iya dong, siapa dulu paman Dewa selain banyak kaya lagi, oh iya paman Excel ingin meminta bantuan untuk mencali dady-nya di kota ini," bisik Ikbal yang sudah berjanji akan membantu teman baiknya. Dewa pun mengerutkan kedua alis tebalnya saat mendengar perkataan keponakannya. " Bantu cari Dady? Memangnya Dady-nya kenapa?" Tanya Dewa penasaran. Excel dan Ikbal pun saling menatap, jagoan kecil itu terlihat sangat bingung untuk menjelaskannya. Padahal yang di cari di Poto ada di depan mata. Oma Rima tak sengaja mendengar celotehan kedua anak kecil yang berada tidak jauh dari tempat duduknya, saking penasarannya dia pun kembali bertanya. "Cari Dad
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
Suara lengguhan terlontar dari bibir merah Arumi, saat ia merasakan sentuhan hangat dari seorang pria, yang terlihat samar di kedua manik mata bening coklatnya.Kedua jemari lentik sang gadis yang baru genap berusia dua puluh satu tahunan itu, spontan menahan dada bidang menjeda aktifitas sang pria yang tidak bisa dia hindari lagi.“Hentikan!” Arumi memohon dengan suara serak parau dan netra berkabut saat kesadaran dirinya perlahan mulai menghilang berharap sang pria mengabulkan permintaannya.Namun nihil bukannya berhenti, pria itu malah semakin menuntaskan hasrat yang menyelimuti dirinya saat ini.Buliran air mata membasahi wajah Arumi. Saat merasakan hal yang sangat berharga dalam dirinya telah hilang di tengah-tengah ketidakberdayaannya. Beberapa kali Arumi berusaha meronta, namun tenaganya tak sebanding dengan sang pria. Hingga membuat pandangannya yang jelas perlahan menjadi buram dan..Suara desahan dan erangan memenuhi kamar hotel dalam suasana pencahayaan temaram saat kedua
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu
"Paman tampan ini bagus sekali, makasih hadiahnya Ikbal beluntung punya paman yang begitu baik," Celoteh Excel yang tanpa sungkan memuji, bahkan jagoan kecil itu pun terlihat begitu antusias saat membuka isi paper bag yang berisi mobil-mobilan. Dewa pun menatap Excel, entah kenapa dia merasa ikut senang juga saat jagoan kecil itu tersenyum. "Iya dong, siapa dulu paman Dewa selain banyak kaya lagi, oh iya paman Excel ingin meminta bantuan untuk mencali dady-nya di kota ini," bisik Ikbal yang sudah berjanji akan membantu teman baiknya. Dewa pun mengerutkan kedua alis tebalnya saat mendengar perkataan keponakannya. " Bantu cari Dady? Memangnya Dady-nya kenapa?" Tanya Dewa penasaran. Excel dan Ikbal pun saling menatap, jagoan kecil itu terlihat sangat bingung untuk menjelaskannya. Padahal yang di cari di Poto ada di depan mata. Oma Rima tak sengaja mendengar celotehan kedua anak kecil yang berada tidak jauh dari tempat duduknya, saking penasarannya dia pun kembali bertanya. "Cari Dad
Arumi terlihat sangat gelisah, saat dia beberapa kali menghubungi menghubungi suster Rini. Padahal dia dan Adrian sudah sampai di lokasi tempat sekolah Excel berada. "Arumi! Ada apa?" Tanya Adrian menatap penuh keheranan. "Semua murid dan guru-guru di sekolah telah kembali ke Bandara, tapi Excel tidak ada dan suster Rini malah susah di hubungi, apa terjadi sesuatu pada mereka?" Jawab Arumi semakin panik, karena tidak seperti biasanya baby sister kepercayaannya lost konteks.Adrian berusaha menenangkan Arumi, dengan cara akan menyuruh beberapa orangnya untuk menemukan Excel dan juga baby sisternya. Arumi yang tidak bisa menolak niat baik Adrian, dia pun setuju saja dan tak lupa juga untuk berterima kasih karena selama ini Adrian sering membantunya. "Kamu tidak perlu sungkan pada ku Arumi, aku sangat tulus pada mu dan juga Excel. Aku harap kamu mau memikirkan lamaran ku agar ada yang melindungi kalian," Celetuk Adrian sembari meraih dan mengengam erat tangan Arumi. Sampai Arumi pun
Excel dan Ikbal saling menatap kedua jagoan kecil itu terheran, saat Oma Rima malah bengong. "Ikbal! nenek buyut mu kenapa? Ko diam saja aku sapa?" Tanya Excel berbisik. "Benal juga ya, bental aku tanya ya Excel," Ikbal melambaikan tangan mungilnya lalu memanggil nenek buyutnya. Hingga membuat Oma Rima seketika tersadar dari lamunannya. Lalu wanita tua itu tak lupa menyapa balik Excel, yang terlihat begitu menggemaskan. "Halo, kamu teman Ikbal kan? Siapa nama lengkap mu. Wajah mu imut sekali seperti..." Belum sempat Oma Rima menuntaskan perkatannya. Dewa yang baru saja datang, membuat Yura terlihat begitu senang begitu juga dengan Ikbal yang tak kalah bahagia saat bertemu lagi dengan pamannya. "Ka Dewa! Lama kita tidak bertemu," Yura memeluk erat tubuh Kaka angkatnya. Yang sudah menganggap dirinya sebagai adik kandung. "Kau baik-baik saja kan Yura? Ikbal mana?" Dewa memastikan. Yura perlahan melepaskan pelukannya lalu mengangguk dan membenarkan perkataan sang Kaka. Jika
Dewa benar-benar tidak habis pikir dengan sikap sang ibu yang malah membela Laura, dibandingkan mengerti perasaan putranya sendiri. "Cukup Bu! aku bukan lagi anak kecil yang bisa ibu jadikan tameng atau pun robot yang menjadi alat untuk mencapai dan memenuhi semua obsesi mu, aku menikah dan menghabiskan sisa hidupku dengan siapa itu sudah menjadi hak aku dan tidak ada yang bisa mengaturnya!" Dewa meluapkan semua kekesalan yang selama ini telah dia rasakan. Mengingat di masa kecil dia yang sudah kekurangan kasih sayang ibunya, yang hanya di besarkan oleh sang nenek. Membuat Dewa kali ini spontan memberontak. Nyonya Margaretha terkejut, saat melihat dan mendengar perkataan putranya yang tidak pernah dia bayangkan. "Dewa! sejak kamu berani memberontak pada ibu? ibu tidak pernah mengajarkan mu seperti itu. Apa yang ibu perintahkan dan ibu putuskan itu semua demi kebaikan dan kebahagian mu, jadi belajarlah menerima Laura, bukankah dulu kalian saling cinta seharusnya kamu senang a
Melihat wajah polos Excel yang memelas dan memohon, membuat suster Rini tak tega untuk melarang apa lagi mengenai keinginan jagoan kecil itu yang begitu ingin mencari tahu tentang sosok Dady-nya. "Sustel! Ayo," Excel menarik tangan pengasuhnya sampai Rhini pun tidak punya pilihan lain lagi selain menuruti permintaan jagoan kecil bersama Ikbal masuk ke dalam mobil bersama ibunya. Mereka terlihat begitu bersemangat saat akan menuju ke ruang kediaman Wijaya. Sebagai pengasuh Excel, suster Rhini tak lupa bertanya tentang berharap hal pada nyonya Yura. Karena dia tidak ingin sampai kehadiran mereka malah akan mengganggu keluarga besarnya. Hingga Setelah suster setuju, Excel berjalan pun bergegas masuk mobil bersama Ikbal. "Nyonya, maaf jika saya lancang apa tidak apa-apa kami ikut dengannya Nyonya?" Suster Rini memastikan lebih dulu. Yura yang terlihat begitu ramah, dia menyahut dan mengatakan jika dirinya sama sekali tidak keberatan bahkan mengatakan jika di sangat senang aga