Share

Bab 5 Tidak Ada Pilihan

Author: Zia Ivy
last update Last Updated: 2024-11-11 15:00:22

Arumi masih duduk termenung, dia terlihat bingung kemana lagi dia harus pergi. Melihat ada telepon di meja samping membuat ia meraih dan mencobanya untuk menelpon ke rumah. Berharap sang ayah hanya marah dan emosi sesaat saja.

Namun setelah sambungan telepon terhubung tidak ada jawaban, membuat air mata Arumi kembali menetes. "Sepertinya ayah benar-benar marah pada ku," lirihnya.

Setelah beberapa menit Dewa berpikir, dengan berat hati lelaki tampan itu akhirnya mengambil keputusan dan menatap wajah wanita yang sudah merawat dan mendidiknya sampai saat ini. "Nenek, aku setuju dengan mu, aku akan menikahinya." Ungkap Dewa dengan kedua tangan yang terkepal.

Senyuman bahagia terpancar di wajah nyonya Rima, saat mendengar jawaban cucu kesayangannya.

"Keputusan yang tepat Dewa, selain untuk meredam skandal mu. Nenek juga tidak ingin jika sampai kedua pamanmu menatap posisi mu. Sekarang bicarakan dengannya baik-baik, sisanya biar nenek yang mengatur pernikahan kalian," imbuhnya.

Ketika Dewa dan nyonya Rima sedang berbicara serius. Tiba-tiba saja seorang pengawal datang dan memberanikan diri untuk menghampiri.

"Tuan, nyonya maaf atas kelancangan saya." Sesal pengawal itu sembari membungkukkan badan.

"Katakan ada apa?" Dewa mendelik tidak senang.

Tanpa ragu lagi, pengawal itu mengatakan jika dia mendapatkan kabar dari seorang suster jika Arumi melepas semua alamat dan bersih keras ingin pergi.

Dewa terkejut, mengingat kemarin Arumi berbuat nekad dan tidak ingin nama baiknya terseret lagi. Dia segera bergegas dengan langkah lebarnya menuju ke ruang rawat.

Nyonya Rima yang masih mematung di rooftop bangunan beraroma obat-obatan itu hanya memancarkan senyum tipis, dia percaya jika cucunya bisa menyelesaikan masalah ini dengan sendiri.

Setelah selesai mengganti piayama pasien, Arumi meraih gagang pintu dan memutuskan untuk pergi. Tapi Dewa yang lebih dulu sampai dengan cepatnya ia membuka pintu. Sampai mereka berdua tak sengaja berpapasan.

Arumi tersontak kaget, saat melihat Dewa kembali lagi. Tatapan keduanya saling bertemu dan saling memandang suasana di dalam ruangan itu terasa hening dan canggung.

"Tolong beri aku jalan tuan Dewa," satu permintaan yang terlontar di bibir merah Arumi memecah keheningan di antara mereka.

Alih-alih memberikan jalan, Dewa malah menutup pintu dan membuat Arumi terheran seraya menggelengkan-gelengkan kepala.

"Ya ampun apa anda tuli? aku meminta anda memberikan jalan bukan menutup pintu, menyebalkan," umpat Arumi, yang menggeser lalu berjalan melewati Dewa.

Dewa berusaha meredam emosi saat mendengar kata-kata Arumi, lalu dia meraih dan mencengkram tangan, sampai membuat langkah Arumi terhenti.

"Aku tahu kata-kata ku tadi membuat mu tidak nyaman. Tapi seorang pria aku ingin bertanggung jawab, jadi menikahlah dengan ku nona Arumi," celetuk Dewa dengan permintaannya yang terdengar begitu enteng.

Kedua bola mata Arumi membulat, jantungnya bahkan seperti berhenti berdetak saat mendengar perkataan Dewa yang terdengar konyol.

"Menikah? Baru saja tadi kamu meledek bahkan menuduh ku wanita yang hanya ingin mencari uang dengan cara mendekati pria-pria kaya seperti mu, tidak aku ingin menikahi pria arogan dan sombong seperti mu," Arumi tersenyum getir dan menolak dengan tegas.

Kata-kata Arumi menjadi tamparan keras untuk Dewa, baru kali ini ada seorang wanita yang begitu berani menyinggung dan menginjak harga dirinya sebagai seorang pria.

Tapi Dewa tidak punya pilihan lain lagi demi nama baik keluarga dan perusahaan besarnya, selain berusaha menahan diri agar tidak terpancing amarah.

"Siapa yang ingin menikah dengan orang yang tidak cintai? Nona Arumi pernikahan ini bukan pernikahan biasa."

"Maksud mu?" Arumi benar-benar tidak mengerti.

Dewa menghela nafas, lalu dia menjelaskan pernikahan yang dia tawarkan selain status mereka sebagai suami istri di atas kertas. Dia juga menegaskan tidak akan ada kontak fisik di antara mereka layaknya seperti pasangan suami istri pada umumnya, bahkan dia juga menawarkan sejumlah uang yang cukup besar sebagai kompensasi atas kerugian Arumi.

Tak hanya itu saja bahkan Dewa mengingatkan, jika saat ini Arumi menolak maka tidak ada untungnya juga karena orang-orang tetap akan memandang rendah dirinya setelah tidur bersama seorang pria tanpa sebuah ikatan resmi.

Arumi terdiam, kata-kata Dewa membuat hatinya dilema. Setelah kehilangan hal berharga dalam diri rasanya ia juga tidak mungkin lagi untuk kembali bersama dengan Daniel.

Begitu juga dengan ayahnya yang sangat marah dan merasa di permalukan. Membuat Arumi berpikir dengan matang, jika yang tersisa saat ini hanya mempertahankan nama baiknya untuk masa depan.

"Bagaimana apa kamu setuju nona Arumi? Pernikahan ini hanya untuk satu tahun saja, setelah semua skandal kita yang tersebar mereda. Kita bisa kembali lagi hidup masing-masing dan selama kamu menjadi istri ku semua fasilitas keluarga Wijaya bisa kamu pergunakan," tawar Dewangga dengan sikap dingin dan nada angkuh.

Arumi sebenar tidak ingin, tapi sekarang dia tidak punya pilihan lain lagi hingga membuatnya terpaksa setuju. Dan ini semua juga demi menebus kesalahannya pada sang ayah.

"Ba-baiklah, aku setuju. Ku harap semua perkataan mu bisa di pegang tuan Dewa."

"Tentu saja."

Dewa memancarkan senyum smrik, setelah menemukan jalan keluar untuk masalahnya saat ini. Pernikahan ini juga sama-sama menguntungkan untuk mereka berdua. Setidaknya kelak tidak akan terjebak dalam belenggu pernikahan tanpa cinta untuk selamanya.

Beberapa hari kemudian, setelah Arumi menggoreskan tinta hitam di atas berkas kontrak pernikahannya dengan Dewa.

Gadis cantik itu menatap gambaran dirinya yang saat ini tengah duduk di depan meja rias dengan balutan gaun pengantin yang sangat indah. Ketiga Wanita tenaga MUA itu masih sibuk merias wajah dan rambutnya.

Sanjungan dari ketiga wanita itu tak membuat Arumi bahagia, meskipun dia terlihat sebagai mempelai calon pengantin wanita yang sangat cantik, tapi hatinya sangat terluka. Karena tepat di hari ini seharusnya menjadi hari pernikahannya dengan Daniel

Tapi entah itu takdir atau hanya kebetulan kebetulan semata saja. Pernikahan yang dia impikan malah sebentar lagi akan terwujud dengan seorang Dewa.

"Hari ini seharusnya aku menikah dengan Daniel, tapi kenapa sekarang aku malah menikah dengan pria lain? Takdir macam apa ini?" Tanya Arumi dalam hati seraya meremas ujung gaun pengantinnya dengan netra yang berkaca-kaca.

Di tengah-tengah renungan Arumi terlihat seorang pelayan menghampiri lalu menyampaikan sebuah pesan.

"Nyonya, tuan sudah menunggu anda di bawah, sudah waktunya anda turun dan menemuinya," kata sang pelayan.

Arumi tersadar, jantungnya berdegup sangat kencang. Helaan nafas berat mengiringi anggukan sebagai jawaban. Lalu dengan hati yang ragu ia beranjak dari tempat duduk di apit kedua wanita di samping berjalan dengan langkah yang berat menuju ke gedung pesta pernikahan.

"Apa keputusan ku sudah benar menikahi dia?"

Related chapters

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 6 Drama Di Malam Pertama

    Jantung Arumi berdegup sangat kencang, saat menginjakkan kedua kakinya di gedung pesta pernikahan. Wanita cantik itu terlihat menelan saliva-nya beberapa kali. Saat melihat sosok pria mengenakan Tuxedo hitamnya duduk menunggu dirinya untuk melangsungkan janji suci yang akan mereka langsungkan. Nyonya Rima menyambut hangat kedatangan Arumi, dia memperlakukan gadis itu dengan sangat baik sebagai cucu mantunya. "Arumi kau sangat cantik sekali, kemarilah Dewa sudah menunggu mu," sanjung nyonya Rima mengulurkan tangan. Arumi yang sempat ragu dalam hati. Tanpa banyak berpikir lagi perlahan ia mendekat dan duduk tepat di samping Dewa. Seketika Dewa melirik, penampilan Arumi saat ini memang sangat cantik dan anggun sebagai mempelai pengantin wanita. Tapi karena Arumi bukan wanita yang dia cintai membuat ekspresi wajahnya datar dan dingin. Arumi menghela nafas berat, saat acara pernikahannya di mulai yang hanya di hadiri oleh saudara serta kerabat dekat Dewangga saja. Sumpah dan janji

    Last Updated : 2024-11-26
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 7 Hanya Seorang Istri Diatas Kertas

    "Tentu saja tuan Dewa, anda tidak perlu khawatir, karena aku juga sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini," Arumi tersenyum getir dengan bibir merahnya yang terlihat gemetar. Dewa menyunggingkan senyum smrik, setelah mendengar perkataan Arumi. Membuat ia bernafas lega, dia mengingatkan Arumi harus sadar diri dan tidak berpikir lebih tentang pernikahan mereka yang sampai kapan pun tidak akan pernah ada rasa cinta. Tanpa banyak bicara lagi Dewa beranjak dari atas tempat duduknya, lalu dia sengaja tidur di sofa karena tidak ingin tidur satu ranjang dengan Arumi. Arumi yang masih duduk termenung tak sengaja dia melihat akun media sosial mantan kekasihnya Daniel yang saat ini pamer kemesraan dengan adik tiri dengan gambar caption sebuah cicin couple. Hal itu membuat Arumi sedikit Heran, karena bagaimana bisa Daniel dan Rania bisa sedekat itu padahal mereka baru putus beberapa hari itu pun karena kesalahan satu malam bersama Dewa. Melihat Arumi yang masih duduk termenung, membu

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 8 Berharap Hanya Mimpi

    "Dewa! Ada apa dengan mu? Kenapa terlihat tidak senang, apa ada perkataan nenek yang salah?" satu pertanyaan nyonya Rima memecah keheningan di meja makan yang hanya ada suara sendok dan garpu saling beradu dan berdenting. Dewa tersentak dalam pemikirannya, lalu dia menyanggah karena tidak ingin membuat sang nenek kecewa. "Tidak, apa pun yang nenek perintah itu pasti terbaik untuk Dewa." Mendengar jawaban yang membuat hatinya puas, nyonya Rima tersenyum bahagia lalu melirik ke arah Arumi. Yang sedang makan dengan tatapan mata kosong. "Bagus, Dewa. Nenek sangat bangga karena kamu sekarang sudah mulai berpikir dengan dewasa. Oh iya, Arumi semoga kamu betah dan bahagia tinggal di rumah ini sebagai istri Dewa jika ada hal yang kamu inginkan katakan saja pada para pelayan di sini," Nyonya Rima mengingatkan. Arumi yang masih belum terbiasa dengan lingkungan rumah keluarga Wijaya membuat hati dan pikirannya, seolah tidak ada di sana. Yang ada di dalam hatinya ia berharap ayahnya bis

    Last Updated : 2024-11-28
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 9 Bukan Wanita Idaman

    Arumi menatap sedih penuh kekecewaan saat melihat sikap kasar ibu tirinya, yang seolah membatasi untuk bertemu dengan sang ayah, namun ia tidak menyerah begitu saja. "Bu, aku ini juga putri ayah, dan berhak tahu keadaannya sekarang," Tegas Arumi terkekeh lalu mencoba masuk ke dalam ruang rawat. Namun Marisa dengan kasar menghalangi bahkan mendorong putri sambung yang sangat dia benci sampai akhirnya terjatuh ke bawah lantai. BRUUUKKK! "Aakkkh sakit," Arumi merintih saat tubuhnya tersungkur ke bawah lantai. Seketika Rania menahan tawa dengan menutup mulutnya, saat melihat Arumi jatuh kesakitan membuat wanita bertubuh sintal itu mencoba untuk mengingatkan ibunya. "Ya ampun, ka Arumi. Maafkan ibu mungkin ibu sedang marah," celetuk Rania dengan sikap manipulatif-nya. Arumi mengelengkan kepala saat ia di perlakukan kasar, lalu berusaha untuk berdiri kembali. Entah itu cuma perasaannya saja atau memang ini adalah sikap asli ibu sambungnya. Padahal sejak awal ayahnya meni

    Last Updated : 2024-11-29
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 10 Lakukan Peranmu Dengan Baik

    Siang berganti malam, setelah supir pribadi keluarga Wijaya membukakan pintu mobil untuk Arumi. Arumi berjalan dengan langkah pelan tubuhnya terasa melayang dan tatapan matanya pun terlihat sangat kosong. Mengingat hari ini banyak orang membuatnya sangat kecewa. Tidak di ijinkan bertemu dengan sang ayah, dan di pecat secara mendadak oleh bosnya membuat Arumi sangat terpukul dan sedih. Nyonya Rima yang sedang menyulam di atas sofa, wanita tua itu beranjak dari tempat duduknya lalu segera menyapa Arumi yang baru saja pulang dengan langkah yang lesu. "Arumi! kamu sudah pulang nak? di mana Dewa?" Satu pertanyaan dari nyonya Rima seraya mengedarkan pandangannya ke belakang Arumi, Arumi terbuyar dari lamunannya lalu gadis cantik itu spontan menjawab seraya menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. "I-iya nek, maaf kalau aku pulang terlalu malam," sesal Arumi dengan nada tergagap. Melihat wajah Arumi yang sembab kening nyonya Rima berkerut, dia sangat penasaran a

    Last Updated : 2024-11-30
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 11 Rencana Seseorang

    "Ssstt! diam, nenek sedang melihat kita jadi kau lakukan peran mu sebagai istri yang baik!" Arumi menelan saliva, saat mendengar dan merasakan nafas hangat Dewa yang mendarat tepat di leher jenjangnya. Seketika tatapan mereka saling bertemu dan terkunci sesaat. "Aku tahu, tapi tidak usah memeluk seperti ini," Arumi mendorong dada bidang Dewa. Sampai membuat lelaki tampan itu kembali terbaring di atas ranjang. Nyonya Rima masuk ke dalam dia tak lupa mengingatkan Arumi, agar mau bersabar menghadapi cucunya yang terkadang selalu bersikap angkuh. Arumi tidak berani membangkang ia hanya mengangguk patuh, dan mengiyakan semua perintah nyonya Rima.Tak ingin berdebat pagi nyonya Rima memiliki sebuah cara untuk membuat mereka agar lebih dekat lagi. "Arumi, nenek pusing sekali. Dan ingin beristirahat dulu kamu sekarang adalah istri Dewa, jadi tolong bantu dia untuk memenuhi semua permintaannya." Imbuh nyonya Rima yang sengaja mewanti-wanti. Arumi hanya mengangguk patuh, setelah

    Last Updated : 2024-12-01
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 12 Kesempatan Emas

    Arumi menghentikan langkah kakinya, saat mendengar pertanyaan Dewa. Wanita cantik yang tengah memakai gaun tidur berbahan satin itu pun perlahan memutar badan. Tatapan mereka berdua saling bertemu, dengan suasana yang hening dan canggung. Lalu Arumi membalas perkataan Dewa. "Kenapa tuan baru berkata seperti itu sekarang? bukankah dulu anda berpikir jika aku yang menjebak mu? Sekarang semua itu sudah tidak ada artinya, karena tetap masa depan ku sudah hancur," Arumi meluapkan semua kekesalan dalam hati lalu dia pergi berjalan melewati Dewa. Dewa masih bergeming dengan kedua tangan terkepal, karena baru kali ini ada seorang wanita yang begitu berani mengabaikan perkataannya. "Ck, lihat saja nanti dia sendiri yang akan memohon bantuan ku," Geram Dewa. Arumi yang mengelengkan kepala, rasanya sangat lelah jika harus berbicara dengan pria seperti Dewa yang selalu merasa benar sendiri dan angkuh. "Dari pertama aku sudah bilang begitu, dia baru tahu." Baru saja Arumi akan masuk k

    Last Updated : 2024-12-02
  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 13 Harus Move On

    "Rania!" Arumi terkejut, saat melihat adik tiri yang sedang bersama dengan mantan kekasihnya dalam satu mobil yang sama. Bahkan ia juga tak sengaja melihat sebuah cincin berlian yang dulu pernah ia pilihan sendiri sebagai kado ulang tahunnya dari Daniel. Namun kado indah yang seharusnya Arumi terima, kini seolah Daniel melupakan itu semua membuat ia benar-benar sedih. "Aku tidak menyangka jika cincin itu mas Daniel berikan pada Rania," lirih Arumi dalam hati, dengan tatapan yang tak lepas pada jemari Rania. Melihat wajah dan kedua bola mata Arumi berkaca-kaca, membuat Rania menyeringai penuh kemenangan bahkan sengaja untuk memanasi-manasi. "Astaga! ka Arumi kamu ngapain berjalan di tempat macem seperti ini. Jadinya kan gak sengaja kena tumpahan air buangan ku," Cibir Rania seraya menatap ke arah Daniel. "Untuk apa kamu menyapa wanita murahan seperti dia Rania. Sungguh tidak penting sekali," sambung Daniel menatap penuh kebencian pada Arumi. Hati Arumi seperti tertusuk r

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 77 Antara Istri Dan Seorang Pacar

    Clarisa terdiam, saat mendengar pertanyaan Arumi yang sungkan untuk dia jawab. Bagaimana mungkin dia menceritakan tentang Dewa dan beberapa mantan kekasihnya. "Kenapa diam, dari tadi nona Clarisa begitu bersemangat membahas tentang mas Dewa," Arumi masih menanti. Seketika Clarisa merasa tidak enak hati, saat melihat Arumi yang masih menunggu jawaban. Clarisa pun berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Aku hanya bercanda Arumi, sebenarnya Dewa adalah tipikal pria yang sulit untuk jatuh cinta, hanya wanita yang beruntung saja bisa dia cinta, dan termasuk kamu jadi istrinya," kata Clarisa berusaha menghibur Arumi. "Benarkah, aku sangat penasaran kira-kira wanita seperti apa yang jadi cinta pertama mas Dewa, aku sangat penasaran sekali," lirih Arumi. seraya diam-diam menatap Dewa yang saat ini tengah sibuk membahas beberapa keunggulan project barunya. Clarisa menatap Arumi yang merasa jika wanita yang ada di sampingnya, terasa sangat begitu tulus pada Dewa. Sebagai sahaba

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 76 Masa Lalu Seorang Dewa

    "Apa dia istri mu? ko wanitanya beda lagi Dewa? Pertanyaan wanita yang ada di depannya dengan Dewa, membuat kening Arumi berkerut penuh keheranan. Karena dia tidak mengerti maksudnya. Wajah Dewa memerah seperti udang rebus, saat Clarisa meledek dirinya tepat di depan Arumi. "Diam, kamu ini sudah datang terlambat bicara ngawur lagi," bentak Dewa menatap tajam, sepi memberi kode pada sahabat wanitanya itu agar tidak membahas tentang kisah asmaranya. Tapi bukan Clarisa jika tidak julid dengan sahabat kecilnya, bahkan dengan sengaja wanita bertubuh sek-si itu, sengaja melontarkan pertanyaan pada Arumi. "Hay! aku Clarisa, kamu pasti Arumi kan? bagaimana rasanya jadi istri Dewa? jengkel tidak dia banyak ngatur dan banyak bicara bukan?" tanya Clarisa meledek sembari menyeringai. "Clarisa! kamu bicara apa? jangan bicara sembarangan lihat tempat!" tegur Dewa dengan nada membentak. Arumi sama sekali tidak mengerti apa hubungan Dewa dan wanita itu, membuatnya malah ikut pusing d

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 75 Tidak senang

    "Aku sudah membelikan mu buah-buahan, ayo sekarang di makan dulu," Ajak Dewa yang sengaja merangkul bahu Arumi tepat di depan Adrian dengan sangat mesra. Namun sebelum Dewa pergi, dia juga tak lupa mengingatkan Adrian, Agar menunggunya bersama rekannya yang lain dengan tatapan dan nada sinis. Arumi merasa tidak enak hati dengan sikap Dewa yang terlihat jelas tidak suka pada Kaka seniornya dulu. Andrian hanya memancarkan senyum getir seraya menggelegkan kepala, saat melihat sikap Dewa yang seolah sedang mengajak perang dingin dengannya. Setelah sampai di tempat duduk yang ada di area pembangunan hotel itu, Dewa menyuruh Arumi untuk duduk dan makan buah-buahan yang dia beli. "Silahkan Nona Arumi, bukankah tadi kamu ingin makan ini? sekarang ayo makanlah yang banyak," Sindir Dewa kesal menatap tajam istri kontraknya itu. Sebagai seorang pria, entah kenapa setelah cape-cape mencari apa yang di inginkan oleh Arumi, ternyata setelah kembali malah tengah asik mengobrol dengan rek

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 74 Video Mesra

    "Kenapa hanya diam? apa yang aku katakan benarkan?" Dewa menghela nafas kasar, saat mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Laura dengan nada penuh penekanan. Tak ingin berdebat di dalam telepon Dewa sengaja mencari waktu yang tepat untuk berbicara empat mata dengan pikiran yang jernih dan tenang. "Laura, aku masih ada pekerjaan penting setelah pekerjaan ini selesai lebih baik kita bertemu secara langsung," tegas Dewa mematikan sambungan telepon. Lalu kembali mengemudikan mobilnya ke arah Mini market. Laura semakin marah, saat Dewa semakin jauh darinya sampai mematikan panggilan telepon sebelum dia puas bertanya. "Aakkkh, mas Dewa keterlaluan, aku tidak terima jika dia benar punya akan dari ja-lang itu," Teriak Laura yang sedikit frustasi. Sebagai seorang wanita yang lebih dulu mengisi hari Dewa, Laura tidak ingin membiarkan Arumi menjadi seorang ibu dari anak lelaki yang sangat dia cintai. Seketika wanita itu mempunyai sebuah ide. Dengan penuh amarah, Laira pe

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 73 Keinginan Bumil

    Dewa benar-benar tak habis pikir dengan keinginan seorang wanita hamil, membuat ia tidak bisa di tolak apa lagi di depan pria yang pernah menjadi senior Arumi. Kalau Dewa menolak di kiranya bukan suami siaga, terlebih lagi di sana juga banyak para tetua yang spontan memberikan pendapat juga padanya agar keinginan istri sedang hamil tidak boleh di abaikan. "Tuan, istri kalau sedang hamil di turuti keinginannya. Takutnya nanti Bayi-nya ileran kalau kemauan ibunya tidak terpenuhi." "Iya benar tuan, ayo semangat beli buah-buahan untuk istrinya." Ujar beberapa rekan Dewa dengan selorohnya. Arumi yang awalnya hanya ingin mengalihkan perhatian sang suami, agar tidak berdebat dengan Adrian, tapi tanpa ia pikirkan akan menjadi pusat perhatian semua orang di sana. "Aduh! gawat, kenapa aku asal bicara ya? jadinya malah begitu," batin Arumi merutuki diri sendiri karena merasa sang bersalah. Dewa tidak ingin di bilang menjadi pria yang tidak perhatian pada sang istri, kini ia pun me

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 72 Tatapan Tidak Biasa

    Suara dering ponsel Dewa membuat Arumi yang sedang membereskan beberapa dokumen project baru merasa terganggu, karena dari tadi tidak berhenti-berhenti. Membuat wanita cantik itu memberanikan diri untuk mengingatkan. "Tuan, itu kenapa tidak di angkat teleponnya?" tanya Arumi terheran. Dewa menelan ludah setelah tadi mengintip nama id yang ada di ponselnya dari Laura, agar tidak membuat Arumi sedih Dewa berusaha mencari alasan yang tepat. "Ini dari teman ku, nanti saja tidak terlalu penting juga, sekarang apa kamu sudah siapkan semua kontrak kerja sama dengan Adrian?" jelas Dewa yang sengaja berbalik tanya. Dengan sikap disiplin dan penuh tangung jawab, Arumi pun mengatakan jika semuanya sudah beres, tinggal kedua belah pihak menandatanganinya. "Bagus, ternyata kamu juga lumayan berpengalaman pekerjaan." Sanjung Dewa, ia juga bertanya dari mana Arumi memiliki pengalaman kerja. Arumi terdiam, saat mendengar pertanyaan Dewa. Sekilas ia Dejavu saat bekerja dengan Daniel

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 71 Hanya Aku Yang Pantas

    Hera terkejut, saat melihat ada beberapa pria berjas hitam tengah berada ruang resepsionis, dia begitu penasaran hingga perlahan menghampiri. Baru saja akan bertanya, salah satu dari pria berjas hitam itu menghampirinya, lalu menjelaskan jika bos mereka telah membayar lunas semua biaya pengobatan. Membuatnya sangat kecewa karena tidak bisa mencurangi-nya. "Nyonya, biaya pengobatan pak Harun sudah di lunasi tuan Dewa berpesan agar anda tidak lagi menelpon dan mengirim pesan pada nona Arumi, jika ada hal lain lagi anda bisa menghubungi kami," peringat salah satu dari ke empat pengawal Dewa. Hera menggangguk dan mengiyakan semua perintah pria itu, bahkan dia juga mengucapkan terima kasihnya pada pria kepercayaan Dewa. Setelah perintah sang tuan di laksanakan, para pengawal itu pergi. Hera yang masih mematung terlihat sangat kecewa karena tidak bisa menyelipkan uang biaya rumah sakitnya. "Sial, kenapa tidak Arumi yang datang ke sini, setidaknya aku bisa berbohong dan meminta

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 70 Hanya Bisa Patuh

    Keesokan harinya, Hera sangat terkejut saat mendengar perkataan sang Dokter setelah mengetahui hasil medis yang lebih baru jika pak Harun terserang struk ringan juga membuat wanita paruh baya itu kecewa. "Dok! sampai kapan suami saya mengalami struk seperti ini?" Hera memastikan, karena ia sangat lelah saat membayangkan bagaimana mengurusnya juga. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien bisa sembuh total, dan sangat disarankan sekali harus sering cek up, dan di bantu dengan dukungan keluarga juga agar pasien memiliki semangat yang tinggi untuk membantu rasa ingin sembuhnya," imbuh sang Dokter. Hera mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal karena harus banyak menghabiskan banyak waktu dan banyak uang yang harus di keluarka Meskipun ragu, Hera memberanikan diri untuk bertanya apakah pak Harun sudah bisa di bawa pulang. Tentu saja Dokter tidak setuju dan perlu beberapa hari lagi untuk pak Harun di rawat. . "Baiklah Dokter, saya akan mendiskusikan dulu dengan anak-anak saya

  • Istri Kontrak CEO: Malam Tak Terlupakan Ā Ā Ā Bab 69 Apakah Aku Sudah Terlambat?

    Rini akhirnya menemukan identitas Arumi sesuai keinginan Laura, setelah dia mencari beberapa album prewedding di akun media sosial Dewa. "Nona Laura, lihatlah aku sudah menemukan wanita itu," teriak Rini yang terlihat begitu antusias. Laura yang sedang duduk merias dirinya pun sejenak dia menghentikan aktifitasnya, setelah asisten pribadinya itu menemukan wanita yang sudah membuatnya marah dan kesal. "Bawa ke sini, aku ingin melihatnya!" perintah Laura. Rini beranjak dari sofa, lalu dia membawa laptop lalu memperlihatkan foto pernikahan Dewa dan Arumi yang menjadi trending topik beberapa waktu lalu. Laura menatap tajam penuh kebencian saat melihat Arumi yang berdiri di samping lelaki yang sangat dia cintai. "Dasar wanita penggoda, berani sekali dia mengambil posisi yang seharusnya menjadi milik ku," Geram Laura mengepalkan kedua tangan sembari menggertakkan gigi menahan emosi yang sudah membakar dirinya, rasanya ingin sekali dia menjambak rambut Arumi jika ada di depannya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status