Share

Bab 122 Kita Pernah Ada

Wijaya masih menunggu di depan rumah sang ayah, ketika Gina keluar dari rumah besar itu.

“Sudah selesai? Bagaimana Papa?” tanya Wijaya, cemas.

Gina melipat bibir. “Ayo pulang,” ajaknya.

Wajah Wijaya tampak tersipu, ketika mantan istri yang masih dicintainya itu mengajak pulang bersama.

Dia bergegas mengambil mobil, membukakan pintu untuk Gina seperti saat kencan pertama mereka.

“Apa yang Papa bicarakan padamu?” tanya Wijaya, di tengah perjalanan mereka.

“Tidak ada,” jawab Gina singkat. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mengantarku pulang?”

Telinga Wijaya berdiri. Dia spontan menegakkan tubuh, berusaha bersikap normal. Meski kini di dalam hati dia memekik girang karena pertanyaan sepele itu.

“Sepertinya tidak ada. Kenapa?”

Gina berdehem. Dia melipat kedua tangan, membuang muka memandang ke luar jendela.

“Kamu mau makan malam bersamaku?” tawar Wijaya. “Sebelum pulang. Mau makan … “

“Boleh,” sambar Gina, memotong ucapan Wijaya.

Wijaya mengerjap bahagia, dan hampir salah tingkah seperti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status