Hari ini malam terakhir Elrick di Jakarta. Miliarder blasteran Belanda-Indonesia itu menghabiskan malamnya di sebuah club ekspatriat, hanya CEO dari perusahaan besarlah yang bisa menjadi member club eksklusif ini, baik pria maupun wanita. Dan hanya member tertentu yang di perkenankan membawa satu saja non member untuk mendampinginya.
Syarat memasuki club ini pun harus mengenakan topeng setengah wajah, dan anggotanya bebas melakukan apa saja. Topeng itu menutupi identitas mereka, dan tentu saja data mereka juga aman di tangan pengurus club.
Elrick sendiri sudah menjadi member di club ini sejak tiga tahun yang lalu, dan ia selalu menyempatkan diri datang ke club ini setiap kali berkunjung ke rumah Omanya, sekaligus mendatangi kantor cabangnya di Jakarta.
"Tuan, Mr. Colin berhalangan hadir malam ini, tapi dia janji akan mendatangi anda ke Amsterdam," seru Jack, asisten pribadi sekaligus kaki tangan Elrick.
"Kau percaya dengan omong kosong pria tua itu? Saya berani menjamin dia tidak akan menampakkan batang hidungnya di Amsterdam. Segera akuisisi perusahaannya, saya sudah memberinya tenggang waktu yang lama, dan pria tua itu tidak memanfaatkannya dengan baik," tegas Elrick sambil memutar-mutar gelas winennya sebelum menyesapnya, dan Jack mengangguk.
"Baik, Tuan."
"Ya sudah, saya mau kembali lagi ke Penthouse. Kau urus pembayarannya! Saya mau istirahat dan jangan ganggu saya!"
Setelah mengatakan itu, dengan santai Elrick melangkahkan kakinya ke arah private lift, yang akan membawanya ke penthousenya di lantai teratas gedung ini.
Ia melangkah santai dengan sebelah tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya, mengabaikan para wanita yang menggoda dan menatap penuh minat padanya di sepanjang jalan menuju lift.
Elrick meletakkan telapak tangannya di sensor lift, pintu lift pun terbuka dan ia melangkah masuk ke dalamnya.
Tapi saat pintu lift nyaris tertutup, tangan seseorang menahannya hingga pintu itu kembali terbuka, dan seorang wanita muda dengan langkah gontai ikut masuk ke dalam private liftnya.
Dengan panik jemari lentik wanita itu terus menekan tombol close hingga pintu lift kembali tertutup.
Elrick bersandar pada dinding lift, sambil melihat wanita itu yang mulai menghela napas lega, kejadiannya begitu cepat hingga Elrick tidak sempat mencegah wanita itu untuk ikut masuk bersamanya.
Sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, dan menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi, Elrick melihat wanita itu secara menyeluruh.
Wanita itu mengenakan mini dress hitam seatas lutut, dengan model kerah sabrina, topengnya sendiri tidak mampu menutupi kecantikan alami wanita itu. Sementara rambut dark brown panjangnya dibiarkan tergerai indah, menutupi sebagian bahunya yang terlihat putih mulus, semakin menambah anggun penampilannya.
"Apa kau juga pemilik salah satu penthouse, Sayang?" tanyanya dan wanita itu menggelengengkan kepalanya.
"Tidak, tolong biarkan saya ikut ke atas dulu, ada yang berniat menjebak saya. Saya ... Ohh!" wanita itu mengerang pelan dan langsung memeluk dirinya sendiri.
"Ada apa denganmu?"
Elrick melangkah maju mendekati wanita itu, dan menyentuh bahunya yang terbuka. Wanita itu kembali mengerang saat telapak tangan Elrick menyentuh kulitnya. Layaknya magnet, wanita itu langsung tertarik ke arahnya lalu memeluk dan berusaha untuk menciumnya.
Elrick berhasil menghindar dan mendorong wanita itu hingga jatuh terduduk,
"Aww!" pekik wanita itu.
"Apa tujuan kau kesini sama dengan wanita lainnya? Menginginkan anak dari pria asing yang mapan tanpa ikatan pernikahan? Maaf, Nona. Saya bukan pria yang kau maksud!" geram Elrick.
Meski begitu matanya tidak bisa beralih dari wanita itu, seolah-olah sesuatu telah menguncinya.
"Tolong ... Panas! Aku merasa panas, tolong bantu aku … ” rintih wanita itu sambil menekuk dan memeluk kedua lututnya.
Elrick mengerti apa yang tengah dialami oleh wanita itu saat ini,
"Ya Tuhan! Apa ada yang memberimu obat perangsang?" tanyanya.
"Panas ... Tolong aku!" hanya kata itu yang keluar dari mulut wanita itu.
Sejurus kemudian pintu lift terbuka, tidak mau terlibat masalah di negara lain, Elrick bergegas keluar melewati wanita itu, dan langsung mengumpat pelan saat membayangkan wanita malang itu bisa saja di gilir di bawah sana kalau ia tidak menolongnya.
Elrick memang bukan pria suci, tapi lebih baik wanita itu melewati malam ini bersama dengannya, alih-alih dengan para pria hidung belang di bawah sana. Selain itu Elrick merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak mau melepaskan wanita ini begitu saja.
Sambil menggerutu kesal, Elrick membopong wanita itu di lengannya, lalu membawanya masuk ke Penthousenya. Wanita itu terus saja menyurukkan wajahnya ke ceruk leher Elrick, dan erangan protes keluar dari mulutnya saat Elrick menurunkannya.
"Jangan pergi, kamu harus membantuku, aku sedang sekarat!" pinta Aliana sambil menahan tangan Elrick.
"Aku mau mengambilkanmu minum, tenggorokanmu pasti kering," ujar Elrick sambil menepis tangan wanita itu, ia bergegas ke area dapur dan menuang segelas air dingin untuk wanita itu.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa membuka pakaianmu?" tanya Elrick saat kembali ke ruang tamu dan melihat wanita itu tanpa sehelai benangpun.
"Aku tidak tahu, semua di luar kendaliku. Tolong selamatkan aku dari neraka ini. Aku sudah tidak tahan lagi, tolong bantu aku ... "
"Minum ini!" seru Elrick dengan suara serak sambil mengulurkan gelas berisi air dingin. Wanita itu langsung meneguknya hingga habis, dan meyerahkan kembali gelas kosong itu ke Elrick.
"Apa kau tahu hanya ada satu cara untuk membantumu dari siksaan itu?"
"Cara apapun akan aku lakukan, selama aku bisa bebas dari rasa panas ini. Cepat bantu aku."
Elrick menaikkan sebelah alisnya, "Kau sedang memerintah atau sedang minta tolong?" tanyanya.
"Cepat lakukan apa yang harus kamu lakukan, aku sudah tidak tahan!" teriak wanita itu.
"Kalau itu maumu!" seru Elrick sebelum membopong lagi wanita itu dan membawanya ke kamarnya, lalu merebahkannya di atas tempat tidur.
"Kenapa kamu membawaku ke kamar? Apa kamu mau melecehkanku?" tanya wanita itu dengan panik.
"Inilah satu-satunya cara untuk meringankan penderitaanmu itu, Sayang. Aku berada di dalam dirimu," jawab Elrick sambil tersenyum tipis dan menanggalkan semua pakaiannya, wanita itu menjerit sambil menutup wajahnya.
"Kau bertingkah seperti seorang gadis baik-baik saja, tidak ada gadis baik-baik yang akan memasuki club ini!" cibir Elrick sambil mendekati wanita itu.
"Apa tidak ada cara lain lagi?" tanya wanita itu sambil menarik selimut hingga menutupi badannya, tapi Elrick menyibak dan membuang selimut itu ke lantai.
"Ini satu-satunya cara, Sayang!"
"Kau!" geram wanita itu sambil melotot ke arah Elrick.
Mengabaikan tatapan Marah wanita itu, Elric membuka laci meja nakasnya, lalu mengumpat pelan saat tidak dapat menemukan apa yang ia cari.
'Sial! Aku belum pernah berhubungan tanpa alat pelindung!’ sungutnya dalam hati.
Wanita itu menggeleng kuat, "Tidak, itu tidak boleh."
Elrick mengangkat bahunya, "Terserahmu, kalau begitu aku tidak bisa membantumu, biar kita sama-sama menderita."
Wanita itu dengan keras kepala menolak permintaan Elrick, dan menahan gairahnya sekuat tenaganya, meskipun pada akhirnya wanita itu menyerah juga.
"Cepat lakukan sialan, apapun itu selama bisa membebaskanku!" perintahnya.
'Wanita ini luar biasa, mampu meminta tolong dalam bentuk perintah,’ gumam Elrick dalam hati sambil memposisikan diri di atas wanita itu.
Elrick mencium bibir wanita itu, awalnya wanita itu memekik kaget, tapi lama-kelamaan bisa menikmatinya juga, bahkan ikut berpartisipasi di dalam ciuman itu.
Tidak ingin membuang waktu lagi, Elrick dengan cepat menyatukan tubuh mereka,
"Arrrggghhhh!" jerit wanita itu.
Terlambat ...
Dengan kedua siku yang menopang tubuhnya, Elrick mengangkat sedikit punggungnya untuk menatap wajah wanita itu,
"Ya Tuhan! Ini pertama kalinya untukmu? Kenapa kau bisa berada di club itu?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
'Siapa yang dengan tega telah menjebak wanita ini?' lanjutnya dalam hati.
Two Months Later ..."Sekarang katakan siapa ayah dari anak itu?" desak Appa Alex. Yang sekarang nyaris kehilangan kesabarannya, karena Aliana benar-benar tidak tahu siapa pria yang bersamanya malam itu."Appa! Aku tidak tahu siapa pria itu, karena dia tidak melepas topengnya!" jawab Aliana untuk kesekian kalinya.Sonya, Eommanya Aliana kembali berdiri dan menenangkan suaminya, "Sayang, tahan emosimu. Ingat Aliana sedang mengandung cucu kita," bujuk Sonya sambil menarik Alex untuk duduk kembali di sampingnya."Ana, sekarang apa rencanamu?" tanya Eomma Sonya."Aku akan mempertahankan anak ini!" tegas Aliana.Alex kembali berdiri dan jalan hilir-mudik sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, "Kamu bahkan belum menikah, bagaimana kamu mengurus anak itu Ana? Bagaimana kalau anakmu bertanya siapa ayahnya?" tanya Appa Alex."Aku akan jawab kalau aku hamil dari proses inseminasi dari bank sperma," jawab Aliana santai."Ya Tuhan Ana, Mommy tidak akan setuju kamu mengatakan hal seper
Dengan langkah gontai, Elrick melangkah ke kamarnya lalu mengambil handphone dari atas nakas samping tempat tidurnya, dan menelepon asistennya."Jack, Ke rumahku sekarang juga!" perintahnya, dan tanpa menunggu jawaban dari Jack, Elrick langsung mematikan sambungan teleponnya, kemudian merebahkan badannya di atas tempat tidurnya.Elrick mengingat-ingat makanan yang tadi malam ia makan, tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan makanannya. Dan sudah berapa hari ini Elrick tidak minum-minuman beralkohol tinggi, jadi bukan di asam lambung masalahnya.Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarnya, "Siapa?" tanya Elrick sambil memijat keningnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya."Jack, Tuan," sahut Jack."Masuk Jack, pintu tidak terkunci!”Lalu terdengar pintu terbuka, dan Jack masuk sambil menenteng dokumen di lengan kanannya."Ini dokumennya, Tuan!” seru Jack sambil mengulurkan dokumen itu ke arah Elrick."Dokumen apa?" tanya Elrick kesal."Anda menyuruh saya ke sini karena d
Empat Tahun KemudianAkhirnya sesuai dengan target mereka, Aliana Keizaa dan Clarissa berhasil menyelesaikan kuliah pasca sarjana mereka dalam waktu dua tahun, dan gelar Magister Manajemen sudah mereka sandang saat ini.Lengan mereka saling merangkul, dan senyum manis tersungging di wajah ketiganya ke arah kamera Alson, yang mendapat tugas mengabadikan prosesi wisuda adik dan istrinya itu."Mommy!" teriak nyaring Leon sambil berlari ke arah Aliana dan langsung memeluk kakinya. Bocah berusia tiga tahun itu sepertinya berhasil melepaskan diri lagi dari pengasuhnya.Aliana menunduk untuk menggendong putranya itu, "Sayang, Mommy kan sudah bilang, jangan lari-lari nanti kamu jatuh bagaimana?" tegurnya sambil mencubit gemas hidung Leon yang mancung.Leon memainkan tali topi toga Aliana, kemudian menarik lepas topi itu dari kepala Aliana, hingga jepit rambut Aliana ikut terlepas, dan rambut panjangnya tergerai indah hingga ke punggungnya.Seperti tidak menyadari kerusakan yang ia sebabkan p
Elrick menatap pantulan dirinya di depan cermin besar kamarnya. Celana panjang dan kemeja yang serba longgar, serta jas yang baru sekali ini ia lihat mereknya, yang jelas bukan dari desainer ternama.Belum lagi kacamata bulatnya, serta tompel buatan di pipi kanannya, “Oh my God! Saya jadi terlihat nerd seperti ini, jangan sampai salah satu kolega saya melihat saya seperti ini!" gerutunya, lalu menghela napas kesal sebelum menambah lagi rentetan gerutuannya, "Dan jas ini? Darimana kau mendapatkannya? Saya akan membakar pabriknya karena sudah membuat jas yang tidak berkualitas seperti ini!" geram Elrick kesal."Astaga, Tuan. Ini hanya sementara sampai kita mendapatkan kepastian tentang anak itu," timpal Jack sambil mendecakkan lidahnya.Elrick langsung balik badan, dan memberikan tatapan tajam ke arah Jack, "Apa yang saya dengar barusan adalah gerutuanmu, Jack? Kalau kau sudah bosan bekerja dengan saya ... Ajukan segera surat pengunduran dirimu!" ancamya dengan nada dingin.Jack lan
Elrick membanting pintu Penthousenya hingga membentur dinding, dan menyebabkan suara benturan keras yang menggelegar sampai ke balkon samping kolam renang, tempat Jack sedang bersantai sambil menyesap secangkir Americanonya.Dengan tergopoh-gopoh Jack langsung menghampiri Elrick, dan mengambil tas kerjanya dari tangannya, "Bagaimana interviewnya, Tuan?" tanya Jack."Bagus yaa kau bisa duduk santai, sementara saya harus bekerja!" geram Elrick sambil membanting jasnya ke lantai.Jack memilih untuk diam, kemudian menunduk untuk mengambil jas itu dari lantai dan memindahkannya ke rak baju kotor, karena dalam keadaan bossnya yang seperti ini, mau beralasan apapun Jack akan tetap salah, dan ujung-ujungnya gajinya akan di potong lagi."Ambilkan aku champagne!" seru Elrick sambil menggulung lengan kemejanya, dan menjatuhkan dirinya di atas sofa."Tapi anda belum makan, Tuan." "Ambilkan saja cepat! Atau...""Baik, Tuan," sela Jack sebelum Elrick mengatakan akan memotong gajinya lagi, dan Ja
Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu. Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari
Jika ingin melihat seorang introvert menjadi seorang ekstrovert, cobalah mengajaknya berbicara terlebih dahulu! Mereka akan lebih terbuka jika lawan bicaranya membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi pertanyaan yang berbobot dan dikuasai seorang introvert itu.'Baiklah, aku akan mencoba peruntunganku,' gumam Elrick dalam hati, sebelum beranjak mendekati Aliana yang sedang sibuk mencari maianan untuk anaknya, putra mereka."Apa Leon menyukai Thomas dalam bentuk kereta? Atau apapun yang ada gambar Thomasnya?" tanya Elrick dengan suara lembut, itupun sudah membuat Aliana sedikit tersentak kaget, karena tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara."Iya," jawab Aliana sekenanya."Iya apa? Dalam bentuk kereta atau apa?" Elrick kembali bertanya sambil terkekeh pelan. Sekilas Aliana menatap Elrick, sebelum akhirnya mengalihkan lagi perhatiannya ke rak mainan itu, "Keduanya," jawab Aliana lagi dengan sama singkatnya seperti tadi.'Ah, belum berhasil!' desah Elrick dalam hatinya."Rick, tolong a
Tidak sedikit perusahaan yang memilih pemimpin dengan karakteristik ekstrovert sebagai pilihan utama, termasuk perusahaan Elrick, karena interpersonalnya yang cenderung lebih baik, kemampuan networking yang luas dan selalu tampil energik.Tapi hari ini Aliana telah membuka matanya dengan pengetahuan baru, bahwa seorang introvert juga tidak kalah baiknya dalam hal memimpin perusahaan dan memimpin rapat seperti hari ini.Aliana memiliki tendensi untuk membangun komunikasi yang lebih berkualitas dengan konsep one on one. Aliana tahu kapan harus diam untuk mendengarkan saran dan pandangan lain, membuat bawahannya merasa lebih di dengar dan di hargai, yang belum tentu bisa dilakukan seorang ekstrovert.Sifatnya yang cenderung pendiam, membuat Aliana tidak berkoar-koar untuk meninggikan kemampuannya sendiri, dan enggan menyombongkan diri hanya untuk mendapat perhatian orang-orang di sekitarnya. Padahal lebih dari sekali Elrick melihat kesempatan Aliana untuk membanggakan dirinya, tapi itu
"Maaf, tadi aku tidak membawa ponselku," ujar Leia pada Guzmân setelah melihat lebih dari sepuluh panggilan tidak terjawab dari pria itu, dan ia langsung menelepon balik. "memangnya kamu darimana? Kamar mandi?" tanya Guzmân. "Aku dari rumah sakit," jawab Leia. "Kamu sakit apa? Kenapa tidak mengabariku, ah maaf aku lupa kalau ponselmu tidak terbawa. Apa aku perlu ke Apartmentmu? Kamu mau aku bawakan apa" "Hanya kelelahan saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kamu tenang saja." "Mana bisa aku tenang, kalau sahabatku sedang sakit. Besok kita batalkan saja rencana ke taman hiburannya yaa," saran Guzmân. "Ya, maaf. Karena aku ke taaman hiburannya jadi batal," desah Leia. "Kesehatanmu jauh lebih penting, Leia ... Boleh aku ke Apartmentmu?" "Malam ini aku tidur bersama dengan keluargaku di Penthouse Om Keanu. Karena aku
"Kalian lihat? Leuis sangat mengkhawatirkan Leia. Dia bahkan lupa ada kita di sini," ujar mommy Aliana sambil menggelangkan kepalanya."Bukankah Leuis memang seperti itu sejak dulu?" tanya Leon. Ia heran kenapa mommynya bersikap seolah itu adalah hal yang baru untuk Leuis. Padahal sejak dulu, kalau Leon dan Leia sama-sama terjatuh, maka Leia lah yang akan mendapatkan perhatian Leuis, bukan dirinya apalagi yang lain.Kedua pasang orang tua itu, juga Aurora memutuskan untuk tidak memberitahu terlebih dahulu rencana mereka itu pada yang lainnya. Demi lancarnya semua rencana yang telah mereka susun dengan rapi itu."Anak-anak, sebaiknya kalian berangkat lebih dulu ke rumah sakit, ada yang harus kami para orang tua bahas!" seru daddy Keanu. Mereka pun dengan patuh melangkah ke arah lift untuk menuju parkiran mobil."Masih mau lanjut atau tidak?" tanya mommy Cornelia."Sebaiknya lanjut saja, Leuis masih belum berani mengakui perasaannya secara
"Apa kamu serius dengan putri om dan akan menikahinya?" tanya daddy Keanu pada Leuis saat keluarga mereka tengah berkumpul di ruang keluarga di Penthouse opa Hardhan yang kini sudah beralih menjadi milik daddy Keanu itu."Dad ... Kenapa bertanya seperti itu?" keluh Aurora sebelum melirik sekilas Leia yang tengah fokus dengan makanannya."Kenapa? Daddy hanya memastikan saja karena kamu adalah anak Daddy satu-satunya. Tidak ada satupun yang boleh menyakitimu termasuk Leuis!"Daddy Keanu kembali menatap tajam Leuis, "Ayo jawab!" serunya dengan tidak sabar."Saya tidak bisa menjanjikan apapun pada Om, karena saya tidak dapat menebak kedepannya akan seperti apa. Tapi satu hal yang pasti, saya tidak akan pernah menyakiti Aurora," jawab Leuis."Lagipula aku belum mau menikah, Dad! Aku masih mau mengembangkan karir modelku," sambung Aurora."Mau kamu kembangi lagi hingga tahap mana, Aurora? Kamu sudah berada di puncak karirmu saat ini, d
"Siang sekali kau datangnya, dari mana saja?" cecar Leuis ketika pintu kantornya mengayun terbuka, menampakkan sosok Guzmân yang melangkah masuk mendekatinya.Alih-alih merespon Leuis, Guzmân malah mendudukkan dirinya di kursi depan meja kerja Leuis,"Aaahh hari yang membahagiakan ... " desahnya penuh kemenangan.Leuis menyipitkan kedua matanya ke arah Guzmân saat bertanya, "Dan apa tepatnya yang membuatmu bahagia?" Mengingat sahabatnya itu baru saja bertemu dengan Leia, membuat Leuis menduga kalau ini pasti ada hubungannya dengan Leia. Jangan bilang kalau mereka ..."Kami sudah resmi pacaran sekarang," jawab Guzmân dengan nada bangga.Seketika bahu Leuis merosot di kursinya, seolah ada beban berat yang menimpa bahunya itu. Ia menatap Guzmân lekat-lekat mencari jejak kebohongan di sana, tapi sialnya kedua mata pria itu mengatakan yang sebaliknya."Well ... Congratulations, to both of you!" serunya meski tidak terdengar
"Pria itu selalu mendekatiku, Dad! Dan aku sudah kehabisan cara untuk membuatnya menjauh dariku!" keluh Aurora pada daddy Keanu, saat mereka tengah menghadiri pesta cocktail di salah satu rumah klien daddy Keanu yang juga dihadiri daddy Elrick dan mommy Aliana itu.Daddy Keanu melirik pria yang dimaksud putri semata wayangnya itu, pria yang saat ini terus menatap Aurora tanpa berkedip sedikitpun,"Pria seperti itu hanyalah para pria pemburu harta," gumam daddy Elrick yang langsung diamini daddy Keanu,"Ya, aku juga menduganya seperti itu. Dan kamu sudah bertindak benar dengan memilih untuk menjauhkannya, Aurora.""Ya tapi pria itu terus saja mendatangiku, Dad. Dia bahkan mengetahui jadwal pemotretanku dengan tepat. Dia selalu mengetahui lokasiku berada.""Apa kamu mau Daddy menghabisinya?" tanya daddy Keanu.Aurora meringis sebelum menjawab, "Tidak, Demi Tuhan jangan, Dad! Aku hanya ingin menghindarinya bukan menghilangkan nyawa
Karena Guzmân yang terus mendesaknya, pada akhirnya Leia menceritakan semua masalahnya dengan Leuis. Mulai dari c1uman tak terduga mereka di atas jembatan harapan, lanjut ke c1uman Leuis yang lainnya, hingga ke masalah Aurora.Leia tidak lagi dapat menyembunyikan semua kenyataan itu dari Guzmân. Pria itu telah lama curiga kalau ada sesuatu di antara Leia dan Leuis, dan dengan gigihnya selalu mengorek masalah itu dari Leia.Bahkan Leia mengakui kalau sebenarnya ia sangat menyukai Leuis, hanya karena tidak ingin menjadi orang ketiga di dalam hubungan pria itu dengan Aurora, itu makanya ia memilih untuk menjauh.Meski demikian ia tetap merahasiakan kalau Leuis adalah kakak angkatnya, dan Leia adalah putri dari miliarder ternama, Mr. Rick."Jadi, Leuis memintamu untuk turut serta ke Venice?" tanya Guzmân."Yaa ... " jawab Leia sambil memberengut dan menyandarkan punggungnya ke kursinya."Kenapa terlihat kesal seperti itu? Bukankah it
"Hari ini Leia tidak masuk!" seru Leon sambil duduk santai dengan kedua kaki yang ia naikkan ke atas meja.Dari balik meja kerjanya, Leuis menatap kedua kaki yang saling menopang itu tanpa ada keinginan untuk menegurnya untuk menurunkan kakinya, ia tidak mau membuang kata-katanya dengan percuma, adiknya itu tidak akan mau mendengarkan.Sejak Leon kerja di perusahaannya, Leia memang selalu berangkat bareng kakaknya itu. Dan Leia tidak pernah lagi mendatangi unitnya. Wanita itu selalu pulang malam dan beralasan makan di tempat Aletta pada Leon dan sepupu-sepupunya. Dan paginya selalu beralasan Aletta sudah membawakan sarapan pagi untuknya.Apa benar dengan yang dikatakan Alexa tempo hari, kalau Leia menghindarinya hanya karena tidak mau menjadi orang ketiga di dalam hubungannya dengan Aurora? Apa wanita itu benar-benar cemburu pada Aurora?Haruskah Leuis menceritakan yang sebenarnya pada Leia kalau ia dan Aurora hanya tengah berpura-pura p
"Harus banget yaa kamu pindah, Leia?" tanya Alexa pada sepupunya yang tengah packing baju-bajunya untuk di pindahkan ke Apartmentnya yang baru."Apartmentku yang baru lebih dekat jaraknya dari kantor Leuis, Lexa. Bisa dicapai dengan hanya berjalan kaki," jawab Leia."Aku tahu bukan itu kan alasan utamamu untuk segera pindah dari sini?" tebak Alexa.Leia menutup kopernya yang sudah penuh, setelah menguncinya dengan rapat baru ia mengalihkan perhatiannya pada Alexa, "Apa maksudmu?" tanyanya."Leuis, karena dia sekarang telah menjalin hubungan dengan Aurora kan?"Leia tertawa getir, "Astaga ... Darimana pikiran anehmu itu datang, Lexa? Apa hubungannya kepindahanku dengan Leuis dan Aurora? Mereka mau menikah sekalipun aku tidak peduli, aku sudah memiliki Guzmân, apa kamu lupa dengan apa yang daddyku bilang kemarin malam? Kami akan dijodohkan.""Kamu hanya tinggal menyangkalnya saja, Leia. Tidak perlu menjelaskan panjang lebar sepert
"Kamu menyukai Leia kita, ya kan?" tebak Alexa.Mereka tengah menikmati malam hari yang tidak kalah ramainya dengan siang hari di jalanan terindah di kota Paris itu, seperti biasanya Leuis selalu memilih untuk jalan di belakang mereka. Dan Alexa menyamakan langkahnya dengan pria itu saat yang lainnya sudah berada sedikit lebih jauh darinya dan Leuis."Aku memang menyukainya, dia adikku," jawab Leuis dengan santai, dan Alexa memutar kedua bola matanya,"Kamu tahu betul apa maksud dari pertanyaanku tadi, Leuis."Sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celananya, Leuis menatap punggung wanita yang Alexa maksud, yang tengah bergandengan tangan dengan Aletta. Sesekali jari telunjuk wanita itu menunjuk ke salah satu kafe atau apapun selama percakapannya dengan sahabatnya itu.Ya, ia tahu apa maksud dari pertanyaan Alexa tadi, dan ia enggan untuk menjawabnya. Bukan karena ia tidak percaya pada Alexa, tapi karena mengatakan yang sebenarnya pu