Hari ini malam terakhir Elrick di Jakarta. Miliarder blasteran Belanda-Indonesia itu menghabiskan malamnya di sebuah club ekspatriat, hanya CEO dari perusahaan besarlah yang bisa menjadi member club eksklusif ini, baik pria maupun wanita. Dan hanya member tertentu yang di perkenankan membawa satu saja non member untuk mendampinginya.
Syarat memasuki club ini pun harus mengenakan topeng setengah wajah, dan anggotanya bebas melakukan apa saja. Topeng itu menutupi identitas mereka, dan tentu saja data mereka juga aman di tangan pengurus club.
Elrick sendiri sudah menjadi member di club ini sejak tiga tahun yang lalu, dan ia selalu menyempatkan diri datang ke club ini setiap kali berkunjung ke rumah Omanya, sekaligus mendatangi kantor cabangnya di Jakarta.
"Tuan, Mr. Colin berhalangan hadir malam ini, tapi dia janji akan mendatangi anda ke Amsterdam," seru Jack, asisten pribadi sekaligus kaki tangan Elrick.
"Kau percaya dengan omong kosong pria tua itu? Saya berani menjamin dia tidak akan menampakkan batang hidungnya di Amsterdam. Segera akuisisi perusahaannya, saya sudah memberinya tenggang waktu yang lama, dan pria tua itu tidak memanfaatkannya dengan baik," tegas Elrick sambil memutar-mutar gelas winennya sebelum menyesapnya, dan Jack mengangguk.
"Baik, Tuan."
"Ya sudah, saya mau kembali lagi ke Penthouse. Kau urus pembayarannya! Saya mau istirahat dan jangan ganggu saya!"
Setelah mengatakan itu, dengan santai Elrick melangkahkan kakinya ke arah private lift, yang akan membawanya ke penthousenya di lantai teratas gedung ini.
Ia melangkah santai dengan sebelah tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya, mengabaikan para wanita yang menggoda dan menatap penuh minat padanya di sepanjang jalan menuju lift.
Elrick meletakkan telapak tangannya di sensor lift, pintu lift pun terbuka dan ia melangkah masuk ke dalamnya.
Tapi saat pintu lift nyaris tertutup, tangan seseorang menahannya hingga pintu itu kembali terbuka, dan seorang wanita muda dengan langkah gontai ikut masuk ke dalam private liftnya.
Dengan panik jemari lentik wanita itu terus menekan tombol close hingga pintu lift kembali tertutup.
Elrick bersandar pada dinding lift, sambil melihat wanita itu yang mulai menghela napas lega, kejadiannya begitu cepat hingga Elrick tidak sempat mencegah wanita itu untuk ikut masuk bersamanya.
Sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, dan menaikkan sebelah alisnya tinggi-tinggi, Elrick melihat wanita itu secara menyeluruh.
Wanita itu mengenakan mini dress hitam seatas lutut, dengan model kerah sabrina, topengnya sendiri tidak mampu menutupi kecantikan alami wanita itu. Sementara rambut dark brown panjangnya dibiarkan tergerai indah, menutupi sebagian bahunya yang terlihat putih mulus, semakin menambah anggun penampilannya.
"Apa kau juga pemilik salah satu penthouse, Sayang?" tanyanya dan wanita itu menggelengengkan kepalanya.
"Tidak, tolong biarkan saya ikut ke atas dulu, ada yang berniat menjebak saya. Saya ... Ohh!" wanita itu mengerang pelan dan langsung memeluk dirinya sendiri.
"Ada apa denganmu?"
Elrick melangkah maju mendekati wanita itu, dan menyentuh bahunya yang terbuka. Wanita itu kembali mengerang saat telapak tangan Elrick menyentuh kulitnya. Layaknya magnet, wanita itu langsung tertarik ke arahnya lalu memeluk dan berusaha untuk menciumnya.
Elrick berhasil menghindar dan mendorong wanita itu hingga jatuh terduduk,
"Aww!" pekik wanita itu.
"Apa tujuan kau kesini sama dengan wanita lainnya? Menginginkan anak dari pria asing yang mapan tanpa ikatan pernikahan? Maaf, Nona. Saya bukan pria yang kau maksud!" geram Elrick.
Meski begitu matanya tidak bisa beralih dari wanita itu, seolah-olah sesuatu telah menguncinya.
"Tolong ... Panas! Aku merasa panas, tolong bantu aku … ” rintih wanita itu sambil menekuk dan memeluk kedua lututnya.
Elrick mengerti apa yang tengah dialami oleh wanita itu saat ini,
"Ya Tuhan! Apa ada yang memberimu obat perangsang?" tanyanya.
"Panas ... Tolong aku!" hanya kata itu yang keluar dari mulut wanita itu.
Sejurus kemudian pintu lift terbuka, tidak mau terlibat masalah di negara lain, Elrick bergegas keluar melewati wanita itu, dan langsung mengumpat pelan saat membayangkan wanita malang itu bisa saja di gilir di bawah sana kalau ia tidak menolongnya.
Elrick memang bukan pria suci, tapi lebih baik wanita itu melewati malam ini bersama dengannya, alih-alih dengan para pria hidung belang di bawah sana. Selain itu Elrick merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak mau melepaskan wanita ini begitu saja.
Sambil menggerutu kesal, Elrick membopong wanita itu di lengannya, lalu membawanya masuk ke Penthousenya. Wanita itu terus saja menyurukkan wajahnya ke ceruk leher Elrick, dan erangan protes keluar dari mulutnya saat Elrick menurunkannya.
"Jangan pergi, kamu harus membantuku, aku sedang sekarat!" pinta Aliana sambil menahan tangan Elrick.
"Aku mau mengambilkanmu minum, tenggorokanmu pasti kering," ujar Elrick sambil menepis tangan wanita itu, ia bergegas ke area dapur dan menuang segelas air dingin untuk wanita itu.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa membuka pakaianmu?" tanya Elrick saat kembali ke ruang tamu dan melihat wanita itu tanpa sehelai benangpun.
"Aku tidak tahu, semua di luar kendaliku. Tolong selamatkan aku dari neraka ini. Aku sudah tidak tahan lagi, tolong bantu aku ... "
"Minum ini!" seru Elrick dengan suara serak sambil mengulurkan gelas berisi air dingin. Wanita itu langsung meneguknya hingga habis, dan meyerahkan kembali gelas kosong itu ke Elrick.
"Apa kau tahu hanya ada satu cara untuk membantumu dari siksaan itu?"
"Cara apapun akan aku lakukan, selama aku bisa bebas dari rasa panas ini. Cepat bantu aku."
Elrick menaikkan sebelah alisnya, "Kau sedang memerintah atau sedang minta tolong?" tanyanya.
"Cepat lakukan apa yang harus kamu lakukan, aku sudah tidak tahan!" teriak wanita itu.
"Kalau itu maumu!" seru Elrick sebelum membopong lagi wanita itu dan membawanya ke kamarnya, lalu merebahkannya di atas tempat tidur.
"Kenapa kamu membawaku ke kamar? Apa kamu mau melecehkanku?" tanya wanita itu dengan panik.
"Inilah satu-satunya cara untuk meringankan penderitaanmu itu, Sayang. Aku berada di dalam dirimu," jawab Elrick sambil tersenyum tipis dan menanggalkan semua pakaiannya, wanita itu menjerit sambil menutup wajahnya.
"Kau bertingkah seperti seorang gadis baik-baik saja, tidak ada gadis baik-baik yang akan memasuki club ini!" cibir Elrick sambil mendekati wanita itu.
"Apa tidak ada cara lain lagi?" tanya wanita itu sambil menarik selimut hingga menutupi badannya, tapi Elrick menyibak dan membuang selimut itu ke lantai.
"Ini satu-satunya cara, Sayang!"
"Kau!" geram wanita itu sambil melotot ke arah Elrick.
Mengabaikan tatapan Marah wanita itu, Elric membuka laci meja nakasnya, lalu mengumpat pelan saat tidak dapat menemukan apa yang ia cari.
'Sial! Aku belum pernah berhubungan tanpa alat pelindung!’ sungutnya dalam hati.
Wanita itu menggeleng kuat, "Tidak, itu tidak boleh."
Elrick mengangkat bahunya, "Terserahmu, kalau begitu aku tidak bisa membantumu, biar kita sama-sama menderita."
Wanita itu dengan keras kepala menolak permintaan Elrick, dan menahan gairahnya sekuat tenaganya, meskipun pada akhirnya wanita itu menyerah juga.
"Cepat lakukan sialan, apapun itu selama bisa membebaskanku!" perintahnya.
'Wanita ini luar biasa, mampu meminta tolong dalam bentuk perintah,’ gumam Elrick dalam hati sambil memposisikan diri di atas wanita itu.
Elrick mencium bibir wanita itu, awalnya wanita itu memekik kaget, tapi lama-kelamaan bisa menikmatinya juga, bahkan ikut berpartisipasi di dalam ciuman itu.
Tidak ingin membuang waktu lagi, Elrick dengan cepat menyatukan tubuh mereka,
"Arrrggghhhh!" jerit wanita itu.
Terlambat ...
Dengan kedua siku yang menopang tubuhnya, Elrick mengangkat sedikit punggungnya untuk menatap wajah wanita itu,
"Ya Tuhan! Ini pertama kalinya untukmu? Kenapa kau bisa berada di club itu?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
'Siapa yang dengan tega telah menjebak wanita ini?' lanjutnya dalam hati.
Two Months Later ..."Sekarang katakan siapa ayah dari anak itu?" desak Appa Alex. Yang sekarang nyaris kehilangan kesabarannya, karena Aliana benar-benar tidak tahu siapa pria yang bersamanya malam itu."Appa! Aku tidak tahu siapa pria itu, karena dia tidak melepas topengnya!" jawab Aliana untuk kesekian kalinya.Sonya, Eommanya Aliana kembali berdiri dan menenangkan suaminya, "Sayang, tahan emosimu. Ingat Aliana sedang mengandung cucu kita," bujuk Sonya sambil menarik Alex untuk duduk kembali di sampingnya."Ana, sekarang apa rencanamu?" tanya Eomma Sonya."Aku akan mempertahankan anak ini!" tegas Aliana.Alex kembali berdiri dan jalan hilir-mudik sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, "Kamu bahkan belum menikah, bagaimana kamu mengurus anak itu Ana? Bagaimana kalau anakmu bertanya siapa ayahnya?" tanya Appa Alex."Aku akan jawab kalau aku hamil dari proses inseminasi dari bank sperma," jawab Aliana santai."Ya Tuhan Ana, Mommy tidak akan setuju kamu mengatakan hal seper
Dengan langkah gontai, Elrick melangkah ke kamarnya lalu mengambil handphone dari atas nakas samping tempat tidurnya, dan menelepon asistennya."Jack, Ke rumahku sekarang juga!" perintahnya, dan tanpa menunggu jawaban dari Jack, Elrick langsung mematikan sambungan teleponnya, kemudian merebahkan badannya di atas tempat tidurnya.Elrick mengingat-ingat makanan yang tadi malam ia makan, tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan makanannya. Dan sudah berapa hari ini Elrick tidak minum-minuman beralkohol tinggi, jadi bukan di asam lambung masalahnya.Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarnya, "Siapa?" tanya Elrick sambil memijat keningnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya."Jack, Tuan," sahut Jack."Masuk Jack, pintu tidak terkunci!”Lalu terdengar pintu terbuka, dan Jack masuk sambil menenteng dokumen di lengan kanannya."Ini dokumennya, Tuan!” seru Jack sambil mengulurkan dokumen itu ke arah Elrick."Dokumen apa?" tanya Elrick kesal."Anda menyuruh saya ke sini karena d
Empat Tahun KemudianAkhirnya sesuai dengan target mereka, Aliana Keizaa dan Clarissa berhasil menyelesaikan kuliah pasca sarjana mereka dalam waktu dua tahun, dan gelar Magister Manajemen sudah mereka sandang saat ini.Lengan mereka saling merangkul, dan senyum manis tersungging di wajah ketiganya ke arah kamera Alson, yang mendapat tugas mengabadikan prosesi wisuda adik dan istrinya itu."Mommy!" teriak nyaring Leon sambil berlari ke arah Aliana dan langsung memeluk kakinya. Bocah berusia tiga tahun itu sepertinya berhasil melepaskan diri lagi dari pengasuhnya.Aliana menunduk untuk menggendong putranya itu, "Sayang, Mommy kan sudah bilang, jangan lari-lari nanti kamu jatuh bagaimana?" tegurnya sambil mencubit gemas hidung Leon yang mancung.Leon memainkan tali topi toga Aliana, kemudian menarik lepas topi itu dari kepala Aliana, hingga jepit rambut Aliana ikut terlepas, dan rambut panjangnya tergerai indah hingga ke punggungnya.Seperti tidak menyadari kerusakan yang ia sebabkan p
Elrick menatap pantulan dirinya di depan cermin besar kamarnya. Celana panjang dan kemeja yang serba longgar, serta jas yang baru sekali ini ia lihat mereknya, yang jelas bukan dari desainer ternama.Belum lagi kacamata bulatnya, serta tompel buatan di pipi kanannya, “Oh my God! Saya jadi terlihat nerd seperti ini, jangan sampai salah satu kolega saya melihat saya seperti ini!" gerutunya, lalu menghela napas kesal sebelum menambah lagi rentetan gerutuannya, "Dan jas ini? Darimana kau mendapatkannya? Saya akan membakar pabriknya karena sudah membuat jas yang tidak berkualitas seperti ini!" geram Elrick kesal."Astaga, Tuan. Ini hanya sementara sampai kita mendapatkan kepastian tentang anak itu," timpal Jack sambil mendecakkan lidahnya.Elrick langsung balik badan, dan memberikan tatapan tajam ke arah Jack, "Apa yang saya dengar barusan adalah gerutuanmu, Jack? Kalau kau sudah bosan bekerja dengan saya ... Ajukan segera surat pengunduran dirimu!" ancamya dengan nada dingin.Jack lan
Elrick membanting pintu Penthousenya hingga membentur dinding, dan menyebabkan suara benturan keras yang menggelegar sampai ke balkon samping kolam renang, tempat Jack sedang bersantai sambil menyesap secangkir Americanonya.Dengan tergopoh-gopoh Jack langsung menghampiri Elrick, dan mengambil tas kerjanya dari tangannya, "Bagaimana interviewnya, Tuan?" tanya Jack."Bagus yaa kau bisa duduk santai, sementara saya harus bekerja!" geram Elrick sambil membanting jasnya ke lantai.Jack memilih untuk diam, kemudian menunduk untuk mengambil jas itu dari lantai dan memindahkannya ke rak baju kotor, karena dalam keadaan bossnya yang seperti ini, mau beralasan apapun Jack akan tetap salah, dan ujung-ujungnya gajinya akan di potong lagi."Ambilkan aku champagne!" seru Elrick sambil menggulung lengan kemejanya, dan menjatuhkan dirinya di atas sofa."Tapi anda belum makan, Tuan." "Ambilkan saja cepat! Atau...""Baik, Tuan," sela Jack sebelum Elrick mengatakan akan memotong gajinya lagi, dan Ja
Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu. Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari
Jika ingin melihat seorang introvert menjadi seorang ekstrovert, cobalah mengajaknya berbicara terlebih dahulu! Mereka akan lebih terbuka jika lawan bicaranya membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi pertanyaan yang berbobot dan dikuasai seorang introvert itu.'Baiklah, aku akan mencoba peruntunganku,' gumam Elrick dalam hati, sebelum beranjak mendekati Aliana yang sedang sibuk mencari maianan untuk anaknya, putra mereka."Apa Leon menyukai Thomas dalam bentuk kereta? Atau apapun yang ada gambar Thomasnya?" tanya Elrick dengan suara lembut, itupun sudah membuat Aliana sedikit tersentak kaget, karena tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara."Iya," jawab Aliana sekenanya."Iya apa? Dalam bentuk kereta atau apa?" Elrick kembali bertanya sambil terkekeh pelan. Sekilas Aliana menatap Elrick, sebelum akhirnya mengalihkan lagi perhatiannya ke rak mainan itu, "Keduanya," jawab Aliana lagi dengan sama singkatnya seperti tadi.'Ah, belum berhasil!' desah Elrick dalam hatinya."Rick, tolong a
Tidak sedikit perusahaan yang memilih pemimpin dengan karakteristik ekstrovert sebagai pilihan utama, termasuk perusahaan Elrick, karena interpersonalnya yang cenderung lebih baik, kemampuan networking yang luas dan selalu tampil energik.Tapi hari ini Aliana telah membuka matanya dengan pengetahuan baru, bahwa seorang introvert juga tidak kalah baiknya dalam hal memimpin perusahaan dan memimpin rapat seperti hari ini.Aliana memiliki tendensi untuk membangun komunikasi yang lebih berkualitas dengan konsep one on one. Aliana tahu kapan harus diam untuk mendengarkan saran dan pandangan lain, membuat bawahannya merasa lebih di dengar dan di hargai, yang belum tentu bisa dilakukan seorang ekstrovert.Sifatnya yang cenderung pendiam, membuat Aliana tidak berkoar-koar untuk meninggikan kemampuannya sendiri, dan enggan menyombongkan diri hanya untuk mendapat perhatian orang-orang di sekitarnya. Padahal lebih dari sekali Elrick melihat kesempatan Aliana untuk membanggakan dirinya, tapi itu
Keluar dari lift khusus Presdir bersama dengan Elrick yang mengekor di belakangnya, Aliana melihat tatapan terperangah Cintya pada Elrick. Yah, ini kali pertamanya Cintya melihat Elrick tanpa kacamata dan tompel konyolnya itu, yang sudah pasti Elrick terlihat menjadi jauh lebih menarik lagi, dan luar biasa tampan.Saat Elrick masih mengenakan kacamata dan tompel saja Cintya sudah jatuh hati pada pria itu, apalagi sekarang, lihat saja wanita itu nyaris saja menitikkan liurnya. Sambil mendesah kesal Aliana menatap tajam Cintya, walaupun mata sekretarisnya itu saat ini sedang ditujukan sepenuhnya ke Elrick, "Cari dokumen kerjasama dengan PT. Trias dan letakkan di mejaku sekarang!" perintahnya. Mendapati Cintya yang masih juga melamun dan tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Elrick, membuat Aliana semakin kesal, "Cintya!""Eh, iya ada apa Bu?" tanyanya sambil mengerjapkan kedua matanya."Sudah lah, Nona. Biar saya yang bantu mencari dokumen itu," usul Elrick."Dokumen apa Pak Ricko
"Jadi bagaimana? Kalian mau menikah sebelum atau sesudah dari Amsterdam?" tanya appa Alex, matanya memandang bergantian ke Elrick dan Aliana."Sesudah.""Sebelum ... " jawab Aliana dan Elrick secara bersamaan, lalu Aliana menatap tajam Elrick, dan pria itu hanya mengangkat bahunya."Kalau bisa, Pak Alex, saya akan menikahi Aliana sebelum ke Amsterdam, karena saya tidak mau mengambil resiko, sepulangnya dari Amsterdam Aliana akan berubah pikiran," ujar Elrick sambil menatap penuh Aliana."Aku janji, aku tidak akan berubah pikiran, Rick!" bujuk Aliana, Elrick mengangkat sebelah alis tebalnya,"Are you sure?"Aliana memutar kedua bola matanya, "Iya, Ri
Sambil tersenyum lembut, Elrick terus memandangi Aliana. Siasatnya berhasil, dan appa Alex menangkap basah mereka, hingga menyuruh mereka segera menikah dalam Minggu ini. Sementara Aliana, wanita itu tidak dapat menolak lagi, tidak dengan permintaan penuh harap Leon tadi, dan sekali lagi siasat Elrick berhasil, memanfaatkan putranya untuk meminta Mommynya bersedia menikah dengan Elrick.Elrick tersenyum lebar penuh kemenangan, tentu saja ada andil Eomma Sonya juga dalam hal ini, dukungan kecil darinya membuat Elrick bersedia melakukan hal gila ini, meski wajahnya yang sekali lagi harus ia korbankan."Eommamu wanita yang luar biasa yaa!" puji Elrick, lalu meringis pelan saat Aliana menekan ice bag yang ia pegang ke tulang pipi Elrick yang mulai terlihat memar."Aku membaca resumemu, kamu ahli beladiri karate, taekwondo,
Tidak mau terlena dengan atmosfir menggairahkan di antara mereka, Aliana berdiri tapi tangan Elrick dengan sigap menangkap tangannya, dan menariknya hingga terduduk di atas pangkuannya."El ... "Apapun yang ingin dikeluhkan Aliana tidak dapat ia keluarkan, karena bibir lembut Elrick sudah menyumpal mulutnya, dengan ciuman yang awalnya pelan dan ringan, berubah menjadi dalam dan liar. Dan tangan Aliana yang awalnya mendorong dada Elrick, kini justru di lingkarkan di sekeliling leher Elrick, bersamaan dengan erangan kecil yang mulai keluar dari tenggorokannya.Aliana mendesah pelan saat tangan kanan Elrick menelusup masuk ke balik bajunya, menangkup dan memainkan puncak gunung kembarnya, berpindah-pindah dari yang satu ke yang lainnya.Leguhan nikmat keluar dari mulut Aliana saat ciuman Elrick turun ke bawah, ke area lehernya hingga ke bawah telinganya, Aliana mendongakkan kepalanya, membiarkan Elrick menjelajahi lehernya, lalu menyusuri lidahnya ke titik sensitif di balik telinga Alia
"Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Jaga bicaramu, Rick!" geram Aliana sambil menepis tangan Elrick dari kedua bahunya.Elrick mundur selangkah sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, "Kalau begitu, beritahu aku semua tentangmu!"Aliana mendengus pelan, "Tidak akan! Sebaiknya kamu pulang sekarang, Rick!" usirnya."Aku belum bisa pulang sekarang.""Kenapa?" tanya Aliana."Eommamu memintaku stay di sini sampai makan malam nanti, Eommamu mengundangku secara pribadi untuk makan malam dengan keluargamu, dan aku sudah menyetujuinya," jawab Elrick dengan santai."Eomma
"Gambar Daddy mana?" tanya Elrick sambil tersenyum lembut."Tadi Eon ga punya Daddy, teman Eon punya, Eon ga!" mendengar jawaban Leon itu membuat hati Elrick terasa teriris sembilu, jawaban polos dari seorang anak yang terlihat jelas raut kesedihan di wajah mungilnya."Apa ibu guru meminta Leon dan teman-teman untuk menggambar keluarga?" tanya Elrick dengan lembut, tenggorokannya terasa sakit karena menahan air matanya.Leon mengangguk, lalu duduk dan meletakkan kertas gambar itu di atas meja. Pantas saja Leon terlihat sedih, mungkin teman-temannya menggambar keluarga utuh yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.Sementara Leon ...Napas Elrick tercekat saat membayangkan bagaimana perasaan Leon saat itu, mungkinka
Aliana mengangkat bahunya, "Kisah cinta Eomma dan Appaku pun tidaklah mudah, bahkan mereka pernah bercerai. Yah meskipun pada akhirnya mereka dapat bersatu kembali dan hidup bahagia sampai saat ini. Tapi tetap saja aku tidak mau mengalami hal yang menyakitkan seperti itu. Tidak, jika sendiri lebih baik dan membuatku nyaman, tanpa rasa takut akan tersakiti. Aku akan tetap memilih jalan itu."Kata-kata Aliana terus saja terngiang-ngiang di telinga Elrick, kata yang wanita itu ucapkan dengan penuh tekad saat di rumah sakit tadi. Elrick melirik sekilas ke wanita itu, yang sekarang sedang tertidur di kursi tengah mobilnya dengan mulutnya yang sedikit terbuka, tapi tidak sedikitpun mengurangi kecantikannya.Memang Aliana tidak secantik super model yang pernah menjadi kekasih Elrick, tapi kecantikan Aliana berbeda. Menikmati kebersamaan dengan Aliana, itu sama dengan meminum
"Untungnya tidak ada ligamen yang sobek, jadi saya hanya akan membalutnya dengan perban elastis, untuk mengurangi pembengkakan dan membuat pergelangan kaki anda menjadi lebih baik, Nona!" seru dokter Kevin, dokter Ortopedi yang ditunjuk dokter Sam untuk menangani Aliana."Lakukan apa yang menurut anda baik, Dok!" sahut Aliana kemudian kembali meringis saat dokter itu menekan pergelangan kakinya yang mulai membengkak.Tidak lama kemudian salah satu perawat menyerahkan perban elastis ke dokter Kevin, yang langsung digunakan untuk membalut telapak kaki dan pergelangan kaki Aliana. Setiap balutan saling tumpang tindih membentuk angka delapan, agar perban tidak mudah bergeser, dengan balutan terakhir naik beberapa inchi di atas pergelangan kaki Aliana untuk me
"Elrick, what are you doing here?"Aliana melihat mata Elrick yang membelalak kaget melihat pemilik suara itu, membuat Aliana balik badan mengikuti arah mata Elrick, dan mendapati seorang wanita asing yang tinggi semampai, dengan rambut panjang sewarna madu dan senyum manis yang tersungging di wajah cantiknya.Wanita itu melangkah maju melewati Aliana, dan langsung mencium pipi kiri dan kanan Elrick, sebelum memeluknya dengan erat, "I miss you, Honey! I miss you so much!" seru wanita itu."Gwen, why are you here? You should be back in Amsterdam!" tanya Elrick sambil mendorong tubuh Gwen menjauh darinya.Sambil mendecakkan lidahnya dengan kesal, Gwen kembali berusaha memeluk Elrick lagi, tapi Elrick berhasil menjauhkannya, "Oh come on Rick, don't be like this!"Mengabaikan Gwen, Elrick beralih menatap Aliana yang sedang melihat Elrick dan Gwen secara bergantian, "Kita ke kantor sekarang, Nona?" tanyanya sambil membukakan kembali pintu penumpang depan untuk Aliana."Sebaiknya kamu tema