Empat Tahun Kemudian
Akhirnya sesuai dengan target mereka, Aliana Keizaa dan Clarissa berhasil menyelesaikan kuliah pasca sarjana mereka dalam waktu dua tahun, dan gelar Magister Manajemen sudah mereka sandang saat ini.
Lengan mereka saling merangkul, dan senyum manis tersungging di wajah ketiganya ke arah kamera Alson, yang mendapat tugas mengabadikan prosesi wisuda adik dan istrinya itu.
"Mommy!" teriak nyaring Leon sambil berlari ke arah Aliana dan langsung memeluk kakinya. Bocah berusia tiga tahun itu sepertinya berhasil melepaskan diri lagi dari pengasuhnya.
Aliana menunduk untuk menggendong putranya itu, "Sayang, Mommy kan sudah bilang, jangan lari-lari nanti kamu jatuh bagaimana?" tegurnya sambil mencubit gemas hidung Leon yang mancung.
Leon memainkan tali topi toga Aliana, kemudian menarik lepas topi itu dari kepala Aliana, hingga jepit rambut Aliana ikut terlepas, dan rambut panjangnya tergerai indah hingga ke punggungnya.
Seperti tidak menyadari kerusakan yang ia sebabkan pada tatanan rambut mommynya, Leon langsung meletakkan topi itu di atas kepalanya sendiri, kemudian terkikik geli saat topi yang kebesaran itu menutupi wajah mungilnya.
"Belum saatnya kamu jadi kakak sarjana sayangku," kekeh Aliana sambil melepas topi itu dari kepala Leon, lalu mencium gemas pipi montoknya, hingga meninggalkan jejak lipstiknya di pipi putih putranya itu.
Keizaa dan Clarissa ikut mengerubungi Leon, lalu mencubit gemas pipinya yang kenyal seperti marshmallow itu,
"Leon, gendong sama Aunty yuk," bujuk Keizaa, tapi Leon melengos,
"Ga mau!" tolaknya sambil melingkarkan lengan kecilnya ke leher Aliana.
"Sama Onty Sa saja yuk," bujuk Clarissa mencoba keberuntungannya, tapi Leon juga menolak, dan tambah mengeratkan lengannya di leher Aliana.
"Aww, rambut Mommy ketarik sayang," pekik Aliana, Leon langsung melonggarkan lengannya.
"Leon, Mommy belum selesai wisudanya, sini sama Uncle Al!" seru Alson, kakak laki-laki Aliana. Dan tanpa diminta dua kali Leon langsung melebarkan tangannya sambil mencondongkan badannya ke Alson.
"Good boy, sekarang kita cari Onya dan Opal yaa," puji Alson sambil mengacak-acak rambut keponakannya itu, lalu menghampiri istrinya dan mengecup pipinya,
"Aku tinggal sebentar ya sayang."
"Iya, jangan lama-lama."
"Apa kamu tetap tidak mau mencari tahu siapa ayahnya, Na?" tanya Keizaa setelah Alson dan Leon sudah jauh dari jarak pendengaran.
"Untuk apa? Aku tidak mau direpotkan dengan suami," jawab Aliana santai.
"Siapa bilang punya suami merepotkan? Justru banyak membantu, Na. Seperti menggosok punggung kita saat mandi, bantu masak kalau kita lagi malas masak atau sedang banyak tugas kampus. Memijat punggung kita yang kaku, yaa walaupun setelah itu ada hadiah yang harus kita berikan padanya. Itu bukan masalah mengingat kenikmatan yang akan kita dapatkan juga!" seru Clarissa sambil tersenyum.
"Tidak, aku akan tetap memilih hidup sendiri, berdua dengan Leon saja maksudku. Aku tidak tertarik sama sekali dengan pernikahan."
"Tapi pasti ada saatnya ketika Leon besar nanti, dia akan bertanya tentang ayahnya."
Aliana mengangkat bahunya, "Aku tinggal bilang hasil inseminasi, memangnya aku harus jawab apalagi? Secara aku juga tidak tahu siapa pria itu. Mungkin kalau kami bertemu di jalan pun aku tidak akan bisa mengenalinya. Dan aku berharap tidak akan pernah menemuinya lagi. Aku takut pria itu akan mengambil Leon dariku."
"Kamu hanya tinggal melihat wajah Leon saja Na, pasti seperti itu wajah ayahnya. Karena tidak ada satupun bagian wajahmu yang di ambil Leon," ledek Keizaa.
"Iya, Zaa benar," lanjut Clarissa.
"Sudah jangan bahas ayahnya Leon lagi, tolong bantu aku menjepit rambutku, Zaa. Sebentar lagi prosesi wisuda akan di mulai," pinta Aliana, dan Keizaa dengan ahli langsung menyimpul rambut panjang Aliana hingga membentuk sanggul kecil tanpa harus memakai penjepit lagi.
"Apa ini aman? Tidak akan lepas kan?" tanya Aliana sambil menekan-nekan sanggulnya.
"Aman kok, tenang saja. Kecuali ada badai baru sanggul itu akan terlepas," jawab Keizaa sambil menyeringai lebar.
Sementara itu dari kejauhan, tanpa sepengetahuan mereka Elrick dan Jack memperhatikan interaksi mereka.
"Apa pria tadi itu suaminya?" tanya Elrick.
"Bukan, Tuan. Pria tadi kakak satu-satunya Nona Aliana, Tuan Alson," jawab Jack.
"Lalu siapa kedua wanita yang bersama Aliana itu?"
"Yang satu kakak iparnya, istri pria tadi. Dan yang satunya lagi sepupunya kalau tidak salah, Tuan."
Elrick melotot tajam ke Jack, "Itu berarti kau tidak yakin! Jangan-jangan info yang kau berikan selama ini tidak valid lagi!"
"Saya bisa menjamin informasi tentang Nona Aliana semua valid, Tuan," ujar Jack berusaha meyakinkan Elrick.
"Awas kalau salah, saya akan memotong gajimu lagi!" ancam Elrick.
"Tidak akan, Tuan. Saya yakin informasi itu benar."
"Saya tidak menyangka wanita itu lebih cantik dari yang pernah saya bayangkan … Keturunan Korea katamu?"
Jack mengangguk, "Iya, Tuan. Ayahnya berasal dari Korea Selatan."
"Apa kau yakin anak tadi itu anak saya? Saya tidak dapat melihatnya dengan jelas, karena kedua wanita itu menutupi wajahnya."
"Saya tidak bisa memastikan dia anak Tuan atau bukan sebelum melakukan tes DNA. Dah saya tidak dapat informasi apapun tentang anak itu. Keluarganya termasuk orang terkuat di Asia, jadi untuk mendapat informasi tentang keluarganya susah sekali. Bahkan laptop saya pernah di hack, hanya karena mencari kata kunci anak dari Aliana Adipramana."
Tidak heran butuh waktu tiga tahun bagi Jack untuk menemukan wanita itu. Dan tanpa buang waktu lagi Elrick langsung terbang ke Jakarta, demi melihat wanita bertopeng itu lagi, beserta anaknya.
"Hmm yaa Saya pernah mendengar nama Adipramana, siapa tepatnya? Ah iya, Hardhan dan Alex. Yang mana dari kedua nama itu yang merupakan ayahnya Aliana?"
"Alex, Tuan. Dia merupakan anak angkat keluarga Adipramana. Tapi keluarga kandungnya termasuk orang kuat juga, Amartya Seth dari pihak neneknya, sementara dari pihak kakeknya berasal dari Korea, dan memiliki perusahaan besar juga di sana. Kakaknya Nona Aliana yang memegang kendali perusahaan itu saat ini. Sementara Nona Aliana, mulai bulan depan sudah mulai menjabat sebagai Presdir dari AS Group, anak perusahaan terbesar HK Group," jelas Jack.
"HK Group, perusahaan raksasa milik keluarga Adipramana itu?"
"Iya benar, Tuan. Dan itu mengingatkan saya pada penyamaran yang akan anda lakukan nanti. Anda harus … "
"Apa tidak ada cara lain lagi untuk mendapatkan informasi apapun tentang anak saya, selain menjadi asisten pribadi wanita itu? Itu sangat menginjak-injak harga diri saya Jack!" sela Jack dengan nada kesal.
"Menyamar menjadi asisten pribadinya. Hanya dengan cara seperti itu Tuan bisa perlahan-lahan mendekati Nona Aliana, dan besar kemungkinan anda akan di bawa ke rumahnya untuk membahas proyek-proyek baru. Seperti halnya anda dengan saya, Tuan."
"Yang ingin saya lakukan saat ini adalah kembali menidurinya," gumam Elrick, matanya masih terus menatap Aliana. Seperti baru kemarin Elrick merasakan kulit lembut wanita itu di bawahnya, mengerang, menggeliat dan menuntut untuk di puaskan.
Jack menghela napas pelan, berusaha menenangkan dirinya menghadapi sifat bossnya itu.
"Tuan, tolong anda fokus saja dengan rencana penyamaran ini. Kalau Tuan tidak sabar dan menggoda Nona Aliana, atau sampai membuat keluarganya marah, anda bisa saja langsung di deportasi dari negara ini, tanpa bisa melihat anak Tuan lagi!"
"Tidak ada satupun wanita yang bisa menolak saya, Jack! Apa kau meragukan kemampuan saya dalam menggoda wanita!" geram Elrick kesal
"Maaf Tuan, saya harus berkata jujur, wanita itu tidak tertarik dengan pria … "
"Tidak tertarik dengan pria?" ulang Alex,
"Apa wanita itu punya kelainan ... " lanjutnya.
"Tidak, tidak Tuan, hanya saja wanita itu terlalu mandiri. Dan tidak membutuhkan pria untuk menopang hidupnya. Terlebih lagi, Dia introvert … Wanita itu sangat dingin dengan orang asing, tapi tidak untuk orang yang dikenalnya dekat. Dan tidak menyukai pesta-pesta, baik pesta di rumah ataupun di hotel bintang lima sekalipun. Jadi ini bukan tugas yang enteng Tuan, mengambil hati Nona Aliana, hingga dia percaya padamu, dan mulai membicarakan kehidupan pribadinya, termasuk anaknya, anak anda."
"Ya baiklah, kapan mulai seleksinya?" desak Elrick.
"Saya sudah mengirim resume anda ke bagian HRDnya, tinggal tunggu email balasan dari mereka. Dan ingat nama anda Ricko, dan anda hanyalah bule miskin yang butuh pekerjaan itu," tegas Jack, yang dibalas dengan tatapan menusuk Elrick,
"Apa kau menyumpahi saya jatuh miskin? Kau dendam karena gajimu selalu saya potong?"
"Ya Tuhan, tidak Tuan. Ini kan hanya penyamaran saja. Tidak mungkin saya tulis di resume itu nama asli anda dengan jejeran perusahaan yang anda miliki beserta properti yang anda punya, baik yang bergerak maupun yang tidak? Anda melamar pekerjaan, Tuan. Bukan melamar seseorang untuk Anda nikahi," jelas Jack sambil tersenyum walaupun di dalam hatinya dongkol.
Elrick mengibas tangannya, "Ya sudah kabari saya lagi kalau sudah mendapat email balasan dari mereka!"
"Baik, Tuan.”
Elrick menatap pantulan dirinya di depan cermin besar kamarnya. Celana panjang dan kemeja yang serba longgar, serta jas yang baru sekali ini ia lihat mereknya, yang jelas bukan dari desainer ternama.Belum lagi kacamata bulatnya, serta tompel buatan di pipi kanannya, “Oh my God! Saya jadi terlihat nerd seperti ini, jangan sampai salah satu kolega saya melihat saya seperti ini!" gerutunya, lalu menghela napas kesal sebelum menambah lagi rentetan gerutuannya, "Dan jas ini? Darimana kau mendapatkannya? Saya akan membakar pabriknya karena sudah membuat jas yang tidak berkualitas seperti ini!" geram Elrick kesal."Astaga, Tuan. Ini hanya sementara sampai kita mendapatkan kepastian tentang anak itu," timpal Jack sambil mendecakkan lidahnya.Elrick langsung balik badan, dan memberikan tatapan tajam ke arah Jack, "Apa yang saya dengar barusan adalah gerutuanmu, Jack? Kalau kau sudah bosan bekerja dengan saya ... Ajukan segera surat pengunduran dirimu!" ancamya dengan nada dingin.Jack lan
Elrick membanting pintu Penthousenya hingga membentur dinding, dan menyebabkan suara benturan keras yang menggelegar sampai ke balkon samping kolam renang, tempat Jack sedang bersantai sambil menyesap secangkir Americanonya.Dengan tergopoh-gopoh Jack langsung menghampiri Elrick, dan mengambil tas kerjanya dari tangannya, "Bagaimana interviewnya, Tuan?" tanya Jack."Bagus yaa kau bisa duduk santai, sementara saya harus bekerja!" geram Elrick sambil membanting jasnya ke lantai.Jack memilih untuk diam, kemudian menunduk untuk mengambil jas itu dari lantai dan memindahkannya ke rak baju kotor, karena dalam keadaan bossnya yang seperti ini, mau beralasan apapun Jack akan tetap salah, dan ujung-ujungnya gajinya akan di potong lagi."Ambilkan aku champagne!" seru Elrick sambil menggulung lengan kemejanya, dan menjatuhkan dirinya di atas sofa."Tapi anda belum makan, Tuan." "Ambilkan saja cepat! Atau...""Baik, Tuan," sela Jack sebelum Elrick mengatakan akan memotong gajinya lagi, dan Ja
Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu. Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari
Jika ingin melihat seorang introvert menjadi seorang ekstrovert, cobalah mengajaknya berbicara terlebih dahulu! Mereka akan lebih terbuka jika lawan bicaranya membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi pertanyaan yang berbobot dan dikuasai seorang introvert itu.'Baiklah, aku akan mencoba peruntunganku,' gumam Elrick dalam hati, sebelum beranjak mendekati Aliana yang sedang sibuk mencari maianan untuk anaknya, putra mereka."Apa Leon menyukai Thomas dalam bentuk kereta? Atau apapun yang ada gambar Thomasnya?" tanya Elrick dengan suara lembut, itupun sudah membuat Aliana sedikit tersentak kaget, karena tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara."Iya," jawab Aliana sekenanya."Iya apa? Dalam bentuk kereta atau apa?" Elrick kembali bertanya sambil terkekeh pelan. Sekilas Aliana menatap Elrick, sebelum akhirnya mengalihkan lagi perhatiannya ke rak mainan itu, "Keduanya," jawab Aliana lagi dengan sama singkatnya seperti tadi.'Ah, belum berhasil!' desah Elrick dalam hatinya."Rick, tolong a
Tidak sedikit perusahaan yang memilih pemimpin dengan karakteristik ekstrovert sebagai pilihan utama, termasuk perusahaan Elrick, karena interpersonalnya yang cenderung lebih baik, kemampuan networking yang luas dan selalu tampil energik.Tapi hari ini Aliana telah membuka matanya dengan pengetahuan baru, bahwa seorang introvert juga tidak kalah baiknya dalam hal memimpin perusahaan dan memimpin rapat seperti hari ini.Aliana memiliki tendensi untuk membangun komunikasi yang lebih berkualitas dengan konsep one on one. Aliana tahu kapan harus diam untuk mendengarkan saran dan pandangan lain, membuat bawahannya merasa lebih di dengar dan di hargai, yang belum tentu bisa dilakukan seorang ekstrovert.Sifatnya yang cenderung pendiam, membuat Aliana tidak berkoar-koar untuk meninggikan kemampuannya sendiri, dan enggan menyombongkan diri hanya untuk mendapat perhatian orang-orang di sekitarnya. Padahal lebih dari sekali Elrick melihat kesempatan Aliana untuk membanggakan dirinya, tapi itu
Sebulan Kemudian.Menjadi Personal Assisten ternyata lebih sibuk dari bossnya, tidak mengenal tanggal merah pula dalam hidupnya. Jam kerja tidak delapan jam seperti karyawan biasa, tapi mengikuti jam kerja boss. Lembur sudah menjadi makanan Elrick sehari-hari sekarang.Tapi malam ini, Elrick benar-benar lelah. Ia yang biasanya memberi perintah, sekarang harus menerima perintah. Ia yang biasanya tinggal bertanya jadwal schedulenya, sekarang justru ia yang menjadi time keeper, yang mengatur jadwal kegiatan Aliana dengan detail."Hah, seperti mengurus pasangan saja! Antar jemput, menyemangatinya, memberi solusi dikala Aliana buntu, memberitahu kapan Aliana harus makan, kapan ia harus istirahat sejenak. Sayangnya urusan ranjang tidak termasuk di dalamnya. Padahal wanita itu sudah menghabiskan banyak waktu saya satu bulan ini! Sekarang saya baru bisa tidur jam 12 malam dan jam lima pagi sudah harus bangun!" keluh Elrick sambil merebahkan diri di atas sofa panjangnya."Yah! Seperti itulah C
"Oh, aku mengerti sekarang! Apa kamu sudah memiliki anak, Rick? Kamu tahu benar tentang anak-anak," tanya Aliana, dan Elrick tidak tahu harus menjawab apa.Yang Elrick tahu dan yakini sekarang adalah, Leon benar-benar anaknya, darah dagingnya. Elrick yakin itu, karena matanya tidak dapat membohonginya, dan Elrick langsung merasakan ikatan batin dengan anak itu ketika ia menggendongnya tadi."Di mana orang tua anda?" tanya Elrick mengalihkan pertanyaan Aliana tadi."Oh, mereka sedang di Seoul sekarang. Dirumah kakakku," jawab Aliana sambil menyelimuti Leon sampai batas bawah dagunya."Bukankah rumah yang di sebelah itu rumah Om anda, Nona?' "Iya, tapi mereka semua sedang di Seoul juga. Itu makanya aku meminta bantuanmu, Rick.""Apa anda tidak memiliki baby sitter?" tanya Elrick dengan kening yang mengerut. Karena tidak mungkin sekelas Adipramana tidak mampu membayar baby sitter kan?"Suster Rina sedang sakit, jadi aku memintanya untuk istirahat dulu sampai kondisinya prima lagi, aku t
Aliana terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan ia langsung bergegas turun dari tempat tidurnya. Karena seingatnya Aliana tidur jam satu, itu berarti ia sudah tidur selama enam jam penuh tanpa terbangun karena suara tangis Leon, baru kali ini ia tidur sepulas ini sejak hadirnya Leon.Takut terjadi sesuatu pada Leon, dengan langkah cepat Aliana menuju ke pintu penghubung, dan langsung diam terpaku saat melihat pemandangan di depannya. Nampak di atas tempat tidur, Elrick sedang tertidur pulas sambil memeluk Leon yang juga masih tertidur pulas. Aliana langsung menghela napas lega, karena tidak terjadi sesuatu pada Leon seperti yang ia khawatirkan tadi.Baru saja Aliana balik badan untuk kembali lagi ke kamarnya, tapi kakinya menginjak bebek karet teman mandi Leon, hingga mengeluarkan bunyi seperti bunyi bebek pada umumnya."Mommy ... " panggil Leon.Aliana langsung balik badan dan mendapati dua pasang mata yang sedang menatapnya, sebelum Elrick bergerak turun dari temp
"Boss, ada Tuan Elrick di sini!" lapor Ekram ke appa Alex."Mau apa begundal itu?" tanya appa Alex."Katanya mau menyelesaikan masalah dengan Nona Aliana, Boss," jawab Ekram."Siapkan speed boat, saya akan menyusul ke sana!""Baik, Boss.""Ada apa, Lex?" tanya eomma Sonya."Bersiaplah, My Queen. Kita akan menyusul anak dan menantu kita," jawab appa Alex sambil mencubit gemas hidung eomma Sonya."Kemana? Bukannya Elrick sedang di Amsterdam?""Ke Santa Margherita Ligure. Elrick sudah berada di sana.""Santa Margherita? Aku belum pernah ke sana. Baiklah aku siap-siap dulu!" pekik eomma Sonya senang, lalu bergegas ke kamarnya."Sus, tetap di resor ini dan jangan keluar. Kalau perlu apa-apa, jangan sungkan-sungkan meminta bantuan mereka!" seru appa Alex sambil menunjuk ke empat bodyguard yang sedang berjaga-jaga di depan resor."Ya, Tuan." "Opal mo ke mana?" tanya Leon.S
"Katakan dulu dimana Daddymu? Kenapa dia tidak mendatangiku?" tanya mommy Gisya. "Aku meninggalkannya di rumah Granny," jawab Elrick sambil menyeringai lebar, dan mengusap leher belakangnya. "Ya Tuhan, Rick. Apa yang ada dipikiranmu hingga meninggalkan Daddymu?" Elrick merangkul bahu aliana sebelum menjawab, "Tentu saja pikiranku saat itu sedang dipenuhi istri cantikku ini, Mom. Aku dan Jack baru saja menemukan jejakmu, dan kami langsung terbang ke Italia." Mommy Gisya memicingkan kedua matanya, "Bagaimana kamu bisa tahu Aliana sedang bersama Mommy?" "Kau dan Daddy, kalian tidak pernah terpisahkan satu dengan yang lainnya, lalu tiba-tiba Daddy berada di Amsterdam dan kau di Portofino. Sudah pasti aku langsung mencurigai kalian." "Apa saat kamu pergi, Daddy tidak sedang bersamamu?" "Daddy sedang berbicara dengan Granny." Melihat wajah Elrick yang tiba-tiba kembali
Setelah melihat tanda keluarganya ada di punggung belakang Leuis, Elrick langsung mengumpat pelan, dan segera bergegas ke luar rumah dengan amarah yang memuncak. Ia memang dalam keadaan mabuk dan tidak sadar saat bersama Bella malam itu, tapi Elrick yakin mereka tidak melakukan apapun selain tidur bersama. Karena mereka dalam keadaan sama-sama mabuk.Selain itu Elrick hafal betul dengan perilaku Bella. Wanita itu tidak berga*rah dengan pria yang pasif, ia baru mau melakukannya saat sama-sama berga*rah. Dan Elrick semakin yakin, masalahnya dengan Bella tidak sesederhana kelihatannya.Elrick butuh Aliana. Ia membutuhkan dukungan dari wanita yang sangat ia cintai itu. Seandainya Aliana percaya sedikit saja padanya, mereka pasti akan bisa melewati masalah rumah tangganya ini dengan baik.Ya, rasa percaya dan dukungan tanpa batas dari Aliana untuknya. Itulah yang Elrick butuhkan saat ini."Jack, kesini kau!" panggil Elrick, Jack pun langsung
Santa Margherita Ligure, kota tepi pantai yang indah. Salah satu dari sekian banyak daya tarik di wilayah Portofino ini. Dengan perahu layar yang terombang ambing di marina yang penuh warna, dan pantainya yang berkerikil.Pelabuhannya yang dilapisi pohon palem berbatasan dengan tepi laut. Sementara di belakangnya, rumah-rumah bercat pastel seperti merangkak ke atas bukit. Yang dipenuhi dengan hutan hijau nan subur dan perkebunan zaitun. Seperti halnya pada kota-kota Riviera lainnya, Santa Margherita Ligure menawarkan daya tarik Portofino dengan tata letaknya yang indah, bangunannya yang berwarna-warni, dengan pohon palem yang menaungi kawasan pejalan kaki di tepi laut.Aliana dan mommy Gisya masuk semakin ke dalam, mereka menyusuri jalan-jalan abad pertengahan yang sempit dan berliku-liku itu, yang diapit restoran, kafe dan pertokoan dengan arsitektur yang menarik."Kamu suka?" tanya mommy Gisya.Sebenarnya kali ini Aliana kurang menikma
Sementara itu, daddy Aldrick menerima pesan pendek dari istrinya, sebuah foto keluarga. Lebih tepatnya foto mereka yang di ambil wartawan tadi, yang sudah di diedit sedemikian rupa hingga terlihat seperti foto keluarga yang sebenarnya."Bisa kalian jelaskan apa maksud dari foto ini? Dan kenapa bisa Gwen langsung mengirim foto ini ke Aliana?" tanya daddy Aldrick, membuat wajah Gwen seketika memucat, dan bertanya-tanya di dalam hatinya, bagaimana bisa daddy Aldrick mengetahuinya?Daddy Aldrick melayangkan tatapan menuduh pada granny, "Kau baru saja berbohong, Mama. Kalau wartawan itu bukan atas perintahmu, lantas atas perintah siapa Gwen mengirim foto ini ke Ana? Apa Gwen bertindak sendiri tanpa sepengetahuanmu?" "Mama benar-benar tidak menyuruh siapapun untuk memanggil wartawan, Al! Demi Tuhan, Mama tidak melakukan itu!" jawab granny.Tatapan menuduh daddy Aldrick beralih dari granny ke Gwen, "Berikan ponselmu, Gwen!" serunya sambil mengulurkan
"Hai, kalian bertiga lihat sini!" teriak seseorang, bukan hanya Elrick, Bella, Leuis saja yang melihat ke arah orang itu, tapi yang lainnya juga, mereka semua melihat ke arah wartawan yang sedang mengarahkan kameranya ke mereka dan langsung memotretnya dengan cepat, sebelum akhirnya melarikan diri."Jack! Cepat tangkap pria itu!" raung Elrick dengan suara yang menggelegar, membuat tangis Leuis langsung pecah."Dan kau! Suruh anakmu itu diam!" bentaknya pada Bella, membuat napas wanita itu tercekat, dan langsung membawa Leuis menjauh dari Elrick.Tatapan tajam Elrick beralih ke granny dan Gwen, "Ini ulah kalian. Ya kan?" tanyanya dingin.Seperti biasa granny hanya mengangkat dagunya, dan Gwen bersembunyi di balik granny, "Kalau iya, kenapa?" tantang granny."Kau dengar sendiri, Dad? Granny sudah mengakuinya. Itu berarti mulai detik ini juga, putus hubunganku dengannya!" seru Elrick.Daddy Aldrick memegang pundak Elrick, lalu menu
Elrick sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil mengikat sampul di dasi panjangnya, ketika dengan tergopoh-gopoh Jack datang menghampirinya, lalu menyerahkan ponsel Elrick padanya,"Siapa?" tanyanya."Oma, Tuan," jawab Jack.Dengan segera ia meraih ponsel dari tangan Jack itu, lalu mendekatkan ke telinganya."Ada kabar baik apa, Oma?" tanyanya sumringah."Kabar baik apanya? Oma tidak bisa bertemu dengan Aliana," jawab Oma dengan nada kesal."Kenapa? Appa Alex melarangnya?" "Oma pun tidak bisa menemui mertuamu itu. Karena mereka tidak ada di rumah!" geram Oma."Siapa yang tidak ada di rumah? Aliana atau Appa Alex?""Semuanya! Keluarga itu pergi entah kemana, karena tidak ada satu pun pengawalnya yang mau buka mulut."Seketika jantung Elrick berdetak dengan cepat, yang ia takutkan akhirnya kembali terjadi, Aliana memilih untuk pergi, bahkan kali ini bersama dengan kedua orang tuany
"Selamat pagi, Ana." sapa tante Gisya sambil mengulurkan tangannya, saat Aliana sudah sampai di kafe tempat mereka berbincang kemarin."Pagi juga Tante Gisya," balas Aliana menyambut uluran tangan tante Gisya.Tante Gisya menarik Aliana untuk mencium pipi kanan dan kirinya, sebelum memeluknya dengan erat,"Melihatmu membuat Tante teringat dengan putri Tante. Biarkan Tante memelukmu sebentar ya," pinta tante Gisya dan Aliana mengangguk."Memangnya putri Tante dimana sampai Tante merindukannya?" tanya Aliana setelah tante Gisya melepas pelukannya."Saat ini putri tante sedang berada di Maldives. Anak itu memang hobby traveling, bisa berbulan-bulan bahkan setahun lebih Tante tidak menemuinya," jawab tante Gisya."Oh, mungkin putri Tante sedang menikmati masa mudanya. Dulu, aku juga ingin seperti itu, setelah lulus kuliah aku ingin menikmati kesendirianku sambil mengelilingi dunia," ujar Aliana sambil tersenyum lebar."Tapi
Aliana sedang menatap kastil yang berada di atas bukit, saat ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dengan segera ia begegas membukanya."Eomma," sapanya lalu mempersilahkan eomma Sonya masuk, "Apa ada yang ingin kamu bicarakan, Sayang?" tanya eomma Sonya sambil duduk di tempat tidur Aliana.Dengan wajah memerah, Aliana duduk di sebelahnya, "Maaf, Eomma. Tadi aku tidak tahu kalau Eomma dan Appa sedang ... Maafkan aku," ucapnya sambil menunduk dan memainkan jemarinya."Tidak apa-apa. Itu tidak mengendurkan niat Appamu, kalau Appamu sudah berniat melakukan sesuatu, pasti akan tetap melakukannya, mau berapa orangpun yang membuka pintu kamar kami," keluh eomma Sonya, "Memangnya diumur Eomma dan Appa saat ini, masih bisa melakukan itu?" tanya Aliana sambil menyeringai lebar."Astaga ... Tentu saja masih bisa, Sayang. Eomma belum menopause. Kalau pun sudah, kami masih tetap bisa melakukannya," jawab eomma Sonya, "Sekarang kata