Dengan langkah gontai, Elrick melangkah ke kamarnya lalu mengambil handphone dari atas nakas samping tempat tidurnya, dan menelepon asistennya.
"Jack, Ke rumahku sekarang juga!" perintahnya, dan tanpa menunggu jawaban dari Jack, Elrick langsung mematikan sambungan teleponnya, kemudian merebahkan badannya di atas tempat tidurnya.
Elrick mengingat-ingat makanan yang tadi malam ia makan, tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan makanannya. Dan sudah berapa hari ini Elrick tidak minum-minuman beralkohol tinggi, jadi bukan di asam lambung masalahnya.
Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu kamarnya,
"Siapa?" tanya Elrick sambil memijat keningnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Jack, Tuan," sahut Jack.
"Masuk Jack, pintu tidak terkunci!”
Lalu terdengar pintu terbuka, dan Jack masuk sambil menenteng dokumen di lengan kanannya.
"Ini dokumennya, Tuan!” seru Jack sambil mengulurkan dokumen itu ke arah Elrick.
"Dokumen apa?" tanya Elrick kesal.
"Anda menyuruh saya ke sini karena dokumen yang kemarin lupa anda tanda tangani kan? Ini dokumennya, Tuan," jawab Jack.
Elrick langsung duduk dan menepis dokumen-dokumen itu, "Bodoh kau! Saya sedang tidak enak badan kau malah menyerahkan dokumen yang memusingkan itu! Kau ingin saya cepat mati ya?" geramnya.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu anda sedang tidak enak badan."
Elrick mengibas tangannya, "Sudah segera rapikan kembali dokumen-dokumen itu, letakkan di atas meja sana, dan panggil Dokter Colin sekarang juga!" perintah Elrick dengan tidak sabar sambil menunjuk meja di depan sofa panjang.
"Baik, Tuan," seru Jack lalu mengeluarkan handphone dari saku dalam jasnya, dan tanpa buang waktu lagi, langsung menelepon dokter Colin.
"Segera ke rumah Mr. Rick sekarang," serunya.
"Apa keluhannya sekarang?" tanya dokter Colin.
"Sudah anda ke sini saja sekarang! Sepertinya ada yang tidak beres dengannya!"
"Ok, lima belas menit lagi saya sampai!"
Jack mematikan handphonenya, "Dokter Colin sedang dalam perjalanan ke sini, Tuan."
"Iya aku sudah dengar, apa volume handphonemu itu tidak bisa di kecilkan Jack? Sudah tuli kau ya?" rutuk Elrick dan Jack langsung periksa volume handphonenya, ternyata suaranya masih sebatas normal.
‘Apa telinga Tuan yang sedang sensitif ya?’ tanya Jack dalam hatinya.
"Sekarang katakan padaku,Jack. Apa kau merasa mual saat ini? Karena kita makan makanan yang sama semalam!"
"Hmm tidak, Tuan. Perut saya baik-baik saja."
"Kalau begitu bukan karena makanan. Lalu kenapa bangun tidur saya langsung merasa mual?"
"Maaf saya tidak tahu, Tuan. Saya bukan dokter. Sebaiknya anda tanyakan saja nanti pada Dokter Colin."
Elrick menatap tajam asisten pribadinya itu, "Yang bilang kau dokter siapa? Dan..."
Elrick berhenti bicara, lalu hidungnya mengendus udara di antara dirinya dan Jack, dan matanya kembali menatap tajam Jack.
"Kau pakai parfum apa sih, Jack? Wanginya membuatku kembali mual!"
Jack mengendus pakaiannya sebelum menjawab, "Ini parfum yang biasa saya pakai, Tuan. Biasanya anda tidak pernah mempermasalahkan wangi parfum saya," jelas Jack dengan kening yang mengkerut bingung.
Elrick mengibas tangannya dengan tidak sabar, mengisyaratkan Jack untuk segera menjauh,
"Kau menjauh sana, aku tidak tahan mencium parfum mu itu!" hardiknya.
Setelah menghela napas panjang, Jack merapikan dokumen yang berceceran di lantai terlebih dahulu, sebelum beranjak menjauh sesuai permintaan bossnya itu.
Sejurus kemudian pintu kamar kembali di ketuk, Jack bergegas ke arah pintu dan membukanya. Sambil tersenyum seperti biasanya, dokter Colin masuk dan berdiri tepat di depan Elrick.
"Kau bisa rebahan sekarang, Mr. Rick? Saya akan periksa anda!" seru dokter Colin, sambil mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya, dan tanpa banyak tanya lagi, Elrick langsung menurutinya.
Setelah memasang bagian eartip stetoskop itu di kedua telinganya, dokter Colin menekan chestpiece ke bagian jantung, paru-paru dan perut Elrick, sementara tangannya memeriksa denyut nadi Elrick.
"Overall, anda baik-baik saja, Mr. Rick. Tidak ada masalah dengan pencernaan anda, dan organ penting lainnya. Saya akan melakukan tes darah untuk meyakinkan anda," jelas dokter Colin.
Dokter Colin mengeluarkan jarum suntik baru dari dalam tasnya, lalu dengan perlahan memasukkan jarum suntik itu ke pembuluh darah arteri Elrick.
Setelah dirasa cukup, dokter Colin mencabut jarum itu dan menekan luka bekas tusukan jarum sebelum membalutnya.
"Lalu kenapa saya merasa mual tadi? dan sekarang pun saya masih merasa mual!" desak Elrick.
"Mungkin anda kelelahan, dan tolong perbanyak istirahat, kurangi jam kerja, yang terpenting jangan telat makan. Ingat anda punya maag!” tegas dokter Colin.
Elrick menatap sini dokter Colin, "Memangnya siapa kau? Berani memberi saya perintah!" geram Elrick.
Mengabaikan geraman Elrick, dokter Colin mengalihkan perhatiannya ke Jack.
"Tolong perhatikan makanan Mr.Rick. Dan kurangi kesibukannya!" serunya dan Jack mengangguk.
Dokter Colin mengeluarkan buku resep dari dalam tasnya,
"Kekayaan anda tidak akan habis bahkan sampai empat belas keturunan sekalipun, tapi masih saja anda memporsir tubuh anda dengan terus bekerja keras, seolah-olah anda akan mati kelaparan saja besok kalau hari ini tidak kerja keras. Aku hanya memberikan vitamin saja untukmu, kalau masih tetap mual jangan segan-segan menghubungi saya lagi," gumam dokter Colin sambil menulis resep, kemudian menyerahkan resep itu pada Jack.
"Apa kau tidak dapat menemukan dokter hebat lainnya, Jack? Dokter yang satu itu terlalu banyak bicara dan terlalu tua, saya tidak yakin telinganya masih bisa mendengar dengan baik!" geram Elrick setelah dokter Colin keluar dari kamarnya.
"Sudah sejak anda kecil Dokter Colin menjadi dokter pribadi anda, Tuan. Dan seperti itu lah ia selama ini bicara sesuai dengan yang ada di dalam pikirannya. Tapi baru kali ini anda mengeluhkannya, Tuan," sahut Jack dengan santai.
"Kau juga sama banyak bicaranya dengan dokter tua itu, siapkan pakaian saya sekarang!” perintah Elrick sambil turun dari tempat tidurnya, kemudian melenggang ke arah kamar mandi.
"Anda akan tetap bekerja hari ini, Tuan?" tanya Jack tapi Elrick mengacuhkannya.
Setelah meletakkan dokumen yang Jack pegang ke atas meja, Jack melangkahkan kakinya ke ruang ganti, dan memilih stelan jas dan kemeja panjang yang akan di pakai Elrick hari ini.
****
Rick Group.
"Buat peraturan baru, mulai besok seluruh karyawan baik pria atau wanita, dilarang memakai parfum, bahkan pewangi pakaian sekalipun!! Saya nyaris mati menahan mual karena mencium parfum mereka saat rapat tadi!!" perintah Elrick pada Jack dengan nada tegas.
"Tapi itu akan membuat kehebohan di sini, Tuan." ujar Jack dengan penuh pertimbangan.
"Lakukan perintah saya sekarang juga, atau saya pecat!" gertak Elrick dan Jack langsung mencatat perintah bossnya itu di tabletnya.
"Ada lagi Tuan yang harus saya tambahkan?"
"Sementara itu dulu. Bawa ke sini makan siang saya."
Tanpa di perintah dua kali, Jack langsung meletakkan menu makan siang Elrick di atas mejanya, dan Elrick langsung mendorong mundur kursi kerjanya saat melihat dan mencium makanan yang ada di depannya itu.
"Kau mau membunuh saya ya? Makanan apa ini? Dan baunya … " Elrick tidak melanjutkan lagi gerutuannya karena langsung lari ke kamar mandi dan kembali muntah.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Jack sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Apa saya terlihat baik-baik saja? Belakangan ini performa kerjamu menurun, Jack. Saya akan memotong gajimu bulan depan!" keluh Elrick sebelum akhirnya kembali muntah.
Dengan segera, Jack menghubungi kembali dokter Colin dan memintanya datang ke Rick Group secepatnya.
Dan setelah dokter Colin datang, Elrick menceritakan semua keluhannya, dari rasa mual, penciumannya yang menjadi lebih sensitif, bahkan pendengarannya pun terkadan ikut sensitif juga.
"Dari hasil lab terlihat baik dan normal. Saya juga sudah melakukan Arterial Blood Gas, dan hasilnya juga normal," jelas dokter Colin sambil membacakan hasil labnya.
"Lalu sebenarnya saya sakit apa? Tidak mungkin saya bisa tiba-tiba mual tanpa alasan yang jelas, pasti ada faktor pemicunya kan?" Elrick mencecar dokter Colin dengan pertanyaan demi pertanyaan.
Untuk sesaat dokter Colin menatap penuh wajah Elrick, dan suaranya terdengar ragu-ragu saat bertanya,
"Apa dua bulan belakangan ini anda menghamili seseorang?"
Elrick terperanjat saat mendengar pertanyaan dokter Colin itu, dan amarah kembali menguasainya,
"Apa kau pikir saya tidak bersikap hati-hati saat melakukannya? Saya selalu memakai alat pelindung!" geram Elrick kesal.
"Apa anda merasakan emosi anda naik turun belakangan ini?" tanya dokter Colin lagi.
"Iya, Sial! Sebenarnya ada apa dengan saya"
"Dugaan sementara saya, anda mengidap Syndrom Couvade, atau kehamilan simpatik. Sudah pasti ada seseorang yang sedang mengandung anak anda!" dokter Colin menegaskan dengan penuh keyakinan,
"Apa anda yakin tidak lupa memakai alat pelindung? Atau mungkin alat pelindung itu bocor?"
Elrick memukul meja dengan kencang, "Saya selalu memastikan untuk selalu memakainya, dan sepanjang sepengetahuan saya, tidak pernah sekalipun ada kebocoran. Dan terlebih lagi saya tidak pernah berhubungan intim lagi sejak … " kata-kata Elrick menggantung saat ia teringat sesuatu.
"Oh my God … ” gumamnya sambil membelalakkan kedua matanya.
"Sejak kapan? Apa itu dua bulan yang lalu?" desak dokter Colin.
"Ya, sejak dua bulan lalu. Dan saya tidak memakai alat pelindung saat itu. Tapi bisakah kehamilan itu terjadi walau hanya melakukannya satu malam?" tanya Elrick sambil mengerutkan keningnya.
"Walau hanya melakukan sekali pun bisa saja terjadi kehamilan, kalau wanita itu sedang dalam masa subur," jawab dokter Colin.
Elrick langsung mengalihkan perhatiannya ke Jack yang sedang ternganga tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Jack, segera cari informasi tentang wanita itu!" perintahnya.
Empat Tahun KemudianAkhirnya sesuai dengan target mereka, Aliana Keizaa dan Clarissa berhasil menyelesaikan kuliah pasca sarjana mereka dalam waktu dua tahun, dan gelar Magister Manajemen sudah mereka sandang saat ini.Lengan mereka saling merangkul, dan senyum manis tersungging di wajah ketiganya ke arah kamera Alson, yang mendapat tugas mengabadikan prosesi wisuda adik dan istrinya itu."Mommy!" teriak nyaring Leon sambil berlari ke arah Aliana dan langsung memeluk kakinya. Bocah berusia tiga tahun itu sepertinya berhasil melepaskan diri lagi dari pengasuhnya.Aliana menunduk untuk menggendong putranya itu, "Sayang, Mommy kan sudah bilang, jangan lari-lari nanti kamu jatuh bagaimana?" tegurnya sambil mencubit gemas hidung Leon yang mancung.Leon memainkan tali topi toga Aliana, kemudian menarik lepas topi itu dari kepala Aliana, hingga jepit rambut Aliana ikut terlepas, dan rambut panjangnya tergerai indah hingga ke punggungnya.Seperti tidak menyadari kerusakan yang ia sebabkan p
Elrick menatap pantulan dirinya di depan cermin besar kamarnya. Celana panjang dan kemeja yang serba longgar, serta jas yang baru sekali ini ia lihat mereknya, yang jelas bukan dari desainer ternama.Belum lagi kacamata bulatnya, serta tompel buatan di pipi kanannya, “Oh my God! Saya jadi terlihat nerd seperti ini, jangan sampai salah satu kolega saya melihat saya seperti ini!" gerutunya, lalu menghela napas kesal sebelum menambah lagi rentetan gerutuannya, "Dan jas ini? Darimana kau mendapatkannya? Saya akan membakar pabriknya karena sudah membuat jas yang tidak berkualitas seperti ini!" geram Elrick kesal."Astaga, Tuan. Ini hanya sementara sampai kita mendapatkan kepastian tentang anak itu," timpal Jack sambil mendecakkan lidahnya.Elrick langsung balik badan, dan memberikan tatapan tajam ke arah Jack, "Apa yang saya dengar barusan adalah gerutuanmu, Jack? Kalau kau sudah bosan bekerja dengan saya ... Ajukan segera surat pengunduran dirimu!" ancamya dengan nada dingin.Jack lan
Elrick membanting pintu Penthousenya hingga membentur dinding, dan menyebabkan suara benturan keras yang menggelegar sampai ke balkon samping kolam renang, tempat Jack sedang bersantai sambil menyesap secangkir Americanonya.Dengan tergopoh-gopoh Jack langsung menghampiri Elrick, dan mengambil tas kerjanya dari tangannya, "Bagaimana interviewnya, Tuan?" tanya Jack."Bagus yaa kau bisa duduk santai, sementara saya harus bekerja!" geram Elrick sambil membanting jasnya ke lantai.Jack memilih untuk diam, kemudian menunduk untuk mengambil jas itu dari lantai dan memindahkannya ke rak baju kotor, karena dalam keadaan bossnya yang seperti ini, mau beralasan apapun Jack akan tetap salah, dan ujung-ujungnya gajinya akan di potong lagi."Ambilkan aku champagne!" seru Elrick sambil menggulung lengan kemejanya, dan menjatuhkan dirinya di atas sofa."Tapi anda belum makan, Tuan." "Ambilkan saja cepat! Atau...""Baik, Tuan," sela Jack sebelum Elrick mengatakan akan memotong gajinya lagi, dan Ja
Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu. Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari
Jika ingin melihat seorang introvert menjadi seorang ekstrovert, cobalah mengajaknya berbicara terlebih dahulu! Mereka akan lebih terbuka jika lawan bicaranya membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi pertanyaan yang berbobot dan dikuasai seorang introvert itu.'Baiklah, aku akan mencoba peruntunganku,' gumam Elrick dalam hati, sebelum beranjak mendekati Aliana yang sedang sibuk mencari maianan untuk anaknya, putra mereka."Apa Leon menyukai Thomas dalam bentuk kereta? Atau apapun yang ada gambar Thomasnya?" tanya Elrick dengan suara lembut, itupun sudah membuat Aliana sedikit tersentak kaget, karena tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara."Iya," jawab Aliana sekenanya."Iya apa? Dalam bentuk kereta atau apa?" Elrick kembali bertanya sambil terkekeh pelan. Sekilas Aliana menatap Elrick, sebelum akhirnya mengalihkan lagi perhatiannya ke rak mainan itu, "Keduanya," jawab Aliana lagi dengan sama singkatnya seperti tadi.'Ah, belum berhasil!' desah Elrick dalam hatinya."Rick, tolong a
Tidak sedikit perusahaan yang memilih pemimpin dengan karakteristik ekstrovert sebagai pilihan utama, termasuk perusahaan Elrick, karena interpersonalnya yang cenderung lebih baik, kemampuan networking yang luas dan selalu tampil energik.Tapi hari ini Aliana telah membuka matanya dengan pengetahuan baru, bahwa seorang introvert juga tidak kalah baiknya dalam hal memimpin perusahaan dan memimpin rapat seperti hari ini.Aliana memiliki tendensi untuk membangun komunikasi yang lebih berkualitas dengan konsep one on one. Aliana tahu kapan harus diam untuk mendengarkan saran dan pandangan lain, membuat bawahannya merasa lebih di dengar dan di hargai, yang belum tentu bisa dilakukan seorang ekstrovert.Sifatnya yang cenderung pendiam, membuat Aliana tidak berkoar-koar untuk meninggikan kemampuannya sendiri, dan enggan menyombongkan diri hanya untuk mendapat perhatian orang-orang di sekitarnya. Padahal lebih dari sekali Elrick melihat kesempatan Aliana untuk membanggakan dirinya, tapi itu
Sebulan Kemudian.Menjadi Personal Assisten ternyata lebih sibuk dari bossnya, tidak mengenal tanggal merah pula dalam hidupnya. Jam kerja tidak delapan jam seperti karyawan biasa, tapi mengikuti jam kerja boss. Lembur sudah menjadi makanan Elrick sehari-hari sekarang.Tapi malam ini, Elrick benar-benar lelah. Ia yang biasanya memberi perintah, sekarang harus menerima perintah. Ia yang biasanya tinggal bertanya jadwal schedulenya, sekarang justru ia yang menjadi time keeper, yang mengatur jadwal kegiatan Aliana dengan detail."Hah, seperti mengurus pasangan saja! Antar jemput, menyemangatinya, memberi solusi dikala Aliana buntu, memberitahu kapan Aliana harus makan, kapan ia harus istirahat sejenak. Sayangnya urusan ranjang tidak termasuk di dalamnya. Padahal wanita itu sudah menghabiskan banyak waktu saya satu bulan ini! Sekarang saya baru bisa tidur jam 12 malam dan jam lima pagi sudah harus bangun!" keluh Elrick sambil merebahkan diri di atas sofa panjangnya."Yah! Seperti itulah C
"Oh, aku mengerti sekarang! Apa kamu sudah memiliki anak, Rick? Kamu tahu benar tentang anak-anak," tanya Aliana, dan Elrick tidak tahu harus menjawab apa.Yang Elrick tahu dan yakini sekarang adalah, Leon benar-benar anaknya, darah dagingnya. Elrick yakin itu, karena matanya tidak dapat membohonginya, dan Elrick langsung merasakan ikatan batin dengan anak itu ketika ia menggendongnya tadi."Di mana orang tua anda?" tanya Elrick mengalihkan pertanyaan Aliana tadi."Oh, mereka sedang di Seoul sekarang. Dirumah kakakku," jawab Aliana sambil menyelimuti Leon sampai batas bawah dagunya."Bukankah rumah yang di sebelah itu rumah Om anda, Nona?' "Iya, tapi mereka semua sedang di Seoul juga. Itu makanya aku meminta bantuanmu, Rick.""Apa anda tidak memiliki baby sitter?" tanya Elrick dengan kening yang mengerut. Karena tidak mungkin sekelas Adipramana tidak mampu membayar baby sitter kan?"Suster Rina sedang sakit, jadi aku memintanya untuk istirahat dulu sampai kondisinya prima lagi, aku t
"Boss, ada Tuan Elrick di sini!" lapor Ekram ke appa Alex."Mau apa begundal itu?" tanya appa Alex."Katanya mau menyelesaikan masalah dengan Nona Aliana, Boss," jawab Ekram."Siapkan speed boat, saya akan menyusul ke sana!""Baik, Boss.""Ada apa, Lex?" tanya eomma Sonya."Bersiaplah, My Queen. Kita akan menyusul anak dan menantu kita," jawab appa Alex sambil mencubit gemas hidung eomma Sonya."Kemana? Bukannya Elrick sedang di Amsterdam?""Ke Santa Margherita Ligure. Elrick sudah berada di sana.""Santa Margherita? Aku belum pernah ke sana. Baiklah aku siap-siap dulu!" pekik eomma Sonya senang, lalu bergegas ke kamarnya."Sus, tetap di resor ini dan jangan keluar. Kalau perlu apa-apa, jangan sungkan-sungkan meminta bantuan mereka!" seru appa Alex sambil menunjuk ke empat bodyguard yang sedang berjaga-jaga di depan resor."Ya, Tuan." "Opal mo ke mana?" tanya Leon.S
"Katakan dulu dimana Daddymu? Kenapa dia tidak mendatangiku?" tanya mommy Gisya. "Aku meninggalkannya di rumah Granny," jawab Elrick sambil menyeringai lebar, dan mengusap leher belakangnya. "Ya Tuhan, Rick. Apa yang ada dipikiranmu hingga meninggalkan Daddymu?" Elrick merangkul bahu aliana sebelum menjawab, "Tentu saja pikiranku saat itu sedang dipenuhi istri cantikku ini, Mom. Aku dan Jack baru saja menemukan jejakmu, dan kami langsung terbang ke Italia." Mommy Gisya memicingkan kedua matanya, "Bagaimana kamu bisa tahu Aliana sedang bersama Mommy?" "Kau dan Daddy, kalian tidak pernah terpisahkan satu dengan yang lainnya, lalu tiba-tiba Daddy berada di Amsterdam dan kau di Portofino. Sudah pasti aku langsung mencurigai kalian." "Apa saat kamu pergi, Daddy tidak sedang bersamamu?" "Daddy sedang berbicara dengan Granny." Melihat wajah Elrick yang tiba-tiba kembali
Setelah melihat tanda keluarganya ada di punggung belakang Leuis, Elrick langsung mengumpat pelan, dan segera bergegas ke luar rumah dengan amarah yang memuncak. Ia memang dalam keadaan mabuk dan tidak sadar saat bersama Bella malam itu, tapi Elrick yakin mereka tidak melakukan apapun selain tidur bersama. Karena mereka dalam keadaan sama-sama mabuk.Selain itu Elrick hafal betul dengan perilaku Bella. Wanita itu tidak berga*rah dengan pria yang pasif, ia baru mau melakukannya saat sama-sama berga*rah. Dan Elrick semakin yakin, masalahnya dengan Bella tidak sesederhana kelihatannya.Elrick butuh Aliana. Ia membutuhkan dukungan dari wanita yang sangat ia cintai itu. Seandainya Aliana percaya sedikit saja padanya, mereka pasti akan bisa melewati masalah rumah tangganya ini dengan baik.Ya, rasa percaya dan dukungan tanpa batas dari Aliana untuknya. Itulah yang Elrick butuhkan saat ini."Jack, kesini kau!" panggil Elrick, Jack pun langsung
Santa Margherita Ligure, kota tepi pantai yang indah. Salah satu dari sekian banyak daya tarik di wilayah Portofino ini. Dengan perahu layar yang terombang ambing di marina yang penuh warna, dan pantainya yang berkerikil.Pelabuhannya yang dilapisi pohon palem berbatasan dengan tepi laut. Sementara di belakangnya, rumah-rumah bercat pastel seperti merangkak ke atas bukit. Yang dipenuhi dengan hutan hijau nan subur dan perkebunan zaitun. Seperti halnya pada kota-kota Riviera lainnya, Santa Margherita Ligure menawarkan daya tarik Portofino dengan tata letaknya yang indah, bangunannya yang berwarna-warni, dengan pohon palem yang menaungi kawasan pejalan kaki di tepi laut.Aliana dan mommy Gisya masuk semakin ke dalam, mereka menyusuri jalan-jalan abad pertengahan yang sempit dan berliku-liku itu, yang diapit restoran, kafe dan pertokoan dengan arsitektur yang menarik."Kamu suka?" tanya mommy Gisya.Sebenarnya kali ini Aliana kurang menikma
Sementara itu, daddy Aldrick menerima pesan pendek dari istrinya, sebuah foto keluarga. Lebih tepatnya foto mereka yang di ambil wartawan tadi, yang sudah di diedit sedemikian rupa hingga terlihat seperti foto keluarga yang sebenarnya."Bisa kalian jelaskan apa maksud dari foto ini? Dan kenapa bisa Gwen langsung mengirim foto ini ke Aliana?" tanya daddy Aldrick, membuat wajah Gwen seketika memucat, dan bertanya-tanya di dalam hatinya, bagaimana bisa daddy Aldrick mengetahuinya?Daddy Aldrick melayangkan tatapan menuduh pada granny, "Kau baru saja berbohong, Mama. Kalau wartawan itu bukan atas perintahmu, lantas atas perintah siapa Gwen mengirim foto ini ke Ana? Apa Gwen bertindak sendiri tanpa sepengetahuanmu?" "Mama benar-benar tidak menyuruh siapapun untuk memanggil wartawan, Al! Demi Tuhan, Mama tidak melakukan itu!" jawab granny.Tatapan menuduh daddy Aldrick beralih dari granny ke Gwen, "Berikan ponselmu, Gwen!" serunya sambil mengulurkan
"Hai, kalian bertiga lihat sini!" teriak seseorang, bukan hanya Elrick, Bella, Leuis saja yang melihat ke arah orang itu, tapi yang lainnya juga, mereka semua melihat ke arah wartawan yang sedang mengarahkan kameranya ke mereka dan langsung memotretnya dengan cepat, sebelum akhirnya melarikan diri."Jack! Cepat tangkap pria itu!" raung Elrick dengan suara yang menggelegar, membuat tangis Leuis langsung pecah."Dan kau! Suruh anakmu itu diam!" bentaknya pada Bella, membuat napas wanita itu tercekat, dan langsung membawa Leuis menjauh dari Elrick.Tatapan tajam Elrick beralih ke granny dan Gwen, "Ini ulah kalian. Ya kan?" tanyanya dingin.Seperti biasa granny hanya mengangkat dagunya, dan Gwen bersembunyi di balik granny, "Kalau iya, kenapa?" tantang granny."Kau dengar sendiri, Dad? Granny sudah mengakuinya. Itu berarti mulai detik ini juga, putus hubunganku dengannya!" seru Elrick.Daddy Aldrick memegang pundak Elrick, lalu menu
Elrick sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil mengikat sampul di dasi panjangnya, ketika dengan tergopoh-gopoh Jack datang menghampirinya, lalu menyerahkan ponsel Elrick padanya,"Siapa?" tanyanya."Oma, Tuan," jawab Jack.Dengan segera ia meraih ponsel dari tangan Jack itu, lalu mendekatkan ke telinganya."Ada kabar baik apa, Oma?" tanyanya sumringah."Kabar baik apanya? Oma tidak bisa bertemu dengan Aliana," jawab Oma dengan nada kesal."Kenapa? Appa Alex melarangnya?" "Oma pun tidak bisa menemui mertuamu itu. Karena mereka tidak ada di rumah!" geram Oma."Siapa yang tidak ada di rumah? Aliana atau Appa Alex?""Semuanya! Keluarga itu pergi entah kemana, karena tidak ada satu pun pengawalnya yang mau buka mulut."Seketika jantung Elrick berdetak dengan cepat, yang ia takutkan akhirnya kembali terjadi, Aliana memilih untuk pergi, bahkan kali ini bersama dengan kedua orang tuany
"Selamat pagi, Ana." sapa tante Gisya sambil mengulurkan tangannya, saat Aliana sudah sampai di kafe tempat mereka berbincang kemarin."Pagi juga Tante Gisya," balas Aliana menyambut uluran tangan tante Gisya.Tante Gisya menarik Aliana untuk mencium pipi kanan dan kirinya, sebelum memeluknya dengan erat,"Melihatmu membuat Tante teringat dengan putri Tante. Biarkan Tante memelukmu sebentar ya," pinta tante Gisya dan Aliana mengangguk."Memangnya putri Tante dimana sampai Tante merindukannya?" tanya Aliana setelah tante Gisya melepas pelukannya."Saat ini putri tante sedang berada di Maldives. Anak itu memang hobby traveling, bisa berbulan-bulan bahkan setahun lebih Tante tidak menemuinya," jawab tante Gisya."Oh, mungkin putri Tante sedang menikmati masa mudanya. Dulu, aku juga ingin seperti itu, setelah lulus kuliah aku ingin menikmati kesendirianku sambil mengelilingi dunia," ujar Aliana sambil tersenyum lebar."Tapi
Aliana sedang menatap kastil yang berada di atas bukit, saat ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dengan segera ia begegas membukanya."Eomma," sapanya lalu mempersilahkan eomma Sonya masuk, "Apa ada yang ingin kamu bicarakan, Sayang?" tanya eomma Sonya sambil duduk di tempat tidur Aliana.Dengan wajah memerah, Aliana duduk di sebelahnya, "Maaf, Eomma. Tadi aku tidak tahu kalau Eomma dan Appa sedang ... Maafkan aku," ucapnya sambil menunduk dan memainkan jemarinya."Tidak apa-apa. Itu tidak mengendurkan niat Appamu, kalau Appamu sudah berniat melakukan sesuatu, pasti akan tetap melakukannya, mau berapa orangpun yang membuka pintu kamar kami," keluh eomma Sonya, "Memangnya diumur Eomma dan Appa saat ini, masih bisa melakukan itu?" tanya Aliana sambil menyeringai lebar."Astaga ... Tentu saja masih bisa, Sayang. Eomma belum menopause. Kalau pun sudah, kami masih tetap bisa melakukannya," jawab eomma Sonya, "Sekarang kata