Elrick membanting pintu Penthousenya hingga membentur dinding, dan menyebabkan suara benturan keras yang menggelegar sampai ke balkon samping kolam renang, tempat Jack sedang bersantai sambil menyesap secangkir Americanonya.
Dengan tergopoh-gopoh Jack langsung menghampiri Elrick, dan mengambil tas kerjanya dari tangannya,
"Bagaimana interviewnya, Tuan?" tanya Jack.
"Bagus yaa kau bisa duduk santai, sementara saya harus bekerja!" geram Elrick sambil membanting jasnya ke lantai.
Jack memilih untuk diam, kemudian menunduk untuk mengambil jas itu dari lantai dan memindahkannya ke rak baju kotor, karena dalam keadaan bossnya yang seperti ini, mau beralasan apapun Jack akan tetap salah, dan ujung-ujungnya gajinya akan di potong lagi.
"Ambilkan aku champagne!" seru Elrick sambil menggulung lengan kemejanya, dan menjatuhkan dirinya di atas sofa.
"Tapi anda belum makan, Tuan."
"Ambilkan saja cepat! Atau..."
"Baik, Tuan," sela Jack sebelum Elrick mengatakan akan memotong gajinya lagi, dan Jack langsung bergegas ke mini bar.
Tidak lama kemudian Jack kembali dengan sebotol champagne, dan gelas flute, lalu meletakkannya di atas meja.
"Selama ini tidak ada yang berani memberi saya perintah! Tapi wanita sialan itu berkali-kali memerintah saya! Bahkan dia mengatur cara saya mengetuk pintu! Dua satu Dua! Cih, memangnya saya Wiro Sableng!" gerutu Elrick kesal.
"Dua satu dua? Maksudnya?" tanya Jack sambil mengerutkan keningnya dengan bingung.
"Mulai besok, setiap kali saya mau masuk ke ruangan wanita itu, saya harus mengetuk pintu dulu dengan dua kali ketukan, lalu jeda sebentar sebelum mengetuk satu kali, dan jeda lagi baru mengetuk dua kali. Itu kode saya untuknya! Bisa kau bayangkan Jack? Ini memalukan sekali!"
Jack berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyemburkan tawanya. Bagaimana tidak? Elrick adalah salah satu pria terkuat di Benua Eropa, yang pandangannya banyak di dengar oleh media, politikus dan selebriti, serta tidak ada satupun stasiun televisi yang tidak pernah mengundangnya.
Dan semua media massa baik cetak maupun elektronik pernah memuat profilenya, serta semua pintu terbuka untuknya. Tapi kali ini ia harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk, dengan kode pula. Ya, Jack paham betul kenapa bossnya bisa seemosi ini sekarang, harga dirinya benar-benar sudah terinjak-injak.
Mungkin ada bagusnya juga seperti ini, supaya pria yang sangat berkuasa dan arogan ini, kembali menjejakkan kakinya di bumi.
"Anda harus bersabar, Tuan. Ingat tujuan anda menyamar, jangan sampai membuatnya curiga dan rencana kita akan gagal total," ujar Jack berusaha menenangkan bossnya.
"Dan wanita itu menyuruh saya menyerahkan data-data saya ke bagian HRD! Kau bisa bayangkan Jack? Mr. Rick mendatangi bagian HRD. Itu bisa menjadi tajuk utama media massa pastinya! Harga diri saya sudah tidak bisa di selamatkan lagi!" gerutu Elrick.
'Tuan, anda baru memulainya sehari, dan gerutuan anda sudah sepanjang itu. Bagaimana kalau anda sudah mulai sepenuhnya melakukan tugas anda sebagai Personal Assistant, yang tugasnya tidak pernah ada habisnya itu. Geruruan anda pasti akan sepanjang jalur rel kereta api!' gumam Jack dalam hati.
Elrick menuang champagne ke gelas flutenya dengan hati-hati, supaya tidak menghilangkan rasa bergelembung yang menjadi ciri khas minuman ini. Lalu memegang gagang gelas flute itu sebelum meminumnya dengan sama pelannya seperti saat menuangnya tadi.
"Apa kita bayar orang saja untuk menculik anak itu, dan langsung melakukan tes DNA? Jadi saya tidak perlu repot-repot menyamar segala! Buang-buang waktu saja. Kalau hasilnya dia memang anak saya, kita bisa langsung membawanya ke Amsterdam!" saran Elrick sambil melepas kacamatanya, dan mengusap hidungnya tempat kacamata tadi bertengger.
"Jangankan menculiknya, Tuan. Berdiri satu meter dari anak itu saja sulit, terlalu banyak bodyguard yang menjaganya. Mereka melakukan penjagaan ketat seperti itu, karena dulu Nona Aliana dan sepupunya nyaris di culik. Dan ingat, ini bukan Amsterdam!" seru Jack, nada skeptis dalam suaranya membuat Elrick bertambah kesal.
"Wanita itu pernah diculik? Kapan?"
"Bukan pernah diculik, Tuan. Tapi nyaris diculik," ralat Jack, "Saat berusia empat tahun. Tapi Nona Aliana dan sepupunya itu berhasil melumpuhkan penculik itu," lanjutnya.
"Gadis sekecil itu bisa melumpuhkan penculiknya? Bagaimana bisa?" tanya Elrick dengan nada tidak percaya.
"Dengan menendang junior penculik itu, dan memukulinya dengan apapun yang mereka temukan di kamar mandi sekolahnya. Dan kehebohan mereka membuat para bodyguardnya menemukan mereka, dan akhirnya membekuk penculik itu," jawab Jack, dan Elrick langsung meringis membayangkan junior penculik itu di tendang.
"Kembali lagi ke penyamaran saya? Kenapa bukan kau saja yang menyamar? Personal Assistant itu kan sesuai dengan job deskmu! Bahkan kau jauh lebih berpengalaman dibanding Personal Assistant lainnya."
"Apa Tuan lupa, kalau Tuan sendirilah yang menawarkan diri untuk menyamar?" tanya Jack yang langsung mendapatkan tatapan menusuk dari Elrick.
Jack langsung menampar mulutnya sendiri, ia melupakan satu hal yang tidak boleh dibahas ke bossnya, yaitu mengungkit kesalahan yang sudah di lakukan bossnya itu, "Ya Tuhan! Alamat potong gaji lagi ini!" erang Jack dalam hati.
Seperti mendengat erangan Jack, Elrick berkata dengan tegas, "Saya tidak akan memotong gajimu kali ini, tapi kau harus melakukan satu hal untuk saya."
Jack kembali bersemangat, "Saya harus melakukan apa, Tuan?"
"Cari semua informasi tentang intovert, dan cara menghadapinya. Besok pagi kau harus sudah menyerahkannya ke saya. Dan mulai besok, kau harus ikut saya ke kantor itu!" tegas Elrick.
"Untuk apa saya ke kantor itu, Tuan?"
"Untuk menjadi baby sitter Presdir itu! Ya untuk mengantar jemput saya! Saya tidak akan membiarkan kau berleha-leha di sini, sementara saya bekerja."
"Baik, Tuan."
Elrick berdiri kemudian merenggangkan otot-ototnya, "Ya sudah, siapkan makan malam saya mau mandi dulu!" serunya sebelum beranjak ke kamarnya.
Di kamar inilah wanita itu kehilangan mahkotanya, yang di tembus Elrick dengan cepat hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan, dan menancapkan kuku-kuku tangannya di lengan Elrick.
Siapa yang akan menyangka kalau wanita itu masih suci, karena wanita itu berada di club yang tidak akan dimasuki oleh wanita baik-baik, kecuali bersama pasangannya.
Kalau Elrick tahu wanita itu masih suci, ia mungkin akan melakukannya dengan perlahan-lahan, atau mungkin juga ia akan membantu wanita itu dengan cara lain, dan mahkotanya akan tetap terjaga.
Tapi malam itu adalah malam yang luar biasa untuknya. Seumur-umur Elrick tidak pernah melakukannya secara marathon seperti itu, dan anehnya staminanya seperti tidak ada habisnya, bahkan Elrick masih bersemangat dan juniornya masih terus on saat wanita itu kelelahan dan tertidur.
Pagi harinya, wanita itu meninggalkan Penthousenya saat Elrick sedang mandi, tanpa ada satu pesan pun yang wanita itu tinggalkan untuknya, selain bercak darah di atas seprai yang membuktikan bahwa wanita itu benar-benar masih suci.
Ada keinginan besar di dalam dirinya untuk segera mencari tahu siapa wanita itu, dia satu-satunya wanita yang meninggalkan Elrick saat Elrick belum selesai dengannya, dan itu membuat harga diri Elrick terluka.
Tapi karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskannya segera sampai di Amsterdam, membuat Elrick menunda mencari wanita itu, dan sejak tiba kembali di negaranya, kesibukan demi kesibukan menyita begitu banyak waktunya, hingga wanita itu terlupakan.
Ingatan tentang wanita itu kembali lagi saat Elrick mengalami apa yang seharusnya wanita alami saat hamil. Tujuh bulan yang teramat menyiksa hidup Elrick, tiada hari ia lewati tanpa mual dan muntah, bahkan lebih parah dari wanita yang sedang hamil.
Elrick sampai berpikir, mungkin itu adalah cara Tuhan menghukumnya, karena sudah merenggut kehormatan seorang gadis, walaupun gadis itu sendiri yang mendatanginya, dan meminta pertolongannya.
Dan yang lebih mengherankan lagi, Sejak malam itu Elrick tidak ada keinginan sama sekali untuk bercinta dengan wanita lain. Sudah empat tahun ini Elrick hidup selibat, semua karena wanita itu.
Sejak malam itu, hidup Elrick seperti sudah terikat dengan wanita itu, yang sekarang menjadi ibu dari anaknya. Kalau ternyata anak itu benar anak mereka, Elrick tidak akan pernah melepas wanita itu dan juga anaknya.
Dan Elrick sudah bertekad akan menyulik mereka, kalau sampai wanita itu menolak untuk bekerjasama.
Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu. Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari
Jika ingin melihat seorang introvert menjadi seorang ekstrovert, cobalah mengajaknya berbicara terlebih dahulu! Mereka akan lebih terbuka jika lawan bicaranya membuka pembicaraan terlebih dahulu, apalagi pertanyaan yang berbobot dan dikuasai seorang introvert itu.'Baiklah, aku akan mencoba peruntunganku,' gumam Elrick dalam hati, sebelum beranjak mendekati Aliana yang sedang sibuk mencari maianan untuk anaknya, putra mereka."Apa Leon menyukai Thomas dalam bentuk kereta? Atau apapun yang ada gambar Thomasnya?" tanya Elrick dengan suara lembut, itupun sudah membuat Aliana sedikit tersentak kaget, karena tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara."Iya," jawab Aliana sekenanya."Iya apa? Dalam bentuk kereta atau apa?" Elrick kembali bertanya sambil terkekeh pelan. Sekilas Aliana menatap Elrick, sebelum akhirnya mengalihkan lagi perhatiannya ke rak mainan itu, "Keduanya," jawab Aliana lagi dengan sama singkatnya seperti tadi.'Ah, belum berhasil!' desah Elrick dalam hatinya."Rick, tolong a
Tidak sedikit perusahaan yang memilih pemimpin dengan karakteristik ekstrovert sebagai pilihan utama, termasuk perusahaan Elrick, karena interpersonalnya yang cenderung lebih baik, kemampuan networking yang luas dan selalu tampil energik.Tapi hari ini Aliana telah membuka matanya dengan pengetahuan baru, bahwa seorang introvert juga tidak kalah baiknya dalam hal memimpin perusahaan dan memimpin rapat seperti hari ini.Aliana memiliki tendensi untuk membangun komunikasi yang lebih berkualitas dengan konsep one on one. Aliana tahu kapan harus diam untuk mendengarkan saran dan pandangan lain, membuat bawahannya merasa lebih di dengar dan di hargai, yang belum tentu bisa dilakukan seorang ekstrovert.Sifatnya yang cenderung pendiam, membuat Aliana tidak berkoar-koar untuk meninggikan kemampuannya sendiri, dan enggan menyombongkan diri hanya untuk mendapat perhatian orang-orang di sekitarnya. Padahal lebih dari sekali Elrick melihat kesempatan Aliana untuk membanggakan dirinya, tapi itu
Sebulan Kemudian.Menjadi Personal Assisten ternyata lebih sibuk dari bossnya, tidak mengenal tanggal merah pula dalam hidupnya. Jam kerja tidak delapan jam seperti karyawan biasa, tapi mengikuti jam kerja boss. Lembur sudah menjadi makanan Elrick sehari-hari sekarang.Tapi malam ini, Elrick benar-benar lelah. Ia yang biasanya memberi perintah, sekarang harus menerima perintah. Ia yang biasanya tinggal bertanya jadwal schedulenya, sekarang justru ia yang menjadi time keeper, yang mengatur jadwal kegiatan Aliana dengan detail."Hah, seperti mengurus pasangan saja! Antar jemput, menyemangatinya, memberi solusi dikala Aliana buntu, memberitahu kapan Aliana harus makan, kapan ia harus istirahat sejenak. Sayangnya urusan ranjang tidak termasuk di dalamnya. Padahal wanita itu sudah menghabiskan banyak waktu saya satu bulan ini! Sekarang saya baru bisa tidur jam 12 malam dan jam lima pagi sudah harus bangun!" keluh Elrick sambil merebahkan diri di atas sofa panjangnya."Yah! Seperti itulah C
"Oh, aku mengerti sekarang! Apa kamu sudah memiliki anak, Rick? Kamu tahu benar tentang anak-anak," tanya Aliana, dan Elrick tidak tahu harus menjawab apa.Yang Elrick tahu dan yakini sekarang adalah, Leon benar-benar anaknya, darah dagingnya. Elrick yakin itu, karena matanya tidak dapat membohonginya, dan Elrick langsung merasakan ikatan batin dengan anak itu ketika ia menggendongnya tadi."Di mana orang tua anda?" tanya Elrick mengalihkan pertanyaan Aliana tadi."Oh, mereka sedang di Seoul sekarang. Dirumah kakakku," jawab Aliana sambil menyelimuti Leon sampai batas bawah dagunya."Bukankah rumah yang di sebelah itu rumah Om anda, Nona?' "Iya, tapi mereka semua sedang di Seoul juga. Itu makanya aku meminta bantuanmu, Rick.""Apa anda tidak memiliki baby sitter?" tanya Elrick dengan kening yang mengerut. Karena tidak mungkin sekelas Adipramana tidak mampu membayar baby sitter kan?"Suster Rina sedang sakit, jadi aku memintanya untuk istirahat dulu sampai kondisinya prima lagi, aku t
Aliana terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan ia langsung bergegas turun dari tempat tidurnya. Karena seingatnya Aliana tidur jam satu, itu berarti ia sudah tidur selama enam jam penuh tanpa terbangun karena suara tangis Leon, baru kali ini ia tidur sepulas ini sejak hadirnya Leon.Takut terjadi sesuatu pada Leon, dengan langkah cepat Aliana menuju ke pintu penghubung, dan langsung diam terpaku saat melihat pemandangan di depannya. Nampak di atas tempat tidur, Elrick sedang tertidur pulas sambil memeluk Leon yang juga masih tertidur pulas. Aliana langsung menghela napas lega, karena tidak terjadi sesuatu pada Leon seperti yang ia khawatirkan tadi.Baru saja Aliana balik badan untuk kembali lagi ke kamarnya, tapi kakinya menginjak bebek karet teman mandi Leon, hingga mengeluarkan bunyi seperti bunyi bebek pada umumnya."Mommy ... " panggil Leon.Aliana langsung balik badan dan mendapati dua pasang mata yang sedang menatapnya, sebelum Elrick bergerak turun dari temp
Entah Aliana harus senang atau iri saat melihat kedekatan Leon dengan Elrick. Leon tidak mau lepas dari Elrick, anak itu hanya mau lepas saat Elrick sedang menyetir saja. Tapi ketika mobil sudah di Serahkan ke petugas valet parking, Leon kembali minta gendong sama Elrick.Entah apa yang dibisikkan Elrick di telinga Leon hingga anak itu mau jalan sendiri, meski tangannya masih terus memegang tangan Elrick.Dan saat mereka melewati tempat bermain anak, Leon menarik tangan Elrick, mengajaknya masuk ke dalam area bermain itu, "Ada Comas, Om!" serunya sambil menunjuk kereta mini dengan desain bentuk Thomas."Sebentar ya, Leon. Om beli kartunya dulu," kekeh Elrick, tapi dengan sigap salah satu pengawal Aliana yang bernama Ekram sudah terlebih dahulu membelikannya untuk Leon."Kartunya, Pak Ricko!" serunya sambil menyerahkan kartu itu ke Elrick."Terima kasih, Ram!" ucap Elrick lalu kembali memberikan perhatiannya pada Leon."Leon mau naik kereta Thomas itu?" tanyanya dan Leon mengangguk."K
Elrick kembali mengumpat pelan, "Apa wanita tua itu masih saja berusaha menjodohkan saya dengan Gwen?" tanya Elrick kesal."Sepertinya begitu, Tuan," jawab Jack."Saya tidak mau tahu, tutupi keberadaan saya di sini, atau saya tidak akan membayar gajimu selama satu tahun penuh!" gertak Elrick lalu mematikan sambungan teleponnya."Sial! Masalah satu belum selesai, muncul lagi masalah lainnya!" desah Elrick pelan sambil mengurut keningnya.Saat Elrick kembali ke ruang VIP, terdengar tangisan Leon dan Elrick bergegas memasuki ruangan itu, nampak Aliana yang berdiri membelakanginya sedang membujuk Leon untuk menghentikan tangisannya."Huhu, Om, Eon mo Om!" rengek Leon.
"Bagaimana kamu bisa pingsan, Ken? Mamalukan saja!" keluh papi Hardhan saat mereka sudah berkumpul di kamar presidential suite itu, yang kembali mengundang gelak tawa dari keluarga yang lainnya, yang sontak membuat wajah Keanu kembali memerah."Badan kamu saja yang besar, Ken. Tapi hati hello kitty," ledek Keizaa lalu menjulurkan l1dahnya saat Keanu memelototinya.Sementara Cornelia terus terkikik geli melihat suaminya menjadi bahan olok-olokan keluarganya sendiri. Keluarga yang begitu hangat, yang saling melindungi dengan cara mereka masing-masing."Aku memang tidak bisa melihat darah!" elak Keanu.Sebenarnya bukan mengelak, tapi memang seperti itu kenyataannya."Putra bungsumu itu, Dhan. Postur badannya memang tinggi besar seperti kamu, tapi dia mudah trauma sama halnya seperti Kei. Kejadian masa kecilnya dulu saat dia terjatuh dan membuat kepalanya bocor, itulah penyebab traumanya itu," jelas dokter Sam sambil terkekeh pelan.
Cornelia merasa kontraksinya sudah mulai sering dan lama saat ini, yang berarti sudah waktunya ia melahirkan. Dengan tenang, ia mendatangi ruang kerja suaminya, dan langsung membukanya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Membuat Keanu yang tengah fokus pada pekerjaannya, langsung mengalihkan perhatiannya pada istrinya itu. "Ada apa, Sweetheart? Mau pijatan lembut di punggung lagi?" tanyanya sambil tersenyum menggoda dan meletakkan pena yang tengah ia pegang itu ke atas meja kerjanya. "Sepertinya aku akan segera melahirkan!" seru Cornelia santai, dan senyum diwajah suaminya itu seketika menghilang. Ia langsung berdiri, melompat lebih tepatnya ke arah Cornelia, lalu memeriksa istrinya itu dengan teliti, "Kamu yakin?" tanyanya. Cornelia memutar kedua bola matanya sebelum menjawab, "Tentu saja aku yakin, Ken. Sekarang cepat antar aku ke rumah sakit!" "Rumah sakit? Ah ya, rumah sakit!"
Cornelia terbangun dari tidurnya karena perutnya yang kembali tegang, sama seperti sore tadi, tapi ia tidak memberitahu Keanu mengingat betapa mudah paniknya pria itu jika menyangkut Cornelia.Lagipula hari perkiraan lahirnya masih satu minggu lagi.Dokter Elsya pernah berkata pada Cornelia, kalau ia secara alami akan mengalami kontraksi palsu yang dikenal dengan braxton hicks, sebagai latihan menghadapi kontraksi asli nantinya.Dan kini ia tengah mengalami kontraksi palsu itu, karena perutnya hanya berasa tegang saja dan tidak terasa sakit. Ketegangannya akan menghilang saat Cornelia merubah posisi tidurnya.Ia berbaring miring ke kiri membelakangi Keanu yang masih tertidur pulas, tapi rupanya gerakannya itu membangunkan Keanu, hingga pria itu beringsut mendekati Cornelia dan memeluknya dari belakangnya, dan mengelus lembut perut Cornelia."Mau pipis?" tanyanya dengan suara berat, terlihat sekali kalau suaminya itu masih ngantuk berat.
"Ken... Ken...." panggil Cornelia sambil menggoyangkan badan Keanu untuk membangunkannya. ia duduk bersila di samping suaminya itu."Hmmm, aku masih ngantuk," gumam Keanu dengan kedua mata yang masih terpejam."Dadaku tiba-tiba terasa sesak, Ken!" seru Cornelia, seketika itu juga Keanu langsung terduduk dan menangkup wajah Cornelia yang terlihat cemas itu."Sesak? Kok bisa? Biar aku telepon dokter Elsya sekarang juga ya!" Cornelia menganggukkan kepalanya, sambil terus memegang dadanya, dan berusaha menghirup udara sedalam-dalamnya, meski terasa berat.Sementara Keanu meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, ia mencari kontak dokter Elsya dan langsung menghubunginya.satu kali telepon tidak terangkat, begitupun dengan yang kedua, yang ketiga kalinya baru teleponnya diangkat,"Ya, Ken?" sapa doker Elsya dengan suara serak layaknya orang yang baru bangun tidur."Lia tiba-tiba sesak nafas, Dok! Apa yang haru
Cornelia melihat sekali lagi pantulan dirinya di cermin, sebelum melangkah keluar kamar dan mencari Keanu, yang kini tegah berada di ruang kerjanya.Setelah mengetuk satu kali pintu ruang kerja suaminya itu, Cornelia membuka dan menjulurkan kepalanya ke dalam, suaminya tengah berdiri di depan kaca besar yang menampakkan langit siang ibu kota, dengan segala kesibukannya di bawah sana.Keanu langsung berbalik, bibirnya melengkung membentuk senyum miring, senyum yang selalu mampu membuat jantung Cornelia berdebar kencang, dan dengkulnya melemah seketika. Senyum mempesona yang sudah dipatenkan suaminya itu."Kamu masih sibuk? Apa aku menganggumu?" tanya Cornelia sambil menutup pintu.Cassanova Asia itu bergerak ringan untuk mempersempit jarak di antara mereka,"Justru aku sangat menanti gangguan darimu ini, Sweethearth. Dan kenapa semakin hari kamu semakin cantik saja?" pujinya sebelum mendaratkan ciuman di puncak kepala Cornelia."C
Aliana tengah duduk di salah satu sofa di kamar Leia sambil menyu5ui putrinya yang kini telah berusia satu bulan lebih itu ketika Elrick masuk, dan langsung duduk di sampingnya, setelah mencium kening Aliana. Meski seharian bekerja, suaminya itu masih terlihat tampan dan juga wangi. Elrick meraih telapak tangan Leia yang sedang memainkan rambut panjang Aliana, dengan mata yang setengah terpejam karena sudah mulai mengantuk dan juga kenyang."Bagaimana keadaan kantor setelah aku cuti melahirkan, Rick?" tanya Aliana sambil menyeringai lebar.Ia tahu Elrick pasti bekerja dengan sangat keras, mengingat kini suaminya itu bukan hanya memegang Rick Group, tapi juga AS Group."Lumayan menguras tenaga dan otakku, Nona Ana," jawab Elrick sambil tersenyum miring, jemarinya membelai lembut pipi bapao Leia."Jangan sungkan-sungkan meminta bantuan Cintya untuk membantumu mengurus segala sesuatunya, Rick."Elrick terkekeh pelan sebelum berkata
Cornelia berkali-kali meringis pelan saat Keanu meremas erat telapak tangannya tiap kali terdengar suara teriakan Aliana saat sedang mengejan itu. Dan Cornelia harus menepuk-nepuk punggung tangan suaminya itu untuk menenangkannya."Sstt, seperti kamu saja yang menjadi suaminya, Ken.""Aku takut, Sweathearth. Aku tidak dapat membayangkan kamu akan melalui semua kengerian itu," desah Ken sambil menatap nanar Cornelia.Mereka tengah berada di ruang tunggu kamar presidential suite itu, bersama dengan anggota keluarga lainnya. Sementara anak-anak berada di ruang sebelah, di kamar main yang di sediakan khusus untuk cucu-cucu keluarga Adipramana itu.Dan saat ini, pria yang tengah duduk di lengan sofa tempat Cornelia duduk itu kembali mengelap keringat di keningnya, meski AC di ruangan ini terbilang cukup dingin.Jelas sekali suaminya itu tengah membayangkan, bagaimana Cornelia akan melewati kesakitan itu juga saat tiba waktunya melahirkan nanti
"Berhentilah meminta maaf, Rick! Sekarang tolong usap punggungku, rasanya tulang-tulangnya mau copot," rintih Aliana, dan ia berbaring miring selama Elrick mengusap punggungnya itu."Saat melahirkan Leon dulu pasti lebih berat dari ini ya?" tanya Elrick sambil terus mengusap punggung Aliana, hingga memijat lengannya."Ya, makanya kamu jangan terlalu khawatir, aku jadi ikut panik nantinya." jawab Aliana."Aku tidak tega melihatmu seperti ini, My luv.""Kamu tunggu di luar saja kalau begitu, bersama Eomma Appa dan anak-anak kita." "Tidak, aku tidak mau, aku mau terus menemani kamu di sini!""Kalau begitu tolong jangan ganggu team dokter, ok?"Elrick mengangguk cepat, "Iya."Mereka melihat dokter Elsya, dokter yang juga membantu proses persalinan eomma Sonya dulu kembali berada di antara kaki Aliana, untuk mengecek pembukaannya sudah sampai tahap apa."Ketubannya sudah pecah!" serunya, lalu suster yang me
Beberapa bulan kemudian.Di sebuah hotel bintang lima, Elrick dan Aliana mengadakan pesta ulang tahun Leuis, sekaligus mengenalkan dan mengumumkan secara terbuka, Leuis yang kini telah resmi menjadi bagian dari keluarga besar Adipramana dan juga Euginius.Dengan mengenakan stelan tuksedo warna hitam yang sama dengan yang di kenakan keluarga lainnya, Leuis terlihat tampan dan penuh percaya diri saat menghadap kamera para wartawan, yang tengah mengambil gambarnya, dan mendokumentasikan acara itu.Dengan di apit Aliana dan Elrick, Leuis menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang para jurnalis itu tanyakan, mengenai kehidupannya sebelum dan sesudah diadopsi. Tidak ada satupun yang anak itu sembunyikan, ia menjawab dengan jujur dan apa adanya."Apa tuan muda Leon menerima Leuis sebagai kakaknya?" tanya salah satu jurnalis itu sambil mengarahkan micnya ke arah Elrick."Ya, tentu saja Leon menerimanya dengan sangat baik, bahkan tidak mau jauh d