Monica membalikkan badannya kembali memasuki kamar. Kemudian, dia mengambil ponsel untuk mengirim pesan kepada Steve.[ Jam sembilan malam nanti, kamu ke kamarku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. ]Saat ini, Steve sedang minum alkohol dengan bosannya. Ketika menerima pesan itu, dia mengira dirinya sedang berhalusinasi. Steve mengucek matanya, lalu melompat dengan kegirangan!Sesuai dugaannya! Ternyata wanita memang suka lain di mulut, lain di hati. Padahal tadi Monica baru memperingati Steve untuk jangan mendekatinya, tidak boleh ke kamarnya. Sekarang Monica malah tidak bisa menahannya lagi!Kenapa Monica memilih waktu jam sembilan malam? Kenapa bukan sekarang saja? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan sekarang? Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan di ruang tamu? Kenapa mesti berbicara di kamarnya? Jelas-jelas semua ini adalah kode untuk Steve. Jika Steve tidak mengerti, sepertinya sia-sia dia sudah gonta-ganti pacar selama ini.Rasa girang seketika tumbuh di hati St
“Maaf, aku datangnya terlambat.” Terdengar suara Brandon dari belakang. Dia berjalan kemari dengan cepat. Kemudian, dia membungkukkan tubuhnya, memegang kedua pundak Yuna, baru mengecup kening Yuna.“Astaga! Menebar kemesraan di tempat umum!” Lisa berlagak menutupi matanya.“Sepertinya aku sudah kenyang, tidak usah makan lagi,” timpal Shane dengan tersenyum. Dia datang bersama Shane. Shane melihat putranya. “Hari ini kamu patuh tidak?”“Emm.” Arles mengangguk dengan perlahan. Sosoknya memang kelihatan sangat dewasa.Shane tersenyum puas. Dia duduk di samping putranya, lalu menyapa Yuna, “Nona Yuna, sudah lama tidak berjumpa.”“Iya, sudah cukup lama. Aku juga sudah lama nggak ketemu sama Arles. Aku sungguh gembira kalian bisa datang,” ucap Yuna dengan tersenyum, “Kalian datang bersama?” “Iya, kali ini aku datang untuk membahas masalah kerja sama, sekalian ada sedikit urusan mencari Tuan Brandon ….” Belum sempat Shane menyelesaikan omongannya, terdengar suara berdeham Brandon. Dia mera
Melihat waktu di jam tangan, sekarang sudah tepat jam sembilan malam. Steve langsung mengetuk pintu kamar.Steve menarik-narik kerah pakaiannya mencoba untuk merapikan pakaiannya. Demi kencan malam ini, Steve juga sudah berdandan. Hanya saja, saat dia mengenakan dasi, Clara yang melewatinya meliriknya sekilas, lalu berkata, “Sudah semalam ini, kamu masih mau makan di luar lagi? Kenapa kamu berpakaian dengan begitu rapi?”Ucapan Clara sudah mengingatkan Steve. Iya, Steve juga bukan pergi menghadiri pesta malam. Dia hanya pergi berkencan, apalagi kencannya di rumah sendiri.Di malam yang begitu gelap, seorang lelaki dan seorang perempuan janjian untuk berkencan di sebuah kamar. Berhubung Monica buka suara, wajar kalau Steve kepikiran kira-kira apa yang akan terjadi dalam keadaan seperti ini. Setelah dipikir-pikir, Steve melepaskan dasi, lalu melepaskan jas yang dipilihnya dengan susah payah. Dia menggulung lengan kemeja ke atas. Sambil becermin, Steve melepaskan dua kancing di kerahnya,
Sepertinya Monica baru selesai mandi, dia mengenakan jubah mandi yang agak kedodoran dengan tali diikatkan di bagian pinggangnya. Berhubung Monica sudah berlatih seni bela diri selama bertahun-tahun, Steve dapat melihat otot di kakinya. Apalagi ketika melihat kulit putihnya, Steve langsung menelan air liurnya.Monica menghentikan langkahnya di depan meja. Dia mengambil handuk, lalu menyeka rambutnya. Dia baru selesai mandi, air di rambutnya terus menetes, rasanya agak risi. Hanya saja, dia malah benci untuk mengeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut.“Aku bantu kamu!” Steve segera meletakkan nampan ke sebelah, lalu hendak membantunya.Hanya saja, Monica malah memiringkan tubuhnya untuk mengelak. Dia berkata dengan dingin, “Nggak usah.”Mendengar suara dingin Monica, Steve bahkan kepikiran untuk mundur.Hanya saja, setelah kepikiran tujuan dan masa depannya, Steve malah tidak rela untuk mundur. Dia terpaksa menahannya, lalu menunjukkan senyum di wajah. “Kenapa kamu bersikap be
Steve tersenyum seakan-akan merasa cukup puas. “Nona Monica, sepertinya kamu sudah terlalu meremehkan Keluarga Setiawan. Keluarga kami memang nggak kaya jika dibandingkan sama keluargamu, tapi kami masih sanggup untuk memasang sistem keamanan. Kami juga merekrut satpam dari perusahaan keamanan terunggul di seluruh dunia.“Kami bukan hanya memasang kamera CCTV saja, kami juga memasang sensor inframerah dan perangkap. Pokoknya, kamu bisa tinggal dengan tenang di sini. Kamu pasti akan baik-baik saja.” Tiba-tiba Steve kepikiran sesuatu, dia pun menambahkan, “Tapi kalau kamu nggak suka tinggal di sini, kita bisa tinggal di luar. Kita bisa beli rumah dan memulai hidup baru kita di luar. Gimana menurutmu?”Sambil berbicara, tangan Steve sambil bergerak ke bagian pundaknya. Kemudian, dia mengelus tulang selangkanya, bergerak ke bawah ….Hanya saja, gerakan Steve langsung ditahan oleh Monica. Monica langsung tersenyum. “Sehebat itu?” Tanpa menunggu bualan Steve lagi, Monica kembali menambahkan,
Steve memijat pundak Monica. Dari arah pandang Steve, dia dapat melihat tulang selangka dan kulit yang memesona. Setelah memandang ke bawah lagi, Steve juga tidak bisa melihat apa-apa.Monica membaluti tubuhnya dengan sangat ketat. Saat Steve memijat pundak Monica, dia dapat merasakan betapa kencang kulitnya Monica. Rasanya sungguh berbeda dengan wanita lemah lembut lainnya dan juga … ciuman yang sebelumnya.Seingat Steve, ketika dia mencium Monica waktu itu. Kulit Monica agak kendur. Namun sekarang, tubuhnya terasa sangat berisi dan sangat kencang.Tidak! Mungkin Steve sudah berpikir kebanyakan. Dia kepikiran dengan ciuman waktu itu. Bibirnya … membuat Steve ingin kembali melahapnya.“Monica ….” Steve membungkukkan tubuhnya mengembuskan napas di samping telinga Monica. Dia menyadari ada anting-anting berlian di telinganya, hanya saja anting-anting itu bukanlah pemberiannya. Steve jadi merasa agak kecewa. “Di mana anting-anting pemberianku?”Kepikiran dengan tindikan yang sakit itu, Mo
Bagi Monica, hukuman yang diberikannya sudah tergolong sangat ringan.Jujur saja, Monica sungguh tidak suka berhubungan mesra dengan lelaki ini. Hanya saja, dia teringat masih ada misi besar yang harus diselesaikan. Dia juga tidak boleh bersikap terlalu kasar terhadap Steve. Jadi, dia hanya memberinya hukuman kecil saja.Steve tidak sempat mengelak. Bibirnya digigit hingga terluka. Saking sakitnya, dia terus merintih. Api seketika berkobar di hati Steve. “Kamu sudah gila? Apa kamu sudah nggak waras lagi?”Awalnya Monica hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada Steve. Setelah mendengar caci maki Steve, raut wajah Monica langsung berubah dingin. Dia langsung menatap Steve dengan galaknya.Steve memang sedang emosi, hanya saja ketika menyadari tatapan Monica, dia langsung menyesali perbuatannya. Dia merinding ketakutan saat ini. Tatapan itu …. Jangan-jangan Monica ingin menghabisinya?“Bukan, aku … sungguh kesakitan!” Tanpa sadar, Steve sudah tidak menunjukkan emosinya lagi. Dia mala
Steve memang bukan Kepala Keluarga Setiawan, hanya saja dia adalah anak bungsu yang paling dimanja Amara. Dia tergolong bodoh, gampang ditebak, dan bisa jadi dia bisa mengetahui rahasia paling penting.Di dalam kamar mandi, Steve tentu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Amara. Dia hanya merasa wanita ini sangat susah untuk dihadapi. Setidaknya lebih susah daripada semua wanita yang pernah ditemuinya.Steve menengadah kepalanya untuk becermin. Setelah berkumur dan mengompres dengan air dingin, bibirnya sudah tidak begitu sakit lagi. Hanya saja, bibirnya terlihat sangat bengkak. Jika ada yang melihat bekas luka di bibirnya, tanpa perlu bertanya, semua orang juga bisa menebak apa yang telah terjadi.Saat ini, Steve menggosok-gosok ujung bibirnya. Dia merasa dirinya tidak boleh terus berada di posisi pasif!Kran air ditutup. Steve berjalan keluar kamar. Kemudian, dia menyadari Monica yang sedang berdiri di depan pintu. Dia langsung menghampiri Monica.Monica juga sudah mendengar langka