Steve memijat pundak Monica. Dari arah pandang Steve, dia dapat melihat tulang selangka dan kulit yang memesona. Setelah memandang ke bawah lagi, Steve juga tidak bisa melihat apa-apa.Monica membaluti tubuhnya dengan sangat ketat. Saat Steve memijat pundak Monica, dia dapat merasakan betapa kencang kulitnya Monica. Rasanya sungguh berbeda dengan wanita lemah lembut lainnya dan juga … ciuman yang sebelumnya.Seingat Steve, ketika dia mencium Monica waktu itu. Kulit Monica agak kendur. Namun sekarang, tubuhnya terasa sangat berisi dan sangat kencang.Tidak! Mungkin Steve sudah berpikir kebanyakan. Dia kepikiran dengan ciuman waktu itu. Bibirnya … membuat Steve ingin kembali melahapnya.“Monica ….” Steve membungkukkan tubuhnya mengembuskan napas di samping telinga Monica. Dia menyadari ada anting-anting berlian di telinganya, hanya saja anting-anting itu bukanlah pemberiannya. Steve jadi merasa agak kecewa. “Di mana anting-anting pemberianku?”Kepikiran dengan tindikan yang sakit itu, Mo
Bagi Monica, hukuman yang diberikannya sudah tergolong sangat ringan.Jujur saja, Monica sungguh tidak suka berhubungan mesra dengan lelaki ini. Hanya saja, dia teringat masih ada misi besar yang harus diselesaikan. Dia juga tidak boleh bersikap terlalu kasar terhadap Steve. Jadi, dia hanya memberinya hukuman kecil saja.Steve tidak sempat mengelak. Bibirnya digigit hingga terluka. Saking sakitnya, dia terus merintih. Api seketika berkobar di hati Steve. “Kamu sudah gila? Apa kamu sudah nggak waras lagi?”Awalnya Monica hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada Steve. Setelah mendengar caci maki Steve, raut wajah Monica langsung berubah dingin. Dia langsung menatap Steve dengan galaknya.Steve memang sedang emosi, hanya saja ketika menyadari tatapan Monica, dia langsung menyesali perbuatannya. Dia merinding ketakutan saat ini. Tatapan itu …. Jangan-jangan Monica ingin menghabisinya?“Bukan, aku … sungguh kesakitan!” Tanpa sadar, Steve sudah tidak menunjukkan emosinya lagi. Dia mala
Steve memang bukan Kepala Keluarga Setiawan, hanya saja dia adalah anak bungsu yang paling dimanja Amara. Dia tergolong bodoh, gampang ditebak, dan bisa jadi dia bisa mengetahui rahasia paling penting.Di dalam kamar mandi, Steve tentu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Amara. Dia hanya merasa wanita ini sangat susah untuk dihadapi. Setidaknya lebih susah daripada semua wanita yang pernah ditemuinya.Steve menengadah kepalanya untuk becermin. Setelah berkumur dan mengompres dengan air dingin, bibirnya sudah tidak begitu sakit lagi. Hanya saja, bibirnya terlihat sangat bengkak. Jika ada yang melihat bekas luka di bibirnya, tanpa perlu bertanya, semua orang juga bisa menebak apa yang telah terjadi.Saat ini, Steve menggosok-gosok ujung bibirnya. Dia merasa dirinya tidak boleh terus berada di posisi pasif!Kran air ditutup. Steve berjalan keluar kamar. Kemudian, dia menyadari Monica yang sedang berdiri di depan pintu. Dia langsung menghampiri Monica.Monica juga sudah mendengar langka
Steve mengangguk dengan serius, lalu melanjutkan, “Bukannya kamu nggak ingin menikah denganku? Kamu nggak ingin bersamaku, ‘kan? Kalau begitu, lebih baik kita batalkan saja pernikahan kita. Jangan memaksakan diri.”“Sejak kapan aku bilang seperti itu?” Monica spontan mengalihkan tatapannya. Dia tidak terbiasa untuk menatap seseorang dengan jarak sedekat ini. Meskipun Monica memang tidak berencana untuk menikah dengan Steve, dia juga tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu.“Kamu memang nggak bilang, tapi sikapmu sudah menyatakan semuanya. Sebenarnya kamu nggak puas sama aku dan juga nggak mendambakan pernikahan ini.” Salah satu tangan Steve masih menopang dahan pintu. Dia menatap wajah Monica, lalu berkata dengan tidak berdaya, “Aku tahu dengan persyaratanmu, ada banyak orang yang ingin mengejarmu. Jadi, aku sungguh gembira karena kamu bisa memilihku.”“Aku kira meski kamu nggak suka sama aku, setidaknya kamu punya kesan baik sama aku. Tapi setelah aku lihat-lihat, mungkin aku
Steve sungguh gembira ketika mendengar ucapan tersebut, hanya saja dia sengaja menambahkan, “Kalau kamu takut kamu digosipin orang lain, sebenarnya aku bisa ….”“Tutup mulutmu! Siapa juga yang berani gosipin aku? Kecuali orang itu sudah bosan hidup!” Genggaman Monica semakin kuat lagi. “Kamu juga!”Sebenarnya Steve masih ingin membalas. Hanya saja, tiba-tiba tangannya ditarik hingga tubuhnya bergerak maju. Setelah itu, kedua bibir kembali melekat.Steve spontan terbengong.Ada apa dengan wanita ini? Sepertinya masalah tidak berjalan sesuai dengan rencananya.Bukannya tadi Monica sangat tidak menyukainya? Dia bahkan menggigit bibir Steve hingga terluka. Sekarang kenapa … Monica malah berinisiatif?Steve sungguh tidak mengerti. Ini adalah pertama kalinya Steve tidak merasa gembira ketika sedang berciuman.Sepertinya Monica tidak berpengalaman. Jadi, dia hanya menekan bibir Steve saja. Hanya saja, bibir Steve sedang dalam keadaan terluka. Ketika bibir Monica mengenai bibirnya, dia kembali
Steve terus membolak-balikkan badannya, tidurnya tidak nyenyak malam ini. Dia sedang berpikir bagaimana menghadapi wanita gila itu besok.Setelah galau semalaman, Steve merapikan pakaiannya, lalu turun ke lantai bawah. Saat ini, dia menyadari selain ibu dan kakaknya, tidak tampak keberadaan Monica.Suasana di dalam rumah sangatlah hening. Semua orang sedang menyantap sarapan, sepertinya tidak ada yang berbeda dari biasanya.“Di mana Monica?” tanya Steve.“Mana mungkin Nona Besar mau makan sarapan seperti ini?” ucap Clara dengan nada menyindir.Sejak semalam, Monica sudah meninggalkan kesan yang tidak begitu bagus di hati Clara. Dia memang juga tidak menyukai Yuna, tapi berbeda dengan Monica. Padahal Monica dan Steve masih belum menikah, dia malah sudah bersikap begitu angkuh. Bagaimana setelah menikah nanti?Sekarang Amara masih hidup. Bagaimana jika dia sudah tiada? Bagaimana kalau Monica menyuruh adiknya yang tidak berguna itu untuk mengusirnya dari rumah ini?Jadi, Clara harus meren
Sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu, menghalangi jalannya mobil Yuna.Sopir mengerutkan kening sambil menekan klakson. “Entah siapa yang parkir di depan pintu rumah.” Kemudian, sopir kembali menekan klakson.Hanya saja, mobil tersebut tidak bermaksud untuk menggeser. Jelas-jelas ada orang di dalam mobil. Sepertinya orang itu sengaja!Saking kesalnya, si sopir menekan klakson lagi. Para pengawal yang mengawal Yuna mulai meningkatkan kewaspadaannya. Mereka merasa sangat tidak normal, sepertinya orang itu memiliki niat lain.Saat semua orang sudah siap sedia, mobil tiba-tiba bergerak mundur, lalu memutar arah dan melaju pergi.Masalah ini sungguh di luar dugaan semua orang. Awalnya mereka mengira orang itu memiliki maksud buruk. Tak disangka, dia malah pergi begitu saja.Sopir tidak berani menurunkan kewaspadaannya. Dia berhenti beberapa saat, ketika menyadari mobil sudah tidak kelihatan bayangannya lagi, dia baru merasa lega. “Dasar tidak waras!”Si sopir kembali menjalankan mobil
Di dalam kegelapan, Yuna merasa ada angin yang sedang mengembus ke arahnya. Dia menggunakan kecepatan tercepat untuk mengelak ke belakang, lalu membungkukkan tubuhnya menghindari tapak yang kuat itu. Selanjutnya, Yuna menegakkan tubuhnya, kebetulan berhasil menahan tinjuan lawan.Gerakan orang itu sangat cepat dan serangannya sangat sadis. Dia pasti bukan maling atau preman biasa. Dari beberapa jurus yang dikeluarkan, dapat diketahui bahwa kehebatan orang ini bahkan melampaui penculik di Prancis waktu itu.Jelas sekali orang itu datang dengan persiapan. Jika Yuna tidak memiliki kemampuan seni bela diri, sepertinya dia sudah kehilangan nyawanya.Bamm! Prang!Dua pergelangan tangan saling bertumpu. Kekuatan mereka berdua boleh dikatakan imbang, sulit untuk menentukan pemenangnya dalam waktu singkat. Namun pada saat itu, tiba-tiba lampu di dalam vila telah menyala.“Sepertinya listrik dari pusat bermasalah, sementara pakai mesin genset dulu. Aku akan segera memanggil orang untuk memperbai