Steve mengangguk dengan serius, lalu melanjutkan, “Bukannya kamu nggak ingin menikah denganku? Kamu nggak ingin bersamaku, ‘kan? Kalau begitu, lebih baik kita batalkan saja pernikahan kita. Jangan memaksakan diri.”“Sejak kapan aku bilang seperti itu?” Monica spontan mengalihkan tatapannya. Dia tidak terbiasa untuk menatap seseorang dengan jarak sedekat ini. Meskipun Monica memang tidak berencana untuk menikah dengan Steve, dia juga tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu.“Kamu memang nggak bilang, tapi sikapmu sudah menyatakan semuanya. Sebenarnya kamu nggak puas sama aku dan juga nggak mendambakan pernikahan ini.” Salah satu tangan Steve masih menopang dahan pintu. Dia menatap wajah Monica, lalu berkata dengan tidak berdaya, “Aku tahu dengan persyaratanmu, ada banyak orang yang ingin mengejarmu. Jadi, aku sungguh gembira karena kamu bisa memilihku.”“Aku kira meski kamu nggak suka sama aku, setidaknya kamu punya kesan baik sama aku. Tapi setelah aku lihat-lihat, mungkin aku
Steve sungguh gembira ketika mendengar ucapan tersebut, hanya saja dia sengaja menambahkan, “Kalau kamu takut kamu digosipin orang lain, sebenarnya aku bisa ….”“Tutup mulutmu! Siapa juga yang berani gosipin aku? Kecuali orang itu sudah bosan hidup!” Genggaman Monica semakin kuat lagi. “Kamu juga!”Sebenarnya Steve masih ingin membalas. Hanya saja, tiba-tiba tangannya ditarik hingga tubuhnya bergerak maju. Setelah itu, kedua bibir kembali melekat.Steve spontan terbengong.Ada apa dengan wanita ini? Sepertinya masalah tidak berjalan sesuai dengan rencananya.Bukannya tadi Monica sangat tidak menyukainya? Dia bahkan menggigit bibir Steve hingga terluka. Sekarang kenapa … Monica malah berinisiatif?Steve sungguh tidak mengerti. Ini adalah pertama kalinya Steve tidak merasa gembira ketika sedang berciuman.Sepertinya Monica tidak berpengalaman. Jadi, dia hanya menekan bibir Steve saja. Hanya saja, bibir Steve sedang dalam keadaan terluka. Ketika bibir Monica mengenai bibirnya, dia kembali
Steve terus membolak-balikkan badannya, tidurnya tidak nyenyak malam ini. Dia sedang berpikir bagaimana menghadapi wanita gila itu besok.Setelah galau semalaman, Steve merapikan pakaiannya, lalu turun ke lantai bawah. Saat ini, dia menyadari selain ibu dan kakaknya, tidak tampak keberadaan Monica.Suasana di dalam rumah sangatlah hening. Semua orang sedang menyantap sarapan, sepertinya tidak ada yang berbeda dari biasanya.“Di mana Monica?” tanya Steve.“Mana mungkin Nona Besar mau makan sarapan seperti ini?” ucap Clara dengan nada menyindir.Sejak semalam, Monica sudah meninggalkan kesan yang tidak begitu bagus di hati Clara. Dia memang juga tidak menyukai Yuna, tapi berbeda dengan Monica. Padahal Monica dan Steve masih belum menikah, dia malah sudah bersikap begitu angkuh. Bagaimana setelah menikah nanti?Sekarang Amara masih hidup. Bagaimana jika dia sudah tiada? Bagaimana kalau Monica menyuruh adiknya yang tidak berguna itu untuk mengusirnya dari rumah ini?Jadi, Clara harus meren
Sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu, menghalangi jalannya mobil Yuna.Sopir mengerutkan kening sambil menekan klakson. “Entah siapa yang parkir di depan pintu rumah.” Kemudian, sopir kembali menekan klakson.Hanya saja, mobil tersebut tidak bermaksud untuk menggeser. Jelas-jelas ada orang di dalam mobil. Sepertinya orang itu sengaja!Saking kesalnya, si sopir menekan klakson lagi. Para pengawal yang mengawal Yuna mulai meningkatkan kewaspadaannya. Mereka merasa sangat tidak normal, sepertinya orang itu memiliki niat lain.Saat semua orang sudah siap sedia, mobil tiba-tiba bergerak mundur, lalu memutar arah dan melaju pergi.Masalah ini sungguh di luar dugaan semua orang. Awalnya mereka mengira orang itu memiliki maksud buruk. Tak disangka, dia malah pergi begitu saja.Sopir tidak berani menurunkan kewaspadaannya. Dia berhenti beberapa saat, ketika menyadari mobil sudah tidak kelihatan bayangannya lagi, dia baru merasa lega. “Dasar tidak waras!”Si sopir kembali menjalankan mobil
Di dalam kegelapan, Yuna merasa ada angin yang sedang mengembus ke arahnya. Dia menggunakan kecepatan tercepat untuk mengelak ke belakang, lalu membungkukkan tubuhnya menghindari tapak yang kuat itu. Selanjutnya, Yuna menegakkan tubuhnya, kebetulan berhasil menahan tinjuan lawan.Gerakan orang itu sangat cepat dan serangannya sangat sadis. Dia pasti bukan maling atau preman biasa. Dari beberapa jurus yang dikeluarkan, dapat diketahui bahwa kehebatan orang ini bahkan melampaui penculik di Prancis waktu itu.Jelas sekali orang itu datang dengan persiapan. Jika Yuna tidak memiliki kemampuan seni bela diri, sepertinya dia sudah kehilangan nyawanya.Bamm! Prang!Dua pergelangan tangan saling bertumpu. Kekuatan mereka berdua boleh dikatakan imbang, sulit untuk menentukan pemenangnya dalam waktu singkat. Namun pada saat itu, tiba-tiba lampu di dalam vila telah menyala.“Sepertinya listrik dari pusat bermasalah, sementara pakai mesin genset dulu. Aku akan segera memanggil orang untuk memperbai
“Bukan maling. Nggak apa-apa, kok,” balas Yuna dengan suara kecil. Dia tidak ingin Brandon mengkhawatirkannya.“Apa kamu baik-baik saja?” Setelah tertegun sejenak, Brandon kembali berkata, “Aku akan segera pulang!”“Nggak usah!” Yuna menekan-nekan keningnya, lalu melanjutkan, “Bukannya aku masih bisa bicara sama kamu? Aku baik-baik saja. Dia sudah pergi. Kamu jangan dengar ucapan pembantu. Kamu tahu sendiri mereka memang agak berlebihan.”Para pembantu hanyalah orang biasa. Ditambah lagi Brandon terus mengingatkan mereka wajib menghubungi Brandon di kala Yuna tidak enak badan. Mereka semua sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan Yuna.Biasanya mereka bahkan memapah Yuna ketika menaiki maupun menuruni tangga. Sekarang, ketika mereka melihat “maling” bertarung dengan Yuna, wajar kalau mereka merasa syok.“Mereka yang berlebihan atau kamu yang menyepelekan masalah?” Brandon juga menghela napas.Yuna memang memahami Brandon, tapi Brandon juga memahaminya. Supaya Brandon tidak menc
“Apa kamu melihat wajahnya?”Kamera CCTV di vila sudah dirusak. Jelas sekali orang tersebut datang dengan persiapan. Brandon mulai gugup. Ini adalah pertama kalinya dia merasa dirinya dalam bahaya.Yuna menggeleng. “Dia menutup wajahnya, tapi setahuku dia itu cewek. Aku nggak kenal sama dia.”Tentu saja Brandon tahu siapa orang itu. Dia mendengus, lalu berkata, “Apa kamu benar-benar tidak terluka?”“Astaga!” Yuna berlagak marah seraya menepuk keningnya. “Aku nggak kenapa-napa. Aku merasa seharusnya dia sangat hebat, tadi dia nggak keluarkan semua kekuatannya. Mungkin dia hanya ingin menguji kemampuanku saja. Bisa jadi dia itu anggota keluarga seni bela diri. Jangan-jangan ….” Yuna merasa ragu. Dia tidak begitu yakin.“Monica.” Brandon menyebut nama itu dengan sangat tenang.Masalah sudah berkembang menjadi seperti ini. Tidak ada gunanya merahasiakan masalah ini dari Yuna, malah akan membahayakan Yuna saja.Bagi Yuna, lebih baik mereka berterus terang, supaya mereka bisa memikirkan cara
“Iya, orang itu sungguh ambisius. Kejadian di Keluarga Tanoto waktu itu juga adalah ulah dia.”“Maksudmu … Pembunuh Ganda?” Yuna mengerutkan keningnya. Dia seketika teringat dengan kejadian waktu itu.Dylan memang telah merencanakan banyak ide buruk, tapi ada orang yang mengendalikannya dari belakang. Waktu itu, Yuna pernah mengatakan masalah ini kepada Clinton. Clinton mengatakan dirinya akan memeriksanya. Pada akhirnya, mungkin karena terlalu banyak kerjaan, masalah ini jadi tertunda, Yuna juga tidak menanyakannya lagi.Ternyata Nona Monica Yukardi adalah majikan dari Pembunuh Ganda!“Maksudmu, dia ingin mengontrol Dylan untuk mendapatkan kekuasaan Keluarga Tanoto, dia ingin memperalat Dylan?”Brandon mengangguk. “Seharusnya rencananya seperti itu. Hanya saja tak disangka, Dylan tidak bersedia untuk dikendalikan olehnya. Monica memang memanfaatkan Dylan untuk mendapatkan kekuasaan Keluarga Tanoto, tapi Dylan juga sedang memanfaatkannya. Dia ingin memanfaatkan Monica untuk merebut kek