Melihat senyuman di wajah Yuna, Brandon langsung merespons.Yuna bukanlah wanita yang berhati sempit. Dia hanya sedang bercanda saja. Brandon langsung menahan kepala Yuna, melekatkan bibirnya di atas bibir Yuna, memberinya kecupan penuh cinta.Setelah selesai, mereka berdua terengah-engah dan aura panas mulai membaluti tubuh mereka.Sejak Yuna mengandung, Brandon sangat memperhatikan masalah ini. Mereka tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Bahkan ketika berciuman, Brandon juga tidak berani terlalu kuat. Kali ini, sepertinya Brandon sudah hampir kehilangan kendalinya.“Brandon ….” Suara Yuna terdengar agak serak dan sangat menggoda.Brandon mengangkat tangannya menempelkan satu jari ke depan bibir Yuna, tidak membiarkan Yuna untuk berbicara lagi. Brandon khawatir tidak sanggup mengendalikan dirinya lagi.Melihat Brandon sedang menahan gairahnya, Yuna merasa ingin tertawa dan juga kasihan. Dia mengedipkan matanya, lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilat jari Brandon.Brandon lang
Saat Brandon hendak berjalan pergi, Yuna langsung meraih tangannya. Brandon mengerutkan keningnya dan tidak berbicara.“Bagaimana kalau ….” Yuna menggigit bibir bawahnya dengan perlahan. Wajahnya sudah merona saat ini. “Kita lakukan saja?”Brandon sungguh terkejut. Mana mungkin Brandon tidak menginginkannya? Hanya saja, dia mesti menahan gairahnya. Meski rasanya sangat menderita, Brandon juga harus melakukannya demi Yuna dan anak di dalam kandungannya. Jadi, Brandon tidak boleh melakukannya!Yuna memang sedang berbicara, hanya saja tatapannya sudah beralih entah ke mana. Dia terlihat sangat malu saat ini. Brandon pun tersenyum, menundukkan kepalanya untuk mengecup kening Yuna, lalu beralih mengecup … bibirnya.Hanya saja, Brandon tidak mengecupnya dalam waktu lama.Yuna membuka matanya terus menatap Brandon.“Dasar bodoh, waktu kita masih panjang. Sekarang kamu harus jaga dirimu. Hal seperti ini tidaklah penting,” ucap Brandon dengan lembut.“Emm,” balas Yuna dengan lembut juga.“Selam
Hanny memang sedang bersembunyi di ujung ruangan. Namun, berhubung Monica adalah seorang praktisi seni bela diri, tentu saja dia bisa merasakannya.“Keluarlah!” jerit Monica. Seorang wanita bertubuh langsing langsung berjalan keluar belakang pintu.“Ka … Kakak ….” Hanny sungguh ketakutan.Hanya dengan melirik sekilas saja, Monica merasa sungguh membencinya. Kenapa bisa ada orang yang berwajah begitu mirip dengannya, tapi berkemampuan selemah ini? Sungguh malu-maluin saja!“Kemari!” perintah Monica setelah menghirup napas dalam-dalam.Hanny sudah terbiasa untuk menuruti apa kata Monica. Dia berjalan ke hadapan Monica, lalu berhenti di hadapan kakaknya. Namun, Hanny tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap kakaknya.Monica mengamati Hanny yang berdiri di tempat itu. Tatapannya berhenti di cuping telinga Hanny yang sedang diperban. Kepikiran masalah tindikan di telinganya, Monica spontan merasa risi.“Apa telingamu sudah baikan?”Suara Monica memang terdengar ketus, tapi dapat tera
Ternyata lelaki itu memang gatal!Monica merasa agak kesal. Steve bahkan tidak bisa membedakan dirinya dengan gadis bodoh ini. Apa mereka berdua begitu mirip? Selain memiliki wajah yang sama, sepertinya tidak ada satu bagian pun yang mirip dengan Monica. Dari segi temperamen, kepribadian hingga kemampuan, semuanya jauh di bawah Monica. Kenapa Steve tidak bisa membedakannya?“Ahh!” Hanny tidak menyangka tiba-tiba tenaga di tangan Monica akan begitu kuat. Bibirnya terasa sakit. Saking sakitnya, Hanny pun berteriak dan matanya mulai berkaca-kaca.“Apa cowok suka sama cewek yang lemah lembut seperti kamu?” Ketika menatap Hanny, rasa benci di hati Monica semakin mengental saja. Monica lekas melepaskan tangannya, lalu membalikkan tubuhnya. “Besok, kamu kembali ke Kediaman Yukardi saja!”Rasa sakit di bibir Hanny masih belum memudar. Ketika mendengar ucapan ini, dia melihat Monica dengan terkejut, seakan-akan tidak percaya dengan telinganya sendiri. “Kak?”Apa kata Monica? Hanny disuruh pula
Tatapan Monica ketika menatap Hanny menjadi lembut. Dia mengangkat tangannya menepuk pundak Hanny dengan perlahan. “Baiklah, kamu ….”Belum sempat ucapan diselesaikan, pembantu pun memasuki ruangan. “Nona Monica, ada tamu di luar sana. Katanya dari Keluarga Setiawan.”“Setiawan …,” ulang Monica. Dia melirik Hanny sekilas, lalu tampak kedua mata Hanny berkilauan. Meski hanya sesaat saja, Monica yakin dirinya tidak salah lihat.Sesuai dugaannya, Hanny sudah jatuh cinta terhadap Steve.Lagi-lagi Monica mengubah pikirannya. “Kamu kembali ke kamarmu sana. Tanpa perintahku, jangan keluar dari kamar!”Semuanya sesuai dengan dugaan Hanny. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu menjawab, “Iya!”Hanny berjalan pergi ke kamar bawah tanahnya dengan cepat. Hanya saja, setelah membelok, dia mulai melambatkan langkah kakinya.Apa yang datang itu Steve?“Suruh dia masuk!”Monica masih menimbang-nimbang kira-kira yang datang itu Steve atau Brandon? Dia duduk di atas sofa, lalu menyuruh pembantu untuk membe
“Nona Monica bisa datang ke rumahku bukannya demi barang ini? Kenapa? Kamu berani menguji istriku, tapi tidak berani membuka kotaknya?”Brandon mengisyaratkan Monica bahwa dia sudah mengetahui masalah Monica menyerang Yuna.Meskipun demikian, Monica juga tidak berencana untuk langsung mengakuinya. Dia berdeham, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa yang lagi Tuan Brandon katakan? Aku nggak begitu mengerti? Menguji istrimu? Sejak kapan aku ke rumahmu? Oh, maksudmu Kediaman Setiawan? Aku akan segera menikah dengan ommu, wajar kalau aku pergi ke rumahmu. Sebentar lagi, kamu juga akan memanggilku tante.”Melihat Monica masih tidak mengakuinya, Brandon juga tidak memaksanya lagi. Tatapannya masih tertuju pada kotak tersebut. “Itu juga kalau Nona Monica benar-benar menikah dengan omku. Kenapa Nona Monica tidak berani membukanya? Apa kamu takut aku telah melakukan sesuatu dengan kotaknya? Atau kamu tidak suka dengan hadiah pemberianku?”Ini adalah pertama kalinya Monica mengamati lelaki hebat y
Belum sempat ucapan selesai dilontarkan, Monica langsung mengulurkan tangannya ke arah Brandon.Gerakan Monica sangatlah gesit. Dia hendak mencekik leher Brandon. Jurus yang dikerahkan Monica memang kelihatan sadis, tapi sebenarnya dia masih belum mengerahkan seluruh tenaganya. Dia hanya ingin menguji kehebatan Brandon saja.Meskipun demikian, Monica sangatlah yakin dengan kemampuan bela dirinya. Bagaimanapun juga, dia sudah berlatih selama bertahun-tahun dan pernah mengalahkan begitu banyak orang. Hanya saja, Monica tidak menyangka dia malah tidak berhasil mencekik Brandon.Monica tidak berhasil melakukannya!Melihat telapak tangan yang tidak berhasil menyentuh apa pun, pikiran Monica seketika menjadi kosong. Dia bahkan tidak menyadari apa yang telah terjadi dan Brandon sudah menjauh dari dirinya.Sepertinya Brandon sudah bergerak, tapi sepertinya dia tidak bergerak. Brandon hanya berdiri di tempat dengan wajah tak berekspresi. Tiba-tiba Monica merasa Brandon sedang mentertawakannya.
“Kalau kamu ingin bertarung maupun mencari tahu sesuatu, kamu bisa mencariku, jangan ganggu istriku! Kalau tidak, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan!”Setelah mendengar ucapan Brandon, akhirnya Monica memahami kenapa orang-orang bisa mengatakan Brandon adalah seorang tokoh yang sangat menakutkan.“Heh, tak disangka Pak Brandon sangat setia,” dengus Monica. Dia kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Sampai saat ini, apa kamu masih ingin berbohong dengan keberadaan kitab rahasia itu? Tak disangka, Keluarga Setiawan diam-diam mendalami ilmu seni bela diri.”“Aku sudah bilang, tidak ada kitab rahasia apa pun di Kediaman Setiawan,” ulang Brandon sekali lagi. Suaranya sangat kecil, tapi terdengar sangat tegas.“Kenapa? Padahal kamu sudah mempelajarinya, sekarang kamu malah nggak mau ngaku?” tanya Monica dengan kesal.Monica sungguh emosi lantaran dirinya tidak sanggup mengalahkan lelaki itu. Dari pertarungan tadi, dia menyadari bahwa dirinya bukanlah tandingan si lelaki. Brandon telah mem