“Apa kamu melihat wajahnya?”Kamera CCTV di vila sudah dirusak. Jelas sekali orang tersebut datang dengan persiapan. Brandon mulai gugup. Ini adalah pertama kalinya dia merasa dirinya dalam bahaya.Yuna menggeleng. “Dia menutup wajahnya, tapi setahuku dia itu cewek. Aku nggak kenal sama dia.”Tentu saja Brandon tahu siapa orang itu. Dia mendengus, lalu berkata, “Apa kamu benar-benar tidak terluka?”“Astaga!” Yuna berlagak marah seraya menepuk keningnya. “Aku nggak kenapa-napa. Aku merasa seharusnya dia sangat hebat, tadi dia nggak keluarkan semua kekuatannya. Mungkin dia hanya ingin menguji kemampuanku saja. Bisa jadi dia itu anggota keluarga seni bela diri. Jangan-jangan ….” Yuna merasa ragu. Dia tidak begitu yakin.“Monica.” Brandon menyebut nama itu dengan sangat tenang.Masalah sudah berkembang menjadi seperti ini. Tidak ada gunanya merahasiakan masalah ini dari Yuna, malah akan membahayakan Yuna saja.Bagi Yuna, lebih baik mereka berterus terang, supaya mereka bisa memikirkan cara
“Iya, orang itu sungguh ambisius. Kejadian di Keluarga Tanoto waktu itu juga adalah ulah dia.”“Maksudmu … Pembunuh Ganda?” Yuna mengerutkan keningnya. Dia seketika teringat dengan kejadian waktu itu.Dylan memang telah merencanakan banyak ide buruk, tapi ada orang yang mengendalikannya dari belakang. Waktu itu, Yuna pernah mengatakan masalah ini kepada Clinton. Clinton mengatakan dirinya akan memeriksanya. Pada akhirnya, mungkin karena terlalu banyak kerjaan, masalah ini jadi tertunda, Yuna juga tidak menanyakannya lagi.Ternyata Nona Monica Yukardi adalah majikan dari Pembunuh Ganda!“Maksudmu, dia ingin mengontrol Dylan untuk mendapatkan kekuasaan Keluarga Tanoto, dia ingin memperalat Dylan?”Brandon mengangguk. “Seharusnya rencananya seperti itu. Hanya saja tak disangka, Dylan tidak bersedia untuk dikendalikan olehnya. Monica memang memanfaatkan Dylan untuk mendapatkan kekuasaan Keluarga Tanoto, tapi Dylan juga sedang memanfaatkannya. Dia ingin memanfaatkan Monica untuk merebut kek
Melihat senyuman di wajah Yuna, Brandon langsung merespons.Yuna bukanlah wanita yang berhati sempit. Dia hanya sedang bercanda saja. Brandon langsung menahan kepala Yuna, melekatkan bibirnya di atas bibir Yuna, memberinya kecupan penuh cinta.Setelah selesai, mereka berdua terengah-engah dan aura panas mulai membaluti tubuh mereka.Sejak Yuna mengandung, Brandon sangat memperhatikan masalah ini. Mereka tidak lagi melakukan hubungan suami istri. Bahkan ketika berciuman, Brandon juga tidak berani terlalu kuat. Kali ini, sepertinya Brandon sudah hampir kehilangan kendalinya.“Brandon ….” Suara Yuna terdengar agak serak dan sangat menggoda.Brandon mengangkat tangannya menempelkan satu jari ke depan bibir Yuna, tidak membiarkan Yuna untuk berbicara lagi. Brandon khawatir tidak sanggup mengendalikan dirinya lagi.Melihat Brandon sedang menahan gairahnya, Yuna merasa ingin tertawa dan juga kasihan. Dia mengedipkan matanya, lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilat jari Brandon.Brandon lang
Saat Brandon hendak berjalan pergi, Yuna langsung meraih tangannya. Brandon mengerutkan keningnya dan tidak berbicara.“Bagaimana kalau ….” Yuna menggigit bibir bawahnya dengan perlahan. Wajahnya sudah merona saat ini. “Kita lakukan saja?”Brandon sungguh terkejut. Mana mungkin Brandon tidak menginginkannya? Hanya saja, dia mesti menahan gairahnya. Meski rasanya sangat menderita, Brandon juga harus melakukannya demi Yuna dan anak di dalam kandungannya. Jadi, Brandon tidak boleh melakukannya!Yuna memang sedang berbicara, hanya saja tatapannya sudah beralih entah ke mana. Dia terlihat sangat malu saat ini. Brandon pun tersenyum, menundukkan kepalanya untuk mengecup kening Yuna, lalu beralih mengecup … bibirnya.Hanya saja, Brandon tidak mengecupnya dalam waktu lama.Yuna membuka matanya terus menatap Brandon.“Dasar bodoh, waktu kita masih panjang. Sekarang kamu harus jaga dirimu. Hal seperti ini tidaklah penting,” ucap Brandon dengan lembut.“Emm,” balas Yuna dengan lembut juga.“Selam
Hanny memang sedang bersembunyi di ujung ruangan. Namun, berhubung Monica adalah seorang praktisi seni bela diri, tentu saja dia bisa merasakannya.“Keluarlah!” jerit Monica. Seorang wanita bertubuh langsing langsung berjalan keluar belakang pintu.“Ka … Kakak ….” Hanny sungguh ketakutan.Hanya dengan melirik sekilas saja, Monica merasa sungguh membencinya. Kenapa bisa ada orang yang berwajah begitu mirip dengannya, tapi berkemampuan selemah ini? Sungguh malu-maluin saja!“Kemari!” perintah Monica setelah menghirup napas dalam-dalam.Hanny sudah terbiasa untuk menuruti apa kata Monica. Dia berjalan ke hadapan Monica, lalu berhenti di hadapan kakaknya. Namun, Hanny tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap kakaknya.Monica mengamati Hanny yang berdiri di tempat itu. Tatapannya berhenti di cuping telinga Hanny yang sedang diperban. Kepikiran masalah tindikan di telinganya, Monica spontan merasa risi.“Apa telingamu sudah baikan?”Suara Monica memang terdengar ketus, tapi dapat tera
Ternyata lelaki itu memang gatal!Monica merasa agak kesal. Steve bahkan tidak bisa membedakan dirinya dengan gadis bodoh ini. Apa mereka berdua begitu mirip? Selain memiliki wajah yang sama, sepertinya tidak ada satu bagian pun yang mirip dengan Monica. Dari segi temperamen, kepribadian hingga kemampuan, semuanya jauh di bawah Monica. Kenapa Steve tidak bisa membedakannya?“Ahh!” Hanny tidak menyangka tiba-tiba tenaga di tangan Monica akan begitu kuat. Bibirnya terasa sakit. Saking sakitnya, Hanny pun berteriak dan matanya mulai berkaca-kaca.“Apa cowok suka sama cewek yang lemah lembut seperti kamu?” Ketika menatap Hanny, rasa benci di hati Monica semakin mengental saja. Monica lekas melepaskan tangannya, lalu membalikkan tubuhnya. “Besok, kamu kembali ke Kediaman Yukardi saja!”Rasa sakit di bibir Hanny masih belum memudar. Ketika mendengar ucapan ini, dia melihat Monica dengan terkejut, seakan-akan tidak percaya dengan telinganya sendiri. “Kak?”Apa kata Monica? Hanny disuruh pula
Tatapan Monica ketika menatap Hanny menjadi lembut. Dia mengangkat tangannya menepuk pundak Hanny dengan perlahan. “Baiklah, kamu ….”Belum sempat ucapan diselesaikan, pembantu pun memasuki ruangan. “Nona Monica, ada tamu di luar sana. Katanya dari Keluarga Setiawan.”“Setiawan …,” ulang Monica. Dia melirik Hanny sekilas, lalu tampak kedua mata Hanny berkilauan. Meski hanya sesaat saja, Monica yakin dirinya tidak salah lihat.Sesuai dugaannya, Hanny sudah jatuh cinta terhadap Steve.Lagi-lagi Monica mengubah pikirannya. “Kamu kembali ke kamarmu sana. Tanpa perintahku, jangan keluar dari kamar!”Semuanya sesuai dengan dugaan Hanny. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu menjawab, “Iya!”Hanny berjalan pergi ke kamar bawah tanahnya dengan cepat. Hanya saja, setelah membelok, dia mulai melambatkan langkah kakinya.Apa yang datang itu Steve?“Suruh dia masuk!”Monica masih menimbang-nimbang kira-kira yang datang itu Steve atau Brandon? Dia duduk di atas sofa, lalu menyuruh pembantu untuk membe
“Nona Monica bisa datang ke rumahku bukannya demi barang ini? Kenapa? Kamu berani menguji istriku, tapi tidak berani membuka kotaknya?”Brandon mengisyaratkan Monica bahwa dia sudah mengetahui masalah Monica menyerang Yuna.Meskipun demikian, Monica juga tidak berencana untuk langsung mengakuinya. Dia berdeham, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa yang lagi Tuan Brandon katakan? Aku nggak begitu mengerti? Menguji istrimu? Sejak kapan aku ke rumahmu? Oh, maksudmu Kediaman Setiawan? Aku akan segera menikah dengan ommu, wajar kalau aku pergi ke rumahmu. Sebentar lagi, kamu juga akan memanggilku tante.”Melihat Monica masih tidak mengakuinya, Brandon juga tidak memaksanya lagi. Tatapannya masih tertuju pada kotak tersebut. “Itu juga kalau Nona Monica benar-benar menikah dengan omku. Kenapa Nona Monica tidak berani membukanya? Apa kamu takut aku telah melakukan sesuatu dengan kotaknya? Atau kamu tidak suka dengan hadiah pemberianku?”Ini adalah pertama kalinya Monica mengamati lelaki hebat y
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta