Valerie bengong dan membeku di tempatnya.Logan belum pernah bersikap seperti itu kepada dirinya. Lelaki itu juga selalu berbicara dengan nada suara yang lembut dengannya. Meski dia kerap ngambek seperti anak kecil, Logan juga selalu dengan sabar membujuknya. Tidak pernah Logan memarahinya di depan umum atau bahkan hanya sekedar memasang muka judes pada Valerie.Karena terlalu terkejut, dia lupa harus menangis dan merengek. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya diam membeku di tempat duduknya.Lelaki itu menoleh dan merasa tidak tega ketika mendapati raut wajah Valerie yang tampak terkejut tersebut. Dia ingin mengatakan sesuatu untuk menghiburnya tetapi Logan tidak ada tenaga untuk melakukannya.Dia hanya menghela napas berat dan berkata, “Pikiranku sekarang sangat berantakan sekali, kamu nanti balik sendiri saja.”Setelah itu Logan langsung pergi dari sana dan meninggalkan Valerie sendiri. Sedangkan Valerie yang diperlakukan seperti itu merasa marah dan juga benci. Selama beberapa tahu
Kebetulan waktu sudah menunjukkan jam sibuk, semua taksi tampak penuh oleh penumpang yang mengisinya. Yuna mencoba memesan mengenai aplikasi tetapi tetap tidak ada supir yang menerima pesanannya. Saat itu, Yuna merasa sepertinya repot sekali jika tidak memiliki kendaraan pribadi.Mobilnya yang dulu merupakan mobil yang dibeli oleh Logan dan surat-suratnya atas nama lelaki itu. Dulu dia tidak mempermasalahkan hal ini, tetapi saat ini Yuna merasa dirinya bodoh sekali. Tapi tidak ada yang perlu disayangkan karena Yuna tidak mengharapkan barang apa pun milik lelaki itu.Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan mempertimbangkan untuk menggunakan bus. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang. Jelas sekali tepukan tersebut seperti memberikan alarm tanda bahaya pada dirinya.Kening Yuna berkerut dan kakinya segera berputar ke belakang. Dia pikir dirinya bisa lepas dari ancaman tersebut tetapi tangan yang tadi menepuknya masih tetap berada di a
“Intinya kamu masih marah,” kata Clinton sambil menggelengkan kepalanya.“Dulu waktu kamu pergi, Kakek memang ada ngomong kalimat yang menusuk. Tapi waktu itu dia juga emosi. Masih sekeluarga, jadi jangan anggap ucapan emosi itu memang diucapkan dari hati.”“Sudah berlalu begitu lama, kamu juga sudah mendapatkan pelajarannya. Sekarang kamu lihat bagaimana orang lain menilai tentang dirimu. Kamu masih nggak mau balik?”“Aku bukannya nggak mau balik. Tunggu sampai aku merasa aku sudah boleh balik, aku pasti akan kembali,” ujar Yuna sambil menegakkan tubuhnya.“Aku bisa selesaikan urusanku dan masalahku sendiri. Kamu tenang saja, nggak akan ada yang tahu hubunganku dengan keluarga Tanoto,” tambah Yuna lagi.Namun kalimat terakhir Yuna justru memicu emosi Clinton yang naik seketika. “Kamu pikir keluarga Tanoto takut terseret dalam masalahmu? Kamu pikir dengan kamu nggak mengatakannya maka kami nggak akan terseret? Kenapa setelah sekian tahun berlalu, kamu masih tetap sok tahu?”“Kalau gitu
Semua orang di laboratorium VL tampak fokus. Mereka juga melakukan percobaan selama berkali-kali hingga tidak terhitung jumlahnya. Tetapi komposisi dari minyak esensial cukup kompleks dan ada puluhan bahan wewangian yang tergabung menjadi satu.Walaupun mereka ada resepnya, jika komposisinya berbeda sedikit saja, maka akan menghasilkan perbedaan yang luar biasa. Apalagi resep komposisi yang ada di tangan mereka masih belum jelas apakah tepat atau tidak.Semua orang tampak tenggelam dalam ujian yang sulit. Mereka sibuk hingga merasa leher pegal dan mata perih. Hanya satu orang saja yang terlihat santai. Stella masih duduk di kursinya dengan seluruh peralatan yang terletak di depannya.Tubuhnya tersandar ke belakang kursi dengan kedua tangan yang jatuh di kedua sisi tubuh perempuan itu. Kepala Stella mendongak ke atas dengan keadaan mata yang terpejam. Ternyata dia sudah tertidur.Saat Valerie masuk dan melihat pemandangan tersebut, dia mengepalkan tangannya erat dan menarik napas dalam-
Valerie bangkit dengan tubuh sedikit tegang dan sibuk berjalan mondar mandir. Seakan dia takut jika langkahnya berhenti, maka dia tidak bisa mengendalikan rasa panik dalam dirinya.Stella tidak memedulikan perempuan itu dan hanya sibuk melakukan peregangan di bagian pinggangnya yang kaku. Dia membalikkan tubuhnya dengan malas untuk melanjutkan percobaan dan penelitian. Gerakannya sangat lambat seperti tidak niat melakukan pekerjaannya.Valerie mencoba menetralkan emosinya kembali dan menatap Stella sambil berkata, “Ok, kamu katakan apa yang kamu mau? Berikan saja persyaratan yang kamu inginkan, aku akan berusaha mengabulkannya untukmu.”Mau tidak mau dia harus bersabar ketika dihadapkan pada situasi yang membahayakan dirinya. Dibandingkan meminta Valerie memohon pada Yuna, dia lebih bersedia membiarkan Stella mengajukan persyaratan pada dirinya. Setidaknya perempuan itu masih ada di bawah kendali dirinya.Mendengar ucapan Valerie membuat Stella memiringkan kepalanya dan melirik perempu
“Sepu ….” Valerie menarik napasnya dalam-dalam sambil mengumpat Stella dalam hati. Benar-benar perempuan yang luar biasa tamak!Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, terdengar lagi suara yang berkata, “Mengenai kenaikan jabatan, Ibu terlalu meremehkan ketamakanku. Aku nggak akan bisa puas dengan jabatan wakil manajer saja. Yang aku mau itu adalah posisi Ibu!”Stella mengarahkan telunjuknya ke arah perempuan itu dengan sorot mata yang menunjukkan bahwa dia tidak sedang bercanda. Wajah Valerie menggelap dalam seketika.Menjanjikan apa yang diminta oleh Stella hanya merupakan sebuah tindakan belaka, dan hal tersebut juga bisa dia tarik balik sesuka hatinya. Tetapi ketika mendengar perempuan itu tertarik dengan posisi dirinya saat ini membuat Valerie merasa Stella terlalu kurang ajar. Kalau dia menyetujuinya begitu saja, apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang di VL dan orang di luar sana?Stella pasti sudah menebak keraguannya, dia tidak buru-buru meminta jawaban Valerie dan hanya duduk
Valerie melirik layar ponselnya dan nama Logan muncul di sana. Perempuan itu melayangkan tatapan sinis pada Stella sembari mengembalikan tabung reaksi ke tangannya. “Kamu pikirkan lagi dengan matang, jangan berpura-pura bodoh!”Setelah mengatakan kalimat tersebut, dia berbalik dan keluar dari sana.“Kamu di mana?” tanya Logan begitu sambungan telepon terhubung.“Aku ada di laboratorium,” jawab Valerie dengan suara pasrah.“Bukannya aku sekarang lagi mikirin caranya? Yuna nggak bersedia membantumu, aku nggak boleh nggak peduli denganmu. VL adalah hasil jerih payah kita, aku nggak bisa membiarkan dia tumbang begitu saja.”“Apanya yang bangkrut? Jangan ngomong sembarangan! Kamu siap-siap dulu, aku akan segera menjemputmu,” kata Logan yang sepertinya sedang buru-buru. Setelah itu sambungan telepon terputus begitu saja.Valerie memandangi ponselnya sekilas kemudian berjalan kembali ke laboratorium untuk melihat-lihat. Sepertinya tidak akan ada yang mendapatkan hasil, daripada dia membuang-b
Hanya sebuah pertengkaran kecil berhasil membuat tubuh Yuna pegal dan nyeri. Dia sudah sangat lama sekali tidak berlatih dengan baik. Setelah pergi dari keluarga Tanoto, Yuna memang sudah lama mengistirahatkan dirinya.Perempuan itu asyik melakukan hal yang dia sukai hingga kedatangan Clinton yang mengingatkannya. Tidak peduli seberapa jauh dia pergi, Yuna tetap merupakan bagian dari keluarga Tanoto.Dia merendamkan dirinya di dalam bathtub. Tangannya terangkat ke atas dan terlihat lebam kebiruan di lengannya. Mungkin karena perseteruan tadi membuatnya membentur lengannya tanpa sadar. Nanti akan dia olesin salep saja.Yuna mengangkat kepalanya sambil memikirkan pertemuannya hari ini dengan Logan dan Valerie. Benar-benar membosankan sekali. Awalnya dia pikir dirinya bisa emosi dan semakin membenci kedua orang itu, tapi setelah mereka duduk dan berbicara dengan serius, dia baru menyadari bahwa dirinya sedang tidak bisa melepas masa lalunya sendiri.Dia tidak bisa melepaskannya karena tid