Hanya sebuah pertengkaran kecil berhasil membuat tubuh Yuna pegal dan nyeri. Dia sudah sangat lama sekali tidak berlatih dengan baik. Setelah pergi dari keluarga Tanoto, Yuna memang sudah lama mengistirahatkan dirinya.Perempuan itu asyik melakukan hal yang dia sukai hingga kedatangan Clinton yang mengingatkannya. Tidak peduli seberapa jauh dia pergi, Yuna tetap merupakan bagian dari keluarga Tanoto.Dia merendamkan dirinya di dalam bathtub. Tangannya terangkat ke atas dan terlihat lebam kebiruan di lengannya. Mungkin karena perseteruan tadi membuatnya membentur lengannya tanpa sadar. Nanti akan dia olesin salep saja.Yuna mengangkat kepalanya sambil memikirkan pertemuannya hari ini dengan Logan dan Valerie. Benar-benar membosankan sekali. Awalnya dia pikir dirinya bisa emosi dan semakin membenci kedua orang itu, tapi setelah mereka duduk dan berbicara dengan serius, dia baru menyadari bahwa dirinya sedang tidak bisa melepas masa lalunya sendiri.Dia tidak bisa melepaskannya karena tid
“Bran ….” Yuna yang baru saja membuka mulutnya langsung terhenti karena jari lelaki itu yang berada di depan bibirnya.“Jangan bicara.”Yuna mengedipkan matanya memandangi Brandon tanpa berbicara lagi. Jakun lelaki itu bergerak naik turun dengan begitu jelas. Gerakan tanpa sadar tersebut sungguh sangat menggoda. Dengan perlahan lelaki itu mulai merendahkan wajahnya dan mendaratkan kecupan di bibir perempuan itu.Bagaimanapun Yuna baru saja habis berendam dan tetesan air di tubuhnya juga masih belum kering. Brandon yang menggendongnya keluar otomatis juga basah karena sisa air di tubuh Yuna mengenai baju lelaki itu. Tubuh Brandon saat ini menempel sepenuhnya dengan erat di tubuhnya.Meski Yuna sudah tidak begitu sering berlatih lagi, tubuh perempuan itu tetap terjaga dengan bentuk proporsional. Ditambah lagi dengan sisa latihannya yang dulu membuat garis tubuhnya semakin membentuk dan terlihat sangat feminim.Dengan perlahan dia membuka kelopak matanya dan otot keras serta seksi lelaki
Kenapa hal ini harus ditanyakan pada dirinya?Yuna menggigit bibir bawahnya dan mengangguk dengan cepat sambil mengalihkan kepalanya ke samping karena tidak berani menatap Brandon. Setelah itu dia menoleh kembali dengan cepat sambil menatap lelaki itu.Tanpa perlu berbicara banyak, perempuan itu sudah memberikan jawaban pada lelaki itu melalui reaksi tubuhnya. Brandon terdiam selama beberapa detik, kemudian menegakkan tubuhnya dan mengambil sebuah handuk untuk membungkusnya dengan erat. Setelah itu dia menarik selimut dan menutupi tubuh Yuna.Melihat mata perempuan itu yang terus mengikutinya membuat Brandon membungkukkan tubuhnya dan mendaratkan kecupan di kening Yuna. Dengan cepat Yuna menggenggam tangan Brandon untuk menghentikan lelaki itu yang hendak bangkit.Dia mendongak untuk menatapnya dan dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Apa maksudnya?”Tatapan Brandon berhenti di tangan Yuna yang sedang menahan lengannya dengan erat. Perasaan dibutuhkan oleh perempuan itu membuat Br
Tidak bisa dipungkiri kalau dia memang memiliki rasa terhadap Brandon. Kebersamaan mereka beberapa waktu ini, serta apa yang dilakukan oleh Brandon untuknya masih belum cukup bagi Yuna untuk menentukan apakah dirinya mencintai lelaki itu.Yuna masih belum yakin apakah perasaan dirinya pada lelaki itu sudah meningkat ke tahap “Cinta”. Brandon tampan, kaya, lembut, dan sangat perhatian dengan dirinya. Semua yang ada di diri lelaki itu sulit untuk tidak membuat Yuna tersentuh. Yuna memang menyukai lelaki itu, tapi apakah dia sudah mencintainya?Brandon sendiri memang sudah menebak jawaban apa yang akan dia terima dari Yuna. Lelaki itu hanya tersenyum tipis dengan jari jempol yang mengusap bibir Yuna sambil berkata, “Nggak buru-buru, kita masih punya banyak waktu. Kamu akan jatuh cinta padaku dengan perlahan-lahan.”“Tapi ….” Brandon menghentikan kalimatnya sejenak dan melanjutkan, “Sebelum itu, aku nggak akan melakukan apa-apa. Sampai pada waktu kamu sudah yakin dengan perasaanmu, saat it
Setelah hidup mandiri selama bertahun-tahun, Yuna juga sudah terbiasa untuk mandiri dan mengandalkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia tidak pernah keberatan jika Logan tidak bisa menemaninya. Setiap selesai makan, lelaki itu akan pergi dan sibuk dengan pekerjaannya. Dia bisa mengerti dengan semua itu. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, hatinya juga sudah mulai lelah.Di diri Brandon, Yuna justru bisa merasakan perlindungan yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Melihat tangan perempuan itu yang masih tidak bergerak, Brandon bertanya, “Kenapa? Masakannya nggak cocok?”Lelaki itu sengaja memilih beberapa jenis masakan karena khawatir tidak cocok dengan selera Yuna. “Kamu suka jenis masakan apa?”“Nggak penting jenis masakannya, yang penting itu adalah siapa yang menemaniku makan,” sahut Yuna sambil menghirup napas dalam-dalam. Perempuan itu tersenyum kemudian menunduk untuk menyendokkan sesuap makanan.“Enak sekali!”Setelah itu dia mengarahkan sendoknya ke depan mulut
Dengan bingung Yuna menerimanya dan mulai membuka dokumen tersebut. Halam pertama langsung terlihat bahwa kontrak tersebut merupakan sebuah kontrak asuransi. Yang diasuransikan di sana adalah hidungnya dan yang menerima keuntungan juga dirinya sendiri. Nominal dari asuransi tersebut cukup membuat Yuna menganga tidak percaya!Yuna memasang ekspresi luar biasa terkejut dan menoleh ke arah lelaki itu sambil bertanya, “Perlu sampai berlebihan seperti ini?”“Memangnya berlebihan?” tanya Brandon balik.“Bagi peracik aroma seperti kalian ini, hidung merupakan alat vital yang paling penting. Aku merasa nggak berlebihan, kok. Justru sebaliknya, sangat dibutuhkan!” lanjut lelaki itu lagi.Benar! Bagi peracik aroma seperti Yuna, hidung memang merupakan organ tubuh yang paling penting. Selain berusaha dan giat, bakat juga merupakan sesuatu yang paling penting untuk menjadi seorang peracik aroma.Seseorang yang memiliki hidung yang bisa membedakan ratusan jenis aroma yang berbeda jauh lebih berguna
Orang asing tersebut menghentikan langkah kakinya dan membuat Logan semakin yakin bahwa dirinya tidak salah mengenali orang. Dengan napas naik turun lelaki itu berkata, “Pak Lawson, aku sengaja datang untuk menjemput Bapak. Namaku Logan dan merupakan CEO dari Perusahaan VL. Aku … sepertinya Bu Tania pernah menceritakannya pada Bapak.”Valerie yang ada di sisi Logan hanya memandangi orang asing di depannya ini dengan tatapan bingung dan tidak mengerti. Setelah itu dia menoleh pada kekasihnya yang terlihat berusaha bersikap baik pada orang asing itu. Siapa sebenarnya lelaki itu?Lawson menatap Logan penuh penilaian dari balik kaca matanya. Sikapnya tetap terlihat dingin, tetapi dengan santun dia mengangguk pada Logan sambil menjawab, “Aku pernah dengar, salam kenal.”“Halo, halo!” sambut Logan sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Lawson menunduk dan melirik tangan tersebut sesaat, kemudian dia mengulurkan tangannya juga dan membalas jabatan Logan dengan cepat. Bahkan tanga
Setelah selesai mengantarkan Lawson ke hotel, mereka membuat janji dengan lelaki itu untuk menjemputnya nanti malam dan kemudian kembali pulang.Saat mereka hanya tinggal berdua saja, Valerie baru mengeluarkan semua pertanyaan yang sedari tadi bercokol di benaknya. “Logan, sebenarnya siapa Lawson ini? Kenapa kamu bersikap begitu sopan dengan dia? Aku lihat, dia nggak menganggap kita sama sekali. Apa perlu kamu bersikap segitu baiknya di depan dia?”“Apanya yang nomor satu? Kenapa aku nggak pernah dengar nama dia? Apa dia bohong? Kamu bawa aku keliling seharian penuh hanya demi menjemput dia saja? Tapi setelah dia datang malah nggak melakukan apa pun!”“Kenapa nggak tunggu kemampuan dia yang sebenarnya baru kita putuskan mau melakukan apa? Bagaimana kalau dia hanya penipu?” ujar Valerie. Dia berpikir-pikir lagi dan merasa sikap Lawson membuatnya tidak nyaman.“Nggak mungkin dia penipu, kamu tenang saja! Nggak mudah juga bisa membuatnya datang.” Kedua tangan Logan diletakkan di depan kem