“Sepu ….” Valerie menarik napasnya dalam-dalam sambil mengumpat Stella dalam hati. Benar-benar perempuan yang luar biasa tamak!Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, terdengar lagi suara yang berkata, “Mengenai kenaikan jabatan, Ibu terlalu meremehkan ketamakanku. Aku nggak akan bisa puas dengan jabatan wakil manajer saja. Yang aku mau itu adalah posisi Ibu!”Stella mengarahkan telunjuknya ke arah perempuan itu dengan sorot mata yang menunjukkan bahwa dia tidak sedang bercanda. Wajah Valerie menggelap dalam seketika.Menjanjikan apa yang diminta oleh Stella hanya merupakan sebuah tindakan belaka, dan hal tersebut juga bisa dia tarik balik sesuka hatinya. Tetapi ketika mendengar perempuan itu tertarik dengan posisi dirinya saat ini membuat Valerie merasa Stella terlalu kurang ajar. Kalau dia menyetujuinya begitu saja, apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang di VL dan orang di luar sana?Stella pasti sudah menebak keraguannya, dia tidak buru-buru meminta jawaban Valerie dan hanya duduk
Valerie melirik layar ponselnya dan nama Logan muncul di sana. Perempuan itu melayangkan tatapan sinis pada Stella sembari mengembalikan tabung reaksi ke tangannya. “Kamu pikirkan lagi dengan matang, jangan berpura-pura bodoh!”Setelah mengatakan kalimat tersebut, dia berbalik dan keluar dari sana.“Kamu di mana?” tanya Logan begitu sambungan telepon terhubung.“Aku ada di laboratorium,” jawab Valerie dengan suara pasrah.“Bukannya aku sekarang lagi mikirin caranya? Yuna nggak bersedia membantumu, aku nggak boleh nggak peduli denganmu. VL adalah hasil jerih payah kita, aku nggak bisa membiarkan dia tumbang begitu saja.”“Apanya yang bangkrut? Jangan ngomong sembarangan! Kamu siap-siap dulu, aku akan segera menjemputmu,” kata Logan yang sepertinya sedang buru-buru. Setelah itu sambungan telepon terputus begitu saja.Valerie memandangi ponselnya sekilas kemudian berjalan kembali ke laboratorium untuk melihat-lihat. Sepertinya tidak akan ada yang mendapatkan hasil, daripada dia membuang-b
Hanya sebuah pertengkaran kecil berhasil membuat tubuh Yuna pegal dan nyeri. Dia sudah sangat lama sekali tidak berlatih dengan baik. Setelah pergi dari keluarga Tanoto, Yuna memang sudah lama mengistirahatkan dirinya.Perempuan itu asyik melakukan hal yang dia sukai hingga kedatangan Clinton yang mengingatkannya. Tidak peduli seberapa jauh dia pergi, Yuna tetap merupakan bagian dari keluarga Tanoto.Dia merendamkan dirinya di dalam bathtub. Tangannya terangkat ke atas dan terlihat lebam kebiruan di lengannya. Mungkin karena perseteruan tadi membuatnya membentur lengannya tanpa sadar. Nanti akan dia olesin salep saja.Yuna mengangkat kepalanya sambil memikirkan pertemuannya hari ini dengan Logan dan Valerie. Benar-benar membosankan sekali. Awalnya dia pikir dirinya bisa emosi dan semakin membenci kedua orang itu, tapi setelah mereka duduk dan berbicara dengan serius, dia baru menyadari bahwa dirinya sedang tidak bisa melepas masa lalunya sendiri.Dia tidak bisa melepaskannya karena tid
“Bran ….” Yuna yang baru saja membuka mulutnya langsung terhenti karena jari lelaki itu yang berada di depan bibirnya.“Jangan bicara.”Yuna mengedipkan matanya memandangi Brandon tanpa berbicara lagi. Jakun lelaki itu bergerak naik turun dengan begitu jelas. Gerakan tanpa sadar tersebut sungguh sangat menggoda. Dengan perlahan lelaki itu mulai merendahkan wajahnya dan mendaratkan kecupan di bibir perempuan itu.Bagaimanapun Yuna baru saja habis berendam dan tetesan air di tubuhnya juga masih belum kering. Brandon yang menggendongnya keluar otomatis juga basah karena sisa air di tubuh Yuna mengenai baju lelaki itu. Tubuh Brandon saat ini menempel sepenuhnya dengan erat di tubuhnya.Meski Yuna sudah tidak begitu sering berlatih lagi, tubuh perempuan itu tetap terjaga dengan bentuk proporsional. Ditambah lagi dengan sisa latihannya yang dulu membuat garis tubuhnya semakin membentuk dan terlihat sangat feminim.Dengan perlahan dia membuka kelopak matanya dan otot keras serta seksi lelaki
Kenapa hal ini harus ditanyakan pada dirinya?Yuna menggigit bibir bawahnya dan mengangguk dengan cepat sambil mengalihkan kepalanya ke samping karena tidak berani menatap Brandon. Setelah itu dia menoleh kembali dengan cepat sambil menatap lelaki itu.Tanpa perlu berbicara banyak, perempuan itu sudah memberikan jawaban pada lelaki itu melalui reaksi tubuhnya. Brandon terdiam selama beberapa detik, kemudian menegakkan tubuhnya dan mengambil sebuah handuk untuk membungkusnya dengan erat. Setelah itu dia menarik selimut dan menutupi tubuh Yuna.Melihat mata perempuan itu yang terus mengikutinya membuat Brandon membungkukkan tubuhnya dan mendaratkan kecupan di kening Yuna. Dengan cepat Yuna menggenggam tangan Brandon untuk menghentikan lelaki itu yang hendak bangkit.Dia mendongak untuk menatapnya dan dengan suara sedikit serak dia bertanya, “Apa maksudnya?”Tatapan Brandon berhenti di tangan Yuna yang sedang menahan lengannya dengan erat. Perasaan dibutuhkan oleh perempuan itu membuat Br
Tidak bisa dipungkiri kalau dia memang memiliki rasa terhadap Brandon. Kebersamaan mereka beberapa waktu ini, serta apa yang dilakukan oleh Brandon untuknya masih belum cukup bagi Yuna untuk menentukan apakah dirinya mencintai lelaki itu.Yuna masih belum yakin apakah perasaan dirinya pada lelaki itu sudah meningkat ke tahap “Cinta”. Brandon tampan, kaya, lembut, dan sangat perhatian dengan dirinya. Semua yang ada di diri lelaki itu sulit untuk tidak membuat Yuna tersentuh. Yuna memang menyukai lelaki itu, tapi apakah dia sudah mencintainya?Brandon sendiri memang sudah menebak jawaban apa yang akan dia terima dari Yuna. Lelaki itu hanya tersenyum tipis dengan jari jempol yang mengusap bibir Yuna sambil berkata, “Nggak buru-buru, kita masih punya banyak waktu. Kamu akan jatuh cinta padaku dengan perlahan-lahan.”“Tapi ….” Brandon menghentikan kalimatnya sejenak dan melanjutkan, “Sebelum itu, aku nggak akan melakukan apa-apa. Sampai pada waktu kamu sudah yakin dengan perasaanmu, saat it
Setelah hidup mandiri selama bertahun-tahun, Yuna juga sudah terbiasa untuk mandiri dan mengandalkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia tidak pernah keberatan jika Logan tidak bisa menemaninya. Setiap selesai makan, lelaki itu akan pergi dan sibuk dengan pekerjaannya. Dia bisa mengerti dengan semua itu. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, hatinya juga sudah mulai lelah.Di diri Brandon, Yuna justru bisa merasakan perlindungan yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Melihat tangan perempuan itu yang masih tidak bergerak, Brandon bertanya, “Kenapa? Masakannya nggak cocok?”Lelaki itu sengaja memilih beberapa jenis masakan karena khawatir tidak cocok dengan selera Yuna. “Kamu suka jenis masakan apa?”“Nggak penting jenis masakannya, yang penting itu adalah siapa yang menemaniku makan,” sahut Yuna sambil menghirup napas dalam-dalam. Perempuan itu tersenyum kemudian menunduk untuk menyendokkan sesuap makanan.“Enak sekali!”Setelah itu dia mengarahkan sendoknya ke depan mulut
Dengan bingung Yuna menerimanya dan mulai membuka dokumen tersebut. Halam pertama langsung terlihat bahwa kontrak tersebut merupakan sebuah kontrak asuransi. Yang diasuransikan di sana adalah hidungnya dan yang menerima keuntungan juga dirinya sendiri. Nominal dari asuransi tersebut cukup membuat Yuna menganga tidak percaya!Yuna memasang ekspresi luar biasa terkejut dan menoleh ke arah lelaki itu sambil bertanya, “Perlu sampai berlebihan seperti ini?”“Memangnya berlebihan?” tanya Brandon balik.“Bagi peracik aroma seperti kalian ini, hidung merupakan alat vital yang paling penting. Aku merasa nggak berlebihan, kok. Justru sebaliknya, sangat dibutuhkan!” lanjut lelaki itu lagi.Benar! Bagi peracik aroma seperti Yuna, hidung memang merupakan organ tubuh yang paling penting. Selain berusaha dan giat, bakat juga merupakan sesuatu yang paling penting untuk menjadi seorang peracik aroma.Seseorang yang memiliki hidung yang bisa membedakan ratusan jenis aroma yang berbeda jauh lebih berguna
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F