Sepanjang jalan sudah macet total. Ditambah dengan kecelakaan kecil yang terjadi di depan, mobil-mobil hanya bisa bergerak pelan meskipun sudah diatur polisi lalu lintas.Saat melihat mobil mereka yang merayap begitu pelan, Yuna yang tadinya masih tenang pun menjadi sedikit cemas. Setelah melihat barisan mobil yang panjang dan melirik ke arah jam, dia pun berkata, “Pak, aku turun di sini saja deh.”Kemudian, Yuna berbalik menghadap Stella dan berkata, “Kamu datang saja pelan-pelan. Aku turun dulu. Habis lewat jalan ini, aku baru cari cara lain ke sana.”“Ada begitu banyak mobil di sini, bahaya lho!” ujar Stella dengan khawatir sambil menarik Yuna.“Nggak apa-apa. Aku bakal hati-hati. Soalnya ini sudah telat banget.” Setelah melirik sekilas, Yuna ingat ada sebuah jalan kecil di sekitar sini yang bisa dilalui untuk langsung sampai ke hotel. Jika dia berjalan melalui jalan itu, mungkin dia bisa sampai lebih cepat sedikit.“Kalau gitu ... hati-hati, ya.” Stella sangat khawatir. Namun, berh
Setelah berhenti sejenak, Brandon bertanya sambil melihat ke bawah panggung, “Dari tamu yang datang hari ini, aku lihat ada lumayan banyak peracik aroma juga. Aku mau tanya, menurut kalian, apa penambahan racun ke dalam parfum atau wewangian itu memang memungkinkan?”Tidak ada yang menyangka bahwa mereka yang datang untuk bertanya malah akan balik ditanya.Ada orang yang ingin menjawab, “Kami datang untuk bertanya padamu, bukan untuk ditanya.” Namun, berhubung yang bertanya adalah Brandon, tidak ada yang berani bersuara dan hanya saling memandang.“Apa ada yang bisa menjawab pertanyaanku?” tanya Brandon lagi.Sikap Brandon terlihat tulus, bukan seperti hendak mengerjai atau mempersulit orang. Oleh karena itu, ada peracik aroma yang mau mencoba menjawab pertanyaan itu.Kedudukan Uniasia dalam industri ini sudah tidak perlu diragukan. Bahkan setelah keluar berita negatif seperti ini, mereka juga bisa dengan cepat menangani opini publik dan dampak negatifnya. Dari hal ini, dapat dilihat b
“Sebenarnya Nona Yuna ....” Saat melihat Brandon hanya menatap orang yang berbicara itu tanpa memberi jawaban, Alicia pun panik. Dia mau tak mau harus berbicara.Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara seseorang yang nyaring. “Maaf, aku terlambat!” teriak Yuna dengan terengah-engah. Dia terlihat sangat menyedihkan. Rambutnya yang dibasahi keringat menempel di wajahnya, pakaian yang dikenakannya juga sangat kasual dan santai. Para reporter yang awalnya mengira dia akan muncul dengan mengenakan pakaian mewah pun terkejut. Setelah tersadar, mereka buru-buru memotret Yuna. Bagaimanapun juga, tokoh utama sudah muncul. Jadi, perjalanan mereka hari ini sudah tidak sia-sia.Kenapa penampilan Yuna begitu menyedihkan? Apa mungkin dia awalnya tidak berniat untuk muncul, tetapi akhirnya terpaksa muncul? Beberapa reporter sudah mulai mengarang cerita dalam benak mereka.Brandon berbalik untuk melihat Yuna. Saat ini, Yuna sedang memegang sebuah kotak, napasnya masih b
Lebih bagus apabila Yuna berkata bahwa dirinya sudah membual seperti yang dikatakan peracik aroma sebelumnya. Namun, dia malah mengakui semuanya. Apa dia merasa dirinya sangat berwibawa dan terhormat dengan melakukan hal ini? Benar-benar tidak punya otak!Alicia melirik ke arah Brandon. Namun, Brandon juga sepertinya tidak berniat untuk mencegah Yuna. Perhatiannya hanya tertuju pada Yuna, seolah-olah Yuna adalah seluruh dunianya.‘Sudah gila! Dunia ini sudah gila! Pak Brandon juga sudah gila!’ batin Alicia sambil melihat ke langit. Dia tidak tahu bagaimana konferensi pers hari ini akan berakhir. Lagi pula, semuanya sudah mencapai titik ini, mereka hanya bisa melanjutkannya.“Nona Yuna, maksudmu rekaman suara itu sudah diedit? Dengan kata lain, isi sebenarnya bukan seperti yang kami dengar?” Para reporter sangat cerdas, mereka bisa langsung menyimpulkan intinya.“Rekaman suara itu memang menunjukkan tanda-tanda diedit, tapi kata-kata Nona Yuna di dalam rekaman itu berlanjut dan bukan ha
Dalam sekejap, semua orang tidak berhenti menggumamkan “menaruh racun”. Mereka menggumamkannya berulang kali dengan nada yang berbeda untuk mengamati apakah artinya benar-benar akan menjadi berbeda. Bahkan karyawan-karyawan Uniasia juga menggumamkannya dengan penasaran.Hanya Yuna yang berdiri dengan tenang. Meskipun tidak berpakaian mewah ataupun berdandan untuk konferensi pers ini, kecantikannya masih membuat orang tidak bisa berpaling darinya.“Tapi biarpun begitu, apa maksud menaruh racun yang kamu bilang? Kalau bukan racun, apa mungkin suplemen?”Yuna sepertinya sudah bisa menduga akan mendapatkan pertanyaan seperti ini. Dia pun tersenyum dan menjawab, “Bukan suplemen, tapi kurang lebih sama. Suplemen bermanfaat bagi tubuh, sedangkan yang kutambah juga punya kegunaan seperti itu.”“Nggak perlu sok misterius lagi. Jadi, kamu tetap mau ngaku kalau kamu sudah nambah zat aditif lain dalam proses meracik wewangian? Apa yang kamu tambah?”Orang bereaksi paling cepat jika disuruh untuk m
Candaan Yuna membuat orang lainnya juga tertawa. Suasananya pun berubah menjadi jauh lebih santai.Bahkan karyawan Uniasia juga ikut tertawa. Mereka tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini. Bukan hanya krisisnya yang sudah berangsur-angsur terpecahkan, hasilnya juga jauh lebih bagus dari yang mereka duga.Perlu diketahui bahwa cara penyelesaian awal yang mereka rencanakan adalah membantah keaslian rekaman itu atau mengaku bahwa Yuna hanya berbicara omong kosong. Namun, kedua cara ini hanya bisa menyelesaikan masalah untuk sementara.Bagaimanapun juga, ini adalah zaman di mana internet sangat berkembang. Sangat mudah bagi seseorang yang berniat jahat untuk membuat penjelasan yang lebih rinci mengenai rekaman suara itu, lalu membuktikan bahwa memang Yuna yang mengatakannya. Dengan begitu, situasinya akan menjadi makin buruk.Pihak Uniasia juga tidak bisa terlalu menekan masalah ini. Bagaimanapun juga, hal ini sudah menimbulkan sensasi besar. Jika mereka langsung menek
“Ada apa?” tanya seseorang saat melihat peracik aroma yang tidak bergerak.Peracik aroma itu mendongak dengan agak linglung dan menatap Yuna. Kemudian, dia menunduk lagi untuk mengendus aroma di kertas uji. Dia tidak menjawab pertanyaan orang tadi, dan hanya menggunakan handuk yang sudah diolesi air untuk menyeka ujung hidungnya. Kemudian, dia mengambil botol satunya lagi tanpa ragu dan mengulangi hal yang sama seperti sebelumnya.Reaksinya membuat semua orang menjadi sangat penasaran. Mereka pun tidak berhenti menjulurkan kepala untuk melihat situasinya.Setelah meletakkan kertas uji satunya lagi, peracik aroma itu menatap Yuna dengan terkejut dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa melakukannya?!”“Percobaan. Percobaan yang dilakukan berulang kali,” jawab Yuna.“Nggak mungkin! Aku sudah mencoba berulang kali, tapi tetap nggak berhasil. Kamu bilang dua botol ini kamu racik habis pulang ke Johar, ‘kan? Itu lebih nggak mungkin lagi!” Peracik aroma itu menatap kedua botol di hadapannya denga
Baru saja karyawan Uniasia hendak mengakhiri konferensi pers hari ini, ada orang yang sudah menyela kata-katanya. Senyumannya pun langsung membeku di wajah.“Bukannya kakekmu tetap mati biarpun punya obat yang begitu berguna?” Pertanyaan ini sangat menusuk dan langsung membuat suasananya menjadi dingin.Semua orang pun menoleh ke arah datangnya suara dan melihat wajah seorang pria yang asing. Pria itu sedang duduk sambil menyilangkan kakinya, posturnya terlihat sangat sembrono. Ada seulas senyum mengejek yang menghiasi wajahnya. Dia memandang ke arah Yuna yang berada di paling depan dengan tatapan yang tajam.“Siapa dia?” tanya seseorang dengan suara yang kecil.“Ya ampun, kok dia malah ngorek luka orang.”Meskipun para reporter juga sering mengorek luka orang, mereka juga harus melihat siapa orangnya. Kesampingkan dulu masalah menghormati Uniasia. Hari ini, bahkan Brandon, CEO Uniasia itu sendiri juga hadir.Masalah kematian Gideon pada dasarnya adalah hal tabu yang tidak bagus untuk
Fred mengambil kembali ponsel Rainie, dan tiba-tiba dia menanyakan sesuatu. “Bukannya aku sudah minta kamu kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati?”Pertanyaan itu sontak membuat keringat dingin bercucuran. Pertanyaan Fred tadi terkesan sederhana, tetapi di balik itu dia mempertanyakan mengapa Rainie tidak melakukan apa yang dia perintahkan. Shane tahu atau tidak, itu masalah sepele. Yang jadi masalah serius adalah fakta bahwa Rainie tidak mematuhi perintah.“Aku … aku khawatir kalau dia tahu anaknya sudah mati, dia bakal terpukul dan jadi terbangun dari hipnotisnya. Tentu saja bukan berarti hipnotisnya nggak bekerja, tapi aku cuma nggak mau terjadi hal yang nggak diinginkan di saat-saat kritis. Kalau eksperimennya sudah selesai, aku pasti bakal kasi tahu dia.”“Oh, begitu rupanya! Kamu nggak perlu tegang begitu. Aku cuma asal tanya saja. Aku nggak mau kamu merasa terbebani cuma gara-gara itu. Kalau kamu punya pemikiranmu sendiri, nggak masalah. Jalankan saja!”Namun itu bukan berarti
“Iya, aku bisa dengar. Kalau begitu kamu datang lusa saja!”“Lusa?! Kenapa nggak besok? Bukannya kamu yang minta cepat-cepat?”“Iya, tapi nggak bisa besok. Kalau kamu mau datangnya besok, malam saja?”“Memangnya kalau pagi atau siang nggak bisa?”“Shane! Sebenarnya aku yang menuruti kamu atau kamu yang menuruti aku? Kamu masih mau aku tolong anak kamu atau nggak?!”“Ya … mau. Kamu jangan marah dulu. Oke, aku nurut apa katamu. Besok malam aku bawa resepnya, gimana … apa bisa?”Suasana hati Rainie jauh membaik setelah mendengar itu. Dia mengiyakan pertanyaan Shane dan langsung menutup telepon.“Hipnotis kamu itu kelihatannya nggak terlalu ampuh. Dia masih bisa membangkang,” tutur Fred. Menurut dia efek hipnotis Rainie terhadap Shane masih tidak sebaik Fred mengatur anak buahnya. Paling tidak anak buah Fred tidak ada yang berani melawan apa pun perintahnya, apalagi berbicara dengan nada seperti Shane tadi.Namun Rainie tidak sependapat dengan Fred. Dia menjelaskan, “Menurut Pak Fred, apak
“Nggak bisa. Resepnya terkunci sama password. Aku nggak bisa kirim dari HP. Aku sudah susah payah mencurinya, kamu pasti nggak jadi berantakan, ‘kan? Atau kamu takut aku ke sana?”“Bukan takut, tapi sekarang lagi ngga bisa. Aku lagi sibuk banget, nggak ada waktu untuk ketemuan. Memang kalau terkunci sama password nggak bisa dikirim? Tinggal di-hack saja, ‘kan? Masa begitu saja perlu aku ajari?”“Yang ini agak susah, lagian kalau aku gagal, takut file-nya malah rusak. File sepenting ini kurasa lebih baik dikasih langsung.”Kegigihannya membuat Rainie jadi curiga pada Shane, jangan-jangan ada sesuatu yang dia sembunyikan. Maka dia pun coba menggali itu, “Shane, kamu ngotot mau kasih resep itu langsung apa karena ada sesuatu yang mau kamu omongin secara pribadi?”“Iya,” jawab Shane dengan jujur meski sempat ragu sesaat. “Aku mau tahu kapan kamu bisa menolong anakku!”“.…”Seketika itu Rainie spontan melirik Fred dengan panik. Tetapi dia segera menenangkan dirinya dan melanjutkan pembicara
“Bukan nggak berani, aku cuma takut kalau dia angkat teleponnya, nanti ketahuan sama yang lain,” kata Rainie.“Kalau cuma begitu saja nggak bisa, buat apa pakai dia lagi. Cepat telepon dia sekarang mumpung aku masih tertarik.”“.…”Intuisi Rainie mengatakan Fred tidak peduli dengan yang lain terkecuali R10. penelitian apa pun di luar itu baginya hanya bonus saja. Dulu Rainie sempat berpikir kalau dia berhasil menciptakan penelitian lain yang cukup sukses, Fred akan lebih memandang tinggi dirinya dan dianggap sebagai orang penting di dalam organisasi. Namun sejak kedatangannya kemari dan berinteraksi secara langsung dengan Fred, perlahan Rainie menyadari bahwa apa pun yang dia lakukan tidak ada artinya, karena di mata Fred tidak ada penelitian mana pun yang lebih penting dari R10.Persepsi setiap orang tentu berbeda. Bagi Rainie, dia justru tidak pernah peduli tentang R10. namun bagaimanapun yang berkuasa di sini adalah Fred, maka dialah yang berhak mengambil keputusan. Makanya meski Ra
Fred mondar-mandir dengan perasaan panik, dan beberapa saat setelahnya dia bertanya, “Siapa lagi yang tahu tentang ini?”“Nggak ada. Seharusnya ngga ada lagi, karena aku sendiri juga baru kepikiran.”“Yuna nggak tahu?” Fred curiga, karena bagaimanapun Yuna-lah yang membuat semuanya dari nol dengan tangannya sendiri. Kalau ada kejanggalan, seharusnya dia yang paling tahu.“Itu … aku juga kurang tahu. Pak Fred tahu sendiri dari dulu aku nggak pernah akur sama dia. Dia juga nggak suka sama aku, jadi nggak mungkin dia kasih tahu ini. Antara dia juga nggak tahu, atau dia tahu, tapi nggak kasih tahu aku.“Oke,” jawab Fred.“Jadi besok ….”“Besok tetap berjalan sesuai rencana!”Betapa kagetnya Rainie melihat Fred masih tidak mau mengubah keputusannya meskipun dia sudah memperingatkannya. Sebenarnya apa? Apa yang membuat Fred begitu bersikeras?“Tapi, besok obatnya ….”“Obatnya nggak ada masalah. Sedikit pun nggak ada. Eksperimennya juga bakal tetap berjalan dengan lancar, paham?”“... iya.”R
Komputernya masih berfungsi normal, tetapi Rainie tidak berani menyentuhnya. Dia hanya diam berdiri sambil melihat apa pun yang ada di sekelilingnya. Tidak lama kemudian Fred akhirnya datang juga. Dia masih mengenakan pakaian tidur, menguap lebar dan tampaknya terlihat tidak begitu senang.“Ada apa cari aku di tengah malam begini? Rainie, jangan ngelunjak cuma karena baru kupuji!”“Aku nggak bermaksud begitu, Pak Fred. Ada satu hal penting yang harus kukasih tahu. R10 besok sudah dimulai, tapi sampai sekarang belum ada instruksi yang jelas. Kalau sampai besok terjadi kesalahan, pasti akan berpengaruh ke hasil akhirnya.”“Ah, kukira ada apa, ternyata cuma itu!” ucap Fred dengan raut wajah kesal. “Nggak usah pusing, besok juga setiap orang dapat buku manualnya. Nanti kalian bakal tahu gimana mengoperasikannya. Sekarang cukup istirahat saja!”“Tapi … takutnya besok nggak ada waktu yang cukup untuk membaca dan malah jadi kelabakan.”“Nggak bakal. Eksperimennya gampang, nggak serumit yang k
Begitu terbangun, tubuhnya sudah dibanjiri keringat. Kedua kakinya terasa kebas saat dia coba untuk berdiri. Dia melihat waktu di mana sekarang sudah menunjukkan hampir tengah malam. Dia masih harus bertahan sampai malam berlalu, dan itu membuatnya sangat menderita.Semua orang yang ada di sini tahu sebentar lagi mereka akan menjalankan eksperimen R10, tetapi tidak ada yang tahu bagaimana proses detailnya. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui detail langkah-langkahnya.Selama ini Rainie hanya tahu bahwa eksperimen ini sangat dijunjung tinggi dan dijaga kerahasiaannya dengan begitu ketat oleh Fred. Bahkan mantan bosnya yang bertubuh kerdil itu juga hanya tahu sebagian, yaitu bagian depannya saja. Dia tidak pernah mengatakan apa pun tentang bagian belakang dan bagaimana menyelesaikannya. Rainie pikir hanya beberapa orang lainnya yang tahu, tetapi sekarang dia baru menyadari bahwa itu tidak benar. Tepatnya, tidak ada satu orang pun selain Fred sendiri yang tahu.Rainie dapat memahami
“Satu lagi. Kalau perlu, mungkin kita harus mendobrak masuk kedutaan, jadi ….”“Tenang saja, nanti biar aku yang maju. Kalau kita harus masuk ke dalam gedung, aku ikut masuk bareng kalian!”“.…”Brandon tidak berpikir sampai sejauh itu. Dia hanya berharap sebagai seorang pangeran, Ross bisa mengerti posisi mereka. Namun berhubung Ross sendiri tidak keberatan untuk langsung turun terlibat, Brandon pun mengucapkan terima kasih yang mendalam kepadanya. Mereka lantas menghubungi Edgar agar bisa lebih cepat. ***Rainie baru saja mimpi buruk. Dia terbangun karena keringat dingin. Dia membuka mata dan melihat sekelilingnya, menyadari dia sedang berada di lab bersama dengan para pekerja lainnya yang sedang duduk-duduk di lantai, ada juga yang sedang tertidur di meja, ada juga yang sedang berdiri melamun. Orangnya tidak terlalu banyak dan terpecah menjadi beberapa kumpulan yang terdiri dari dua sampai tiga orang.Suasananya terasa agak menyesakkan karena tidak ada yang saling mengobrol satu sa
“Aku kurang tahu juga, makanya kubilang ada yang aneh di sana.”“Apa mungkin … Fred sudah mulai melancarkan kudetanya?”Namun itu juga sepertinya tidak mungkin. Andaikan dia melakukan kudeta, seharusnya Rainie nggak sampai ikut terlibat karena dia juga ada di kubunya Fred.“Itu nggak mungkin!”Tiba-tiba mereka melihat Ross menuruni tangga menuju ke tempat mereka. Entah sudah berapa lama dia di sana dan berapa banyak percakapan yang dia dengar. Dia mendatangi Brandon dan Shane, lalu mengulangi ucapannya, “Fred nggak mungkin kudeta!”“Kamu tahu dari mana dia nggak kudeta?” tanya Shane, meski sebenarnya dia sendiri pun setuju dengan Ross.“Di kedutaan masih ada anak buahku. Kalau memang terjadi kudeta, aku pasti sudah dikasih tahu. Pekerjaan di sana masih berjalan seperti biasa, tapi … Fred memang melakukan sesuatu yang mencurigakan. Pegawai di sana sudah dua hari nggak ngelihat dia. Kabarnya Fred cuma kasih perintah ke mereka untuk melakukan sesuatu, tapi habis itu dia nggak kelihatan la