Candaan Yuna membuat orang lainnya juga tertawa. Suasananya pun berubah menjadi jauh lebih santai.Bahkan karyawan Uniasia juga ikut tertawa. Mereka tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini. Bukan hanya krisisnya yang sudah berangsur-angsur terpecahkan, hasilnya juga jauh lebih bagus dari yang mereka duga.Perlu diketahui bahwa cara penyelesaian awal yang mereka rencanakan adalah membantah keaslian rekaman itu atau mengaku bahwa Yuna hanya berbicara omong kosong. Namun, kedua cara ini hanya bisa menyelesaikan masalah untuk sementara.Bagaimanapun juga, ini adalah zaman di mana internet sangat berkembang. Sangat mudah bagi seseorang yang berniat jahat untuk membuat penjelasan yang lebih rinci mengenai rekaman suara itu, lalu membuktikan bahwa memang Yuna yang mengatakannya. Dengan begitu, situasinya akan menjadi makin buruk.Pihak Uniasia juga tidak bisa terlalu menekan masalah ini. Bagaimanapun juga, hal ini sudah menimbulkan sensasi besar. Jika mereka langsung menek
“Ada apa?” tanya seseorang saat melihat peracik aroma yang tidak bergerak.Peracik aroma itu mendongak dengan agak linglung dan menatap Yuna. Kemudian, dia menunduk lagi untuk mengendus aroma di kertas uji. Dia tidak menjawab pertanyaan orang tadi, dan hanya menggunakan handuk yang sudah diolesi air untuk menyeka ujung hidungnya. Kemudian, dia mengambil botol satunya lagi tanpa ragu dan mengulangi hal yang sama seperti sebelumnya.Reaksinya membuat semua orang menjadi sangat penasaran. Mereka pun tidak berhenti menjulurkan kepala untuk melihat situasinya.Setelah meletakkan kertas uji satunya lagi, peracik aroma itu menatap Yuna dengan terkejut dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa melakukannya?!”“Percobaan. Percobaan yang dilakukan berulang kali,” jawab Yuna.“Nggak mungkin! Aku sudah mencoba berulang kali, tapi tetap nggak berhasil. Kamu bilang dua botol ini kamu racik habis pulang ke Johar, ‘kan? Itu lebih nggak mungkin lagi!” Peracik aroma itu menatap kedua botol di hadapannya denga
Baru saja karyawan Uniasia hendak mengakhiri konferensi pers hari ini, ada orang yang sudah menyela kata-katanya. Senyumannya pun langsung membeku di wajah.“Bukannya kakekmu tetap mati biarpun punya obat yang begitu berguna?” Pertanyaan ini sangat menusuk dan langsung membuat suasananya menjadi dingin.Semua orang pun menoleh ke arah datangnya suara dan melihat wajah seorang pria yang asing. Pria itu sedang duduk sambil menyilangkan kakinya, posturnya terlihat sangat sembrono. Ada seulas senyum mengejek yang menghiasi wajahnya. Dia memandang ke arah Yuna yang berada di paling depan dengan tatapan yang tajam.“Siapa dia?” tanya seseorang dengan suara yang kecil.“Ya ampun, kok dia malah ngorek luka orang.”Meskipun para reporter juga sering mengorek luka orang, mereka juga harus melihat siapa orangnya. Kesampingkan dulu masalah menghormati Uniasia. Hari ini, bahkan Brandon, CEO Uniasia itu sendiri juga hadir.Masalah kematian Gideon pada dasarnya adalah hal tabu yang tidak bagus untuk
Baru saja Yuna mau berbicara, Brandon sudah maju ke depannya dan berkata, “Tuan Louis, kalau ada masalah, departemen hukum Uniasia akan berkonsultasi denganmu. Tapi sepengetahuanku, Asosiasi Peracik Aroma masih belum punya otoritas sebesar itu, ‘kan?”Selesai berbicara, Brandon langsung memeluk pinggang Yuna dan berjalan ke belakang panggung.Louis juga hendak mengikuti mereka, tetapi malah dicegah oleh karyawan Uniasia. “Tuan Louis, tolong berhenti.”Louis mengangkat alisnya dan berhenti. Dia berdiri di tempat sambil melihat punggung mereka yang menjauh dan tersenyum penuh arti.“Nggak disangka Asosiasi Peracik Aroma bisa utus orang kemari,” ucap Yuna dengan emosional.Yuna memang sudah menerima telepon dari mereka dan mempersiapkan diri. Hanya saja, dia tidak menyangka tindakan mereka begitu cepat. Selain itu, yang mereka utus adalah Louis. Dia bahkan juga datang ke konferensi pers ini. Dari kata-kata Louis tadi, dia memang sengaja mau mempermalukan dan mempersulit Yuna. Maksudnya su
Rumah! Yuna sudah sepenuhnya menganggap rumah ini sebagai rumahnya dengan Brandon. Setelah mengecup kening Yuna, Brandon berkata, “Mandi dulu sana, jangan masuk angin!”“Emm.” Yuna mengangguk, lalu naik ke lantai atas untuk mandi.Yuna memang sudah sangat kelelahan selama beberapa hari terakhir. Setelah konferensi pers hari ini, seluruh tubuhnya terasa seperti sudah sepenuhnya rileks. Dia pun menjadi sangat mengantuk. Setelah selesai mandi, kamar masih kosong. Yuna pun bermaksud untuk berganti baju, lalu turun ke lantai bawah untuk mengecek Brandon.Begitu duduk di atas tempat tidur, seluruh badannya tiba-tiba terasa sangat lemas dan langsung jatuh ke belakang. ‘Ugh, nyaman banget ...,’ pikir Yuna.Brandon berada di lantai bawah untuk menangani beberapa dokumen dan juga menelepon perusahaan untuk membicarakan tentang kelanjutan konferensi pers malam ini. Setelah selesai menangani semuanya, malam sudah larut.Brandon meregangkan leher dan tubuhnya, lalu melirik jam dinding. Kenapa suda
Brandon bukan terdiam karena ucapan Yuna, melainkan karena setelah mengucapkan kata-kata itu, Yuna malah tiba-tiba duduk, lalu langsung memeluk pinggangnya dan menempelkan wajahnya ke perut Brandon sambil berkata, “Aku capek banget!”Jadi, apakah ini yang namanya lain di mulut, lain di hati?!Brandon masih mematung di posisinya yang hendak melepaskan celana sambil berpikir apakah dirinya harus meneruskan tindakan Yuna, atau menuruti ucapannya dan membiarkannya istirahat.Pada detik berikutnya, tangan Yuna malah tidak berhenti meraba perutnya dan bergerak turun. Kemudian, dia berkata, “Keras sekali!”‘Baiklah, berhubung dia yang sudah menggodaku, dia harus tanggung jawab atas akibatnya!’ pikir Brandon. Tanpa berpikir panjang lagi, hormon Brandon sudah mengambil alih otaknya. Tindakannya bahkan lebih cepat daripada pemikirannya. Dia langsung menindih tubuh Yuna dan menahan kedua tangannya yang nakal di kedua sisi tubuhnya. “Masih mau ....”Sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, eksp
Setelah menguap, Yuna merasa dirinya sudah tidak begitu mengantuk seperti tadi. Ditambah dengan Brandon yang menyuruhnya untuk tidak tidur dulu, dia pun mengeluarkan pengering rambut dan mengeringkan rambutnya dengan santai.Dulu, Yuna tidak mempunyai kebiasaan ini. Saat masih tinggal di kediaman Keluarga Tanoto, dia selalu berambut pendek demi kenyamanan berlatih seni bela diri. Terlebih lagi, ada lebih banyak pria di keluarga dan tidak ada orang yang bisa mengikat rambutnya dengan cantik.Setelah kuliah, Yuna baru pelan-pelan memanjangkan rambutnya, apalagi Logan juga mengatakan bahwa dia menyukai wanita berambut panjang. Jadi, Yuna pun tidak pernah menggunting rambutnya lagi. Sekarang, rambutnya juga tanpa terasa menjadi sangat panjang.Setelah bersama Brandon, hanya Brandon juga yang bisa membantunya mengeringkan rambut dan selalu mengingatkannya untuk tidak tidur dengan rambut basah.Jadi, orang yang benar-benar mencintai pasangannya tidak akan peduli pada model rambut apa yang di
Yuna tersenyum dan menjawab, “Tipuan.”“Tipuan?”“Sebenarnya simpel kok. Sebelumnya, kita sudah diskusi kalau menambah bahan lain dalam wewangian atau dupa bisa menyebabkan ketidakstabilan. Tapi waktu mau menghadapi Dylan waktu itu, aku nggak perlu meracik produk yang stabil.”Begitu mendengar penjelasan Yuna, Brandon sudah lumayan mengerti. “Dengan kata lain, nggak masalah mau pakai di parfum atau nggak.”Yuna mengangguk, lalu lanjut menjelaskan, “Aku cuma nambah sedikit obat kantuk ke teh yang dia minum sebelumnya. Waktu obatnya kira-kira sudah mau bereaksi, aku juga menyemprot sedikit parfum yang bisa membuat orang gampang ngantuk di pergelangan tangan.”“Ditambah dengan dia yang pada dasarnya juga memang sudah merasa bersalah, aku cuma perlu menakut-nakutinya sebentar. Habis itu, dia pun benar-benar mengira reaksinya dikarenakan aku sudah menaruh sesuatu di parfum. Makanya, dia baru jadi lemas. Sejujurnya, biarpun aku nggak berbuat apa-apa, dia juga bakal mengantuk dan pusing kalau
Hampir semua orang yang hadir di sana syok ketika sepasang orang dewasa dan anak kecil itu masuk.“Nathan!” seru Yuna histeris. Betapa kagetnya dia akhirnya menemukan Nathan yang selama ini dia cari-cari di tempat iin. Sudah lama sekali Yuna mencari dan ingin menolongnya, tetapi usahanya selama ini tidak ada hasil. Yuna bahkan sampai kehabisan akal harus bagaimana lagi dia bisa menyelamatkan Nathan, tetapi tak disangka-sangka ternyata malah bertemu di situasi yang aneh ini.Ketika mendengar suara Yuna dan bertemu secara langsung, Nathan sangat bahagia dan tersenyum, dan dengan gayanya yang santun dia menyapa, “Tante Yuna!”“Kamu masih kenalin Tante!” Dengan penuh semangat Yuna ingin berlari memeluknya, tetapi dia lupa kalau tubuhnya masih terikat ke kursi.“Iya!” jawab Nathan mengangguk, tetapi dia dia berjalan menghampiri Yuna. Yuna juga menyadari, meski bisa bebas berjalan, tangan Nathan sedang digenggam oleh seseorang sehingga dia tidak bisa berkeliaran.Dengan ekspresi terheran-her
Hanya saja sedetik kemudian, bagai air yang menyiram habis percikan harapan yang tersisa, sang Ratu berkata, “Kalau kamu memang masih setia padaku, kamu pasti nggak keberatan untuk melakukan satu hal lagi, bukan?”“.…”Fred merasakan firasat buruk menghantuinya, tetapi dia tetap memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … apa itu?”“Gimana kalau kamu yang gantikan aku jadi percobaan R10 ini? Kita lihat apa benar-benar berhasil seperti yang kamu bilang atau nggak.”“Yang Mulia … aku ….”Bahkan Yuna juga kaget mendengarnya dan secara spontan melirik ke arah sang Ratu. Dia melihat wajah sang Ratu menyunggingkan seulas senyum tipis.“Haha, nggak berani? Bukannya kamu bilang kamu setia padaku dan rela melakukan apa saja? Kenapa sekarang malah takut?”“Bukan itu!” bantah Fred seraya menggertakkan giginya. “Bukannya nggak berani, tapi Yang Mulia tahu sendiri eksperimen ini membutuhkan kontrol yang ketat. Waktu itu aku sampai lari ke sana kemari demi mencari tubuh pengganti untuk Yang Mulia. Aku
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta
“Eh?”Rainie yang dari tadi hanya diam saja di pinggir mendengar dan melihat mereka berbicara tak menyangka mendadak akan ditunjuk.“Aku ….”“Kamu nggak dengar tadi ratuku tanya berapa persen keberhasilan eksperimen ini?”“... secara teori ….”Rainie pun sejujurnya tidak tahu pasti. Dia hanya bisa memberikan jawaban yang samar karena bagaimanapun dia juga tidak begitu paham dengan keseluruhan eksperimen ini, apalagi ketika berbicara tentang berapa persen keberhasilannya. Namun karena dia ditanya, ya dia tinggal mengarang saja apa adanya. Hanya saja ketika Rainie baru mau menjawab, dia disela oleh Yuna.“Secara teori, keberhasilan eksperimen ini cuma 23%.”“Eh?”Rainie sontak kebingungan dengan yang Yuna maksud dengan itu, dan dari mana angkat 23% itu datang. Atau jangan-jangan Yuna juga hanya mengarang sama sepertinya. Akan tetapi Yuna tidak menghiraukan Rainie dan melanjutkan ucapannya. “Tapi 23% ini bukan angka pasti karena masih ada faktor siapa yang melakukan operasinya, seberapa k
Sang Ratu tidak mengatakan apa-apa lagi dan melayangkan tatapan matanya ke arah Yuna. Fred dengan segara menangkap maksudnya, dan meminta anak buahnya untuk melepaskan kain yang menutup matanya.Sebenarnya Yuna dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan, tetapi dia hanya tidak menghiraukannya. Ketika kainnya baru saja dibuka, Yuna masih tak terbiasa dengan cahaya di luar dan refleks menyipitkan matanya, lalu baru dia membuka matanya perlahan agar terbiasa.“Oke, semuanya sudah siap. Kita bisa mulai sekarang!” kata Fred dengan gembira, tetapi seketika itu dia teringat sesuatu dan menatap Yuna, “Oh ya, karena kita ada di posisi yang sama, sama-sama berkontribusi untuk Ratu, kalau kamu punya permintaan terakhir, bilang saja. Aku akan mewujudkannya.”“Kalau begitu boleh biarin aku pergi?”“Ooh, kamu sudah tahu itu nggak mungkin! Tolong jangan minta sesuatu yang nggak mungkin aku kabulkan. Lebih baik baik realistis sedikit, misalnya … minta aku jagain anak kamu atau semacamnya?”Walaupun