Meski Sharon tidak diberikan hukuman, setidaknya apa yang perempuan itu dapatkan dari keluarga jauh lebih parah dari hukuman lainnya.“Ma ….” Sharon menangis dan mengamuk, tetapi sikap orang tuanya menunjukkan bahwa keputusan mereka sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.“Sharon,” gumam ibunya sambil menghela napas. Dia menoleh dan melihat wajah putranya. Setelah itu ibunya hanya bisa menahan ucapannya dan membuang wajah sambil menangis.“Nggak ada gunanya kamu panggil siapa pun! Waktu kamu berniat mengusik dia, kenapa nggak memikirkan akibat dari sekarang? Ma, Mama juga jangan bantuin dia! Mama terlalu memanjakan dia makanya buat dia jadi seperti ini! Kalau dia nggak dibawa keluar negeri, dia akan menghancurkan keluarga dan karir kita!”Wajah ibunya tampak keruh dan dengan hati-hati dia berkata, “Ng-nggak mungkin, lagian keluarga kita ada hubungan baik dengan mereka. Brandon juga Mama yang lihat dari dia kecil sampai dewasa. Sharon hanya melakukan kecerobohan karena dia menyukai B
“Siapa yang mau kamu temui?” tanya Calvin kening berlipat.Mobil melaju dan masuk ke dalam teras rumah. Sebelum mereka masuk ke dalam, sudah terdengar suara obrolan orang-orang di dalam ruang tamu. Suara tersebut terdengar sangat bahagia karena dipenuhi canda tawa.Cecilia tercenung sesaat dan melanjutkan langkahnya masuk ke rumah. Dia melihat ibunya yang duduk sambil bersandar di kursi. Di sampingnya ada sosok Sharon yang duduk di sana juga.Perempuan itu terdiam sesaat kemudian menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Ma, aku pulang. Sharon juga datang?”Sikapnya sangat alami dan tidak terlihat ada yang janggal. Ibunya mengangguk dan berkata, “Sharon sudah datang cukup lama. Dia menemani Mama ngobrol. Benar-benar anak yang baik! Kamu yang setiap hari sibukin sesuatu yang nggak jelas dan nggak ada waktu buat ngobrol sama Mama.”“Akhir-akhir ini di kantor ada banyak urusan. Mama tahu sendiri Om saja nyaris nggak bisa pegang semua pekerjaannya. Aku coba bantu sebisa aku,” ujar Cecili
“Cecilia, kenapa kamu bisa ada di sana?” tanya Sharon dengan tenang.“Oh, hari itu aku kebanyakan minum dan capek. Makanya aku putusin buat istirahat saja. Lagian aku juga sekalian jagain kamu. Aku hanya nggak menyangka kalau bisa benar-benar terlelap,” kata Cecilia sambil menggaruk kepalanya.“Maaf. Oh iya, sebenarnya apa yang terjadi?”Sharon tidak berkata apa pun dan hanya menatap Cecilia. Kedua bola mata itu seakan sedang mencari kebenaran di mata sahabatnya. Meski dilihat seperti itu oleh Sharon, ekspresi Cecilia tidak terlihat aneh. Bahkan perempuan itu terlihat seperti tidak berdosa dan kebingungan.“Awalnya aku mau tanya sama kamu kenapa wartawan yang seharusnya datang jam 10 bisa datang setengah jam lebih awal. Tapi sekarang aku rasa sudah nggak perlu tanya lagi,” kata Sharon.“Ha? Kenapa? Mereka datang setengah sepuluh? Kenapa cepat sekali?” tanya Cecilia dengan mata melebar.“Iya, kenapa cepat sekali?” Cecilia tersenyum tipis sambil menunduk dan berkata lagi, “Mungkin memang
“Nggak apa-apa, perasaannya sedang nggak baik,” jawab Cecilia sambil mengangkat kedua bahunya.“Ma, katanya mau masak sop?” tanya Cecilia sambil tersenyum.“Kenapa kamu hobi sekali makan? Kemarin kamu bilang sudah ada pasangan, sebenarnya siapa? Kenapa nggak lihat kamu bawa dia pulang?”“Sudah putus,” jawab Cecilia dengan santai.Tania terdiam dan berkata lagi, “Putus? Kenapa tiba-tiba putus? Bukannya kamu bilang mau bawa pulang ….”“Ma, anak muda yang pacaran pasti cocok-cocokan. Kalau cocok lanjut, kalau nggak berarti putus. Bukannya ini normal?” sahut Cecilia sambil mengibaskan tangannya. Dengan acuh dia berkata, “Ma, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa calon menantu yang terbaik untuk Mama!”Melihat sikap tidak peduli putrinya membuat Tania menghela napas dan berkata, “Nggak mungkin nggak khawatir, besok perempuan itu sudah mau papa kamu-“Dia menghentikan ucapannya karena setiap mengucapkan kalimat itu pasti akan membuat hatinya sakit. Gerakan Cecilia ketika makan sesuatu juga te
Sebelum Tania menjawab, tiba-tiba Cecilia tertawa dan berkata, “Aku hanya berharap saja. Bagus kalau bisa seperti itu. Iya, kan?”“Iya,” jawab Tania sambil memandang putrinya.Meski dia berpikir seperti itu, Tania tidak pernah berpikir untuk membunuh seseorang. Dia masih tidak berani melakukannya. Akan tetapi, apakah Cecilia berkata seperti itu atas dasar dilakukan tanpa sengaja atau ….Tania menatap ke arah Cecilia lagi karena merasa tidak tenang. Melihat putrinya yang lanjut makan dan memasang raut wajah polos membuat Tania merasa dia yang terlalu banyak berpikir.Kota Kanita.Meski Asosiasi Peracik Aroma tidak begitu terkenal di publik, mereka cukup terkenal di dalam industrinya sendiri. Bisa memiliki pekerjaan dengan posisi sebagai peracik aroma biasanya pasti memiliki beberapa penghargaan yang baik. Tentu saja usia mereka semua sudah tidak muda lagi.Oleh karena itu Yuna merasa cukup terkejut bisa mendapatkan surat undangan. Dia terbilang cukup muda dalam bidang ini dan tidak bany
Dari bentuk tulisannya tidak bisa terlihat ada tanda-tanda apa pun. Akan tetapi kenapa baru awal saja sudah memberikan Yuna ujian?Yuna tertawa dan meletakkan surat itu kembali ke atas meja. Dia mengambil beberapa botol kecil dan melihatnya. Botol itu merupakan botol biasa tempat menyimpan parfum. Di surat tadi menuliskan dia harus membuat minimal dua aroma yang berbeda, tetapi botol yang disiapkan ada enam buah.Orang itu seakan sudah menebak dia akan menerima ujian ini. Apakah orang dulu yang diundang juga melewati ujian yang sama?Waktu yang diberikan selama satu minggu, Yuna memutuskan untuk mengelilingi halaman depan terlebih dahulu agar dapat mengenali tempat tersebut. Tanaman yang ada di depan sana memang seperti yang tertulis di dalam surat. Ada banyak sekali bahan alami untuk membuat aroma, tetapi semuanya biasa saja. Tanaman itu sering digunakan secara umum.Di halaman belakang terdapat sebuah rumah seperti laboratorium. Tidak begitu luas, tetapi ada peralatan yang dibutuhkan
Malam hari di Kota Kanita terkenal karena keramaiannya. Di sana terdapat berbagai jenis kelab yang tentu saja terdapat berbagai jenis orang. Akan tetapi, tidak banyak orang yang tahu kalau sekitar satu kilometer dari pusat kota terdapat sebuah jalan kecil yang sepi. Di dalam sana terdapat beberapa kelab yang tidak begitu ramai dan hanya diketahui sekelompok orang saja.Di sini bisa ditemukan berbagai toko kecil yang sesuai dengan hobi setiap orang. Kemungkinan juga bisa menemukan orang yang memiliki hobi sejenis. Tidak banyak orang di sana, dan hanya beberapa lampu yang hidup dan toko yang sedang buka.Satu sosok bayangan kurus datang menghampiri sebuah toko. Dia melihat nama yang tergantung di atas pintu masuk dan membacanya, “Night Fragrance, ini dia tempatnya!”Sebelum datang dia sudah mencari tahu kalau tempat ini mungkin tidak terkenal bagi orang pada umumnya. Akan tetapi bagi kalangan peracik aroma, tempat ini merupakan tempat yang menarik. Karena di sana terdapat orang-orang yan
Keadaan toko itu cukup sunyi. Sedikit saja keributan di toko itu akan mudah menarik perhatian orang lain.“Kalah! Kalah! Kali ini kamu pasti kalah!”“Jangan ngomong begitu dulu, masih belum tentu!”“Kita sudah pernah cobain punya dia, aku nggak percaya kamu jauh lebih baik dibandingkan dia.”Yuna menoleh ke arah itu dan berkebetulan dengan karyawan yang membawa beberapa gelas air. Karyawan itu meletakkannya di hadapan Yuna dan buru-buru dia bertanya, “Apa yang sedang mereka lakukan?”Bar atau kelab biasa, kemungkinan mereka tengah adu minum alkohol. Akan tetapi tempat ini bukan tempat seperti itu. Karyawan tadi menoleh ke arah yang ditunjuk Yuna dan tertawa sambil berkata, “Karena kamu baru pertama kali datang, jadi masih nggak begitu mengerti. Tapi kamu kemungkinan juga peracik aroma, bukan? Kenapa bisa nggak tahu ‘Dupa Surgawi’?”“Dupa Surgawi? Bukannya itu salah satu dupa yang dibuat dengan khusus?”“Yang aku maksud adalah sebuah permainan,” sahut orang itu. Dia mengambil selembar k
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti