“Kamu nggak kenal!” sahut Brandon singkat.Yang benar saja! Calvin tidak kenal dengan orangnya?! Jadi mau Brandon mengatakannya atau tidak, sama saja!Namun, kalau Calvin tidak kenal siapa istrinya Brandon, berarti dia bukan berasal dari keluarga kaya. Bukannya mau sesumbar, tapi Calvin paling tidak pernah tatap muka dengan semua anak dari keluarga konglomerat. Dia tahu seperti apa rupa dan sifat semua perempuan dari keluarga mana pun. Apabila Brandon bilang Calvin tidak kenal orangnya, itu berarti dia hanya berasal dari keluarga biasa?! Tidak mungkin! Mana mungkin keluarga Setiawan mengizinkan seorang wanita dari keluarga biasa untuk masuk ke keluarga mereka?“Aku nggak kenal, tapi pasti dia punya nama, dong! Lagian, keluarga kamu memangnya ngasih cewek dari keluarga biasa buat jadi istri kamu? Atau jangan-jangan kamu terinspirasi dari cerita Cinderella? Sadar! Cinderella itu cuma dongeng, mana mungkin jadi kenyataan!”Brandon melayangkan tatapan sinis karena merasa terganggu dengan s
Calvin bahkan sampai lupa kalau ini adalah permintaan adiknya. Sekarang dia hanya ingin melihat seperti apa rupa wanita yang berhasil menggerakkan hati Brandon. Namun, Brandon tidak terlalu menggubris Calvin. Sejak dia memperkenalkan Yuna di depan Beny saat mereka menghadiri acara ulang tahun Gideon, dia sudah menduga suatu hari ini pasti akan terjadi. Cepat atau lambat, orang lain pasti akan tahu hubungan mereka berdua.Setibanya mereka di depan gerbang Royal Mansion, Brandon meminta Frans untuk menghentikan mobilnya.Calvin terheran-heran mengapa mereka tiba-tiba berhenti, tapi sesaat kemudian dia mendengar suara Brandon.“Turun.”“Eh?” sahut Calvin dengan mata celingukan.Lalu Brandon melirik ke arah Calvin dan menegaskan sekali lagi, “Kamu, turun.”“Kenapa?!”Masalahnya, mobil Calvin masih tertinggal di parkiran Uniasia. Kalau dia turun di sini, bagaimana dia bisa pulang? Akan tetapi bukan itu masalah utamanya. Yang penting adalah dia ingin melihat seperti apa sosok wanita misteri
Keamanan di Royal Mansion sangat ketat. Kalau bukan pemilik properti atau tamu sang pemilik, mereka tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke dalam. Apalagi mereka tidak tahu siapa itu Calvin, jadi jangan harap Calvin bisa masuk hanya bermodal belas kasihan.Hanya saja, mana mungkin Calvin mundur begitu saja ketika dia sudah sampai di depan rumah Brandon. Terlebih lagi, Brandon berhasil memancing rasa penasarannya, dan Calvin tahu bahwa istrinya Brandon berada di dalam. Calvin tidak terima jika dia harus pulang dengan tangan kosong.Pagar yang membatasi area luar dengan area dalam tidak terlalu tinggi. Kalau Calvin bisa menemukan titik yang luput dari pengawasan satpam, sepertinya tidak terlalu sulit baginya untuk menyelinap ke dalam. Calvin pun berpura-pura pergi dari sana, tapi dia memutar ke samping dan berniat melompati pagar setela memastikan tidak ada orang di sekitar. Namun ketika kedua tangannya baru saja menggenggam ujung pagar dan menghempaskan tubuhnya ke udara, dia langsung
“Kenapa kamu ada di sini? Apa jangan-jangan ….”Melihat kondisi Calvin yang terbaring kaku tak berdaya, Frans langsung paham apa yang telah terjadi. Selain penjaga keamanan di luar, Brandon juga melengkapi rumahnya dengan sistem sekuriti yang tak bercelah. Meski dari luar rumah Brandon terlihat datar dan mudah untuk dibobol, di dalamnya sudah dilengkapi berbagai macam perangkat yang jika orang luar ingin melompat masuk, mereka akan langsung tersengat listrik. Tentu saja listriknya tidak mematikan, tapi setidaknya cukup untuk mencegah orang yang punya niat jahat.Tingkah laku Calvin jelas terlihat seperti orang yang masuk tanpa izin, jadi alarm yang dipasang di rumah otomatis berbunyi.“Frans, bawa dia masuk,” ujar Brandon melalui earpiece.“Siap!”Melihat Calvin yang terkapar lemas seperti kodok yang tersengat listrik sepertinya mustahil untuk berdiri dan jalan sendiri, jadi Frans terpaksa menggendongnya masuk.Udara di dalam rumah terasa sejuk, berbeda dengan suhu luar ruangan yang pa
Calvin masih tidak menyerah meski diperlakukan dingin oleh Brandon. Perlahan-lahan darah yang mengalir di tubuhnya mulai normal, dia pun bisa berdiri kembali dan langsung duduk di sofa. Brandon melayangkan tatapan sinis ke arah Calvin, tapi Calvin yang bermuka tebal itu seolah tidak peduli dan terus saja duduk dengan santai.“Jangan lihat aku kayak begitu, dong. Aku sudah dicegat dan disengat listrik saja nggak protes apa-apa! Aku kan datang cuma mau lihat muka istrimu, masa harus sampai diumpetin begitu. Jangan-jangan dia jelek, makanya kamu nggak sudi kasih lihat ….”Mendengar itu, Brandon langsung menatap tajam Calvin selayaknya seorang pembunuh, dan Calvin langsung tutup mulut.“Ampun, ampun, aku keceplosan. Tapi aku begini juga demi kebaikan kamu. Coba pikir, deh. Rumornya juga toh sudah beredar, buat apa ditutupin lagi. Kamu sendiri juga pasti nggak mau nutupin, ‘kan? Kalau aku sudah ketemu duluan, paling nggak kamu lebih ada persiapan mental. Masih mending daripada Sharon yang t
Sudah cukup lama Calvin berada di rumahnya Brandon, tapi dia masih tak kunjung bertemu dengan istrinya. Jelas-jelas Brandon bilang mereka tinggal satu rumah, tapi mana orangnya? Sudah celingukan ke kanan ke kiri pun Calvin masih tidak melihat adanya sosok seorang wanita.“Anggap saja rumah sendiri.”“Hah? Kamu mau ngapain? Anggap saja rumah sendiri? Jadi aku boleh lihat-lihat ke kamar kamu? Aku boleh jalan-jalan bebas?”Kebetulan sekali Calvin diizinkan untuk berkeliaran bebas di rumahnya Brandon. Kalaupun dia tidak menemukan siapa orangnya, setidaknya dia pasti bisa menemukan foto yang memperlihatkan wajahnya.“Terserah, asal kamu nggak takut kena perangkap lagi.”Calvin, “….”Sekujur tubuhnya masih terasa kebas akibat sengatan listrik tadi. Entah apakah sengatan tadi menyisakan gejala atau tidak, mana mungkin Calvin berani nekat menyentuh perangkap lagi. Alhasil demi keselamatannya sendiri, Calvin terus mengikuti Brandon dari belakang,Betapa kagetnya Calvin ketika melihat Brandon ma
“Dia cuma suka makan masakanku,” kata Brandon sembari memegang pisau di tangannya.Calvin, “….”Calvin bersandar di meja dapur sambil mengunyah timun yang baru dia ambil dari kulkas. Segala macam kegiatan seperti mencuci dan memotong, semuanya Brandon kerjaan dengan sangat mahir. Calvin hanya meratap melihat Brandon begitu sibuk beraktivitas di dapur. Dia sungguh tidak menduga semasa hidupnya bisa melihat BRandon membuat sup dengan tangannya sendiri. Apakah kekuatan dari cinta sebesar itu?“Sekarang aku jadi makin penasaran sama kamu. Sebenarnya istri kamu ada kasih racun apa ke kamu sampai kamu begitu tergila-gila sama dia,” tanya Calvin dengan hati-hati, khawatir lagi-lagi dia akan membuat Brandon marah.“Orang kayak kamu nggak bakal ngerti,” balas Brandon sembari menuangkan sayuran yang sudah dia potong ke dalam panci dan mengeluarkan suara mendesis.Hah?! Orang kayak Calvin? Apa maksudnya itu?! Pengalaman Calvin dalam berpacaran jauh lebih kaya dibandingkan Brandon asal tahu saja.
Calvin merasa dirinya tidak diperlakukan dengan adil. Padahal jelas-jelas tadi dia yang kaget!Tak lama Brandon sudah selesai memasak. Ada udang lada garam, sapi masak tomat, ayam goreng mentega, dan satu mangkuk sup. Di panci terahir juga masih ada sup sarang burung walet sebagai penutup.Sudah terlanjur di sini, sekalian saja Calvin numpang makan baru pulang. Dia pun berinisiatif membawakan makanannya ke meja makan dan duduk di kursi, lalu mengambil alat makan dan hendak menyantap, tapi tiba-tiba Brandon memukul punggung tangannya.“Sudah kubilang nggak ada makanan buat kamu!”“Waduh, aku lihat kamu masaknya banyak banget takutnya malah nggak habis. Nanti malah jadi buang-buang makanan! Kita hidup kan harus pakai secukupnya saja, jadi biar aku bantu habisin!”“Nggak perlu!” kata Brandon seraya menepis tangan Calvin seperti sedang mengusir lalat.Satu hal yang patut dipuji dari Calvin adalah mukanya yang tebal. Dia bermain kejar-kejaran dengan Brandon dan akhirnya berhasil mendapatkan