Keamanan di Royal Mansion sangat ketat. Kalau bukan pemilik properti atau tamu sang pemilik, mereka tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke dalam. Apalagi mereka tidak tahu siapa itu Calvin, jadi jangan harap Calvin bisa masuk hanya bermodal belas kasihan.Hanya saja, mana mungkin Calvin mundur begitu saja ketika dia sudah sampai di depan rumah Brandon. Terlebih lagi, Brandon berhasil memancing rasa penasarannya, dan Calvin tahu bahwa istrinya Brandon berada di dalam. Calvin tidak terima jika dia harus pulang dengan tangan kosong.Pagar yang membatasi area luar dengan area dalam tidak terlalu tinggi. Kalau Calvin bisa menemukan titik yang luput dari pengawasan satpam, sepertinya tidak terlalu sulit baginya untuk menyelinap ke dalam. Calvin pun berpura-pura pergi dari sana, tapi dia memutar ke samping dan berniat melompati pagar setela memastikan tidak ada orang di sekitar. Namun ketika kedua tangannya baru saja menggenggam ujung pagar dan menghempaskan tubuhnya ke udara, dia langsung
“Kenapa kamu ada di sini? Apa jangan-jangan ….”Melihat kondisi Calvin yang terbaring kaku tak berdaya, Frans langsung paham apa yang telah terjadi. Selain penjaga keamanan di luar, Brandon juga melengkapi rumahnya dengan sistem sekuriti yang tak bercelah. Meski dari luar rumah Brandon terlihat datar dan mudah untuk dibobol, di dalamnya sudah dilengkapi berbagai macam perangkat yang jika orang luar ingin melompat masuk, mereka akan langsung tersengat listrik. Tentu saja listriknya tidak mematikan, tapi setidaknya cukup untuk mencegah orang yang punya niat jahat.Tingkah laku Calvin jelas terlihat seperti orang yang masuk tanpa izin, jadi alarm yang dipasang di rumah otomatis berbunyi.“Frans, bawa dia masuk,” ujar Brandon melalui earpiece.“Siap!”Melihat Calvin yang terkapar lemas seperti kodok yang tersengat listrik sepertinya mustahil untuk berdiri dan jalan sendiri, jadi Frans terpaksa menggendongnya masuk.Udara di dalam rumah terasa sejuk, berbeda dengan suhu luar ruangan yang pa
Calvin masih tidak menyerah meski diperlakukan dingin oleh Brandon. Perlahan-lahan darah yang mengalir di tubuhnya mulai normal, dia pun bisa berdiri kembali dan langsung duduk di sofa. Brandon melayangkan tatapan sinis ke arah Calvin, tapi Calvin yang bermuka tebal itu seolah tidak peduli dan terus saja duduk dengan santai.“Jangan lihat aku kayak begitu, dong. Aku sudah dicegat dan disengat listrik saja nggak protes apa-apa! Aku kan datang cuma mau lihat muka istrimu, masa harus sampai diumpetin begitu. Jangan-jangan dia jelek, makanya kamu nggak sudi kasih lihat ….”Mendengar itu, Brandon langsung menatap tajam Calvin selayaknya seorang pembunuh, dan Calvin langsung tutup mulut.“Ampun, ampun, aku keceplosan. Tapi aku begini juga demi kebaikan kamu. Coba pikir, deh. Rumornya juga toh sudah beredar, buat apa ditutupin lagi. Kamu sendiri juga pasti nggak mau nutupin, ‘kan? Kalau aku sudah ketemu duluan, paling nggak kamu lebih ada persiapan mental. Masih mending daripada Sharon yang t
Sudah cukup lama Calvin berada di rumahnya Brandon, tapi dia masih tak kunjung bertemu dengan istrinya. Jelas-jelas Brandon bilang mereka tinggal satu rumah, tapi mana orangnya? Sudah celingukan ke kanan ke kiri pun Calvin masih tidak melihat adanya sosok seorang wanita.“Anggap saja rumah sendiri.”“Hah? Kamu mau ngapain? Anggap saja rumah sendiri? Jadi aku boleh lihat-lihat ke kamar kamu? Aku boleh jalan-jalan bebas?”Kebetulan sekali Calvin diizinkan untuk berkeliaran bebas di rumahnya Brandon. Kalaupun dia tidak menemukan siapa orangnya, setidaknya dia pasti bisa menemukan foto yang memperlihatkan wajahnya.“Terserah, asal kamu nggak takut kena perangkap lagi.”Calvin, “….”Sekujur tubuhnya masih terasa kebas akibat sengatan listrik tadi. Entah apakah sengatan tadi menyisakan gejala atau tidak, mana mungkin Calvin berani nekat menyentuh perangkap lagi. Alhasil demi keselamatannya sendiri, Calvin terus mengikuti Brandon dari belakang,Betapa kagetnya Calvin ketika melihat Brandon ma
“Dia cuma suka makan masakanku,” kata Brandon sembari memegang pisau di tangannya.Calvin, “….”Calvin bersandar di meja dapur sambil mengunyah timun yang baru dia ambil dari kulkas. Segala macam kegiatan seperti mencuci dan memotong, semuanya Brandon kerjaan dengan sangat mahir. Calvin hanya meratap melihat Brandon begitu sibuk beraktivitas di dapur. Dia sungguh tidak menduga semasa hidupnya bisa melihat BRandon membuat sup dengan tangannya sendiri. Apakah kekuatan dari cinta sebesar itu?“Sekarang aku jadi makin penasaran sama kamu. Sebenarnya istri kamu ada kasih racun apa ke kamu sampai kamu begitu tergila-gila sama dia,” tanya Calvin dengan hati-hati, khawatir lagi-lagi dia akan membuat Brandon marah.“Orang kayak kamu nggak bakal ngerti,” balas Brandon sembari menuangkan sayuran yang sudah dia potong ke dalam panci dan mengeluarkan suara mendesis.Hah?! Orang kayak Calvin? Apa maksudnya itu?! Pengalaman Calvin dalam berpacaran jauh lebih kaya dibandingkan Brandon asal tahu saja.
Calvin merasa dirinya tidak diperlakukan dengan adil. Padahal jelas-jelas tadi dia yang kaget!Tak lama Brandon sudah selesai memasak. Ada udang lada garam, sapi masak tomat, ayam goreng mentega, dan satu mangkuk sup. Di panci terahir juga masih ada sup sarang burung walet sebagai penutup.Sudah terlanjur di sini, sekalian saja Calvin numpang makan baru pulang. Dia pun berinisiatif membawakan makanannya ke meja makan dan duduk di kursi, lalu mengambil alat makan dan hendak menyantap, tapi tiba-tiba Brandon memukul punggung tangannya.“Sudah kubilang nggak ada makanan buat kamu!”“Waduh, aku lihat kamu masaknya banyak banget takutnya malah nggak habis. Nanti malah jadi buang-buang makanan! Kita hidup kan harus pakai secukupnya saja, jadi biar aku bantu habisin!”“Nggak perlu!” kata Brandon seraya menepis tangan Calvin seperti sedang mengusir lalat.Satu hal yang patut dipuji dari Calvin adalah mukanya yang tebal. Dia bermain kejar-kejaran dengan Brandon dan akhirnya berhasil mendapatkan
Selama ini Calvin menganggap pesona yang dia miliki tidak terbatas, tapi tak disangka Yuna malah sedikit pun tidak tergoda dan malah melirik ke arah Brandon, “Mending … kamu suruh dia pergi saja.”Calvin sungguh terpukul karena untuk pertama kalinya dia gagal menggoda wanita lain dengan pesonanya, “Bukan begitu maksudku! Aku makannya memang nggak banyak. Nggak, nggak, bahkan nggak makan juga aku nggak masalah! Brandon, kamu jangan jahat begitu, dong. Kita kan sudah kenal lama ….”“Kamu milih untuk angkat kaki sendiri atau aku panggilin Frans?” tanya Brandon.“Jangan, jangan!”Hari ini Calvin sudah digendong oleh Frans sebanyak dua kali. Kalau sampai terjadi sekali lagi, tanpa orang lain tahu pun Calvin sudah tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan orang lain.“Cantik, aku datang bawain hadiah pernikahan buat kalian, lho. Masa aku malah diusir?” kata Calvin.“Hadiah pernikahan?” tanya Yuna ke Brandon.“Karena kita sudah menikah, jelas kita harus adain pesta secepatnya. Menurut kamu g
“Kalau nggak suka, gedung yang ada di perbatasan timur kota aku kasih buat kamu!”Meski Yuna tidak tahu seperti apa gedung yang dimaksud, dan dia sendiri juga tidak butuh itu, anggap saja ini sebagai taruhan kecil.“Oke!” sahut Yuna.Calvin pun merasa lega setelah mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan dari Yuna. Lalu dia pun duduk kembali ke kursinya dan bertanya, “Jadi … aku boleh ikut makan?”“Jelas boleh, dong. Siapa pun yang bertamu ke sini aku kasih makan yang banyak.”Calvin, “….”Padahal beberapa saat yang lalu mereka berdua baru saja mengancam akan mengusir Calvin …. Sepertinya Calvin harus memikirkan dengan baik apa yang sebaiknya dia ucapkan. Wanita cantik ini ternyata bukan bidadari, melainkan iblis yang pandai memikat hati pria lain!Setelah memastikan kalau dia boleh tetap di sini dan makan bersama, Calvin pun kembali lagi dengan sifat aslinya yang suka bergosip.“Oh ya, dari tadi kita sudah ngobrol panjang lebar, tapi aku masih belum tahu nama kamu siapa?”“Panggil saj
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta