“Pak, senang bertemu denganmu.” Brandon berjabat tangan pria itu, tetapi kelihatan sekali pria itu lebih antusias.Yuna memandangi wajah ramah dan familiar itu, yang bisa berbahasa Indonesia dengan fasih. Ini ... mereka sudah janjian untuk bertemu sebelumnya?“Bagaimana? Aku nggak melebih-lebihkan, bukan? Di seluruh Marseille, aku nggak berani bilang bahwa sabunku yang terbaik, tetapi pasti yang paling kreatif.” Dia menunjuk ke deretan sabun di rak dan berkata lagi, “Karena bisa dijadikan pajangan dan bisa juga digunakan untuk membersihkan kulit. Lebih dari 85% sabun Savon de Marseille terbuat dari minyak nabati. Aku nggak perlu menjelaskan lagi apa saja manfaatnya untuk kulit. Kamu sendiri sedikit banyak juga tahu sendiri. Selain itu, sabun ini juga bisa lebih dikembangkan, dan bisa juga diberikan sebagai hadiah kepada teman dan kerabat.”Pria ini jelas adalah bos di toko ini, karena sejak dia masuk, pelayan toko tadi jelas sekali kelihatan menjadi lebih gugup. Sikapnya juga menjadi
Itulah pikiran yang terlintas di benak Yuna untuk sesaat, tetapi ketika melihat ekspresi pria itu, dia jadi berpikir untuk menggoda Brandon. Dia tersenyum lembut dan berkata setengah bercanda, “Menurutku toko ini cukup menarik. Bagaimana kalau Pak Brandon membelinya?”Tentu saja, dia hanya bercanda. Sekaya apa pun seorang pengusaha, bisnis apa pun juga harus dipertimbangkan dengan baik. Memangnya seperti beli baju, mau beli tinggal beli.Hanya saja, dia lupa kalau CEO-nya yang satu ini bukan orang biasa. Bagi Brandon, membeli toko ini bukan seperti membeli pakaian, tapi sesederhana seperti membeli secangkir teh susu dan roti.Jadi, Brandon berkata, “Oke!”Yuna, “Apa?”“Itu...” Melihat ekspresi Brandon tidak terlihat seperti sedang bercanda, Yuna cepat-cepat berkata, “Aku hanya bercanda. Jangan menganggapnya serius. Kamu harus berpikir baik-baik sebelum membeli toko ini.”“Nggak perlu dipikirkan. Kalau kamu bilang iya, ya iya.” Pria itu bahkan tidak mengedipkan matanya, seolah meragukan
Brandon menoleh dan menatap Yuna dalam-dalam. Lalu, dia berkata sambil tersenyum kecil, “Dia adalah penanggung jawab utama proyek ini, Yuna.”Yuna sangat terkejut.Apanya penanggung jawab utama proyek ini? Dia bertanggung jawab untuk apa? Proyek apa itu? Dia sama sekali tidak tahu menahu.“Bu Yuna, salam kenal!” Angga berkata sambil tersenyum, “Kenapa nama ini nggak asing bagiku?”“Aku ingat, baru-baru ini ada lomba menganalisis parfum, dan kudengar juara pertamanya adalah seorang peracik parfum dari Indonesia yang bernama Yuna. Apa itu Ibu?” tanya pria itu.Yuna tidak menyangka berita itu akan menyebar begitu cepat, sampai semua orang di Marseille sudah mengetahuinya. Padahal, pria ini bergelut dalam bisnis sabun, bukan bisnis parfum. Namun, pria ini bisa menyebut namanya. Itu artinya, dia jadi agak terkenal kali ini? “Benar.” Dia mengangguk.Mata Angga langsung berbinar, “Benar-benar Ibu orangnya?! Kalau begitu, aku benar-benar merasa terhormat! Pak Brandon, sejujurnya, sebelumnya w
Bukannya dia tidak suka sabun Savon de Marseille, tapi Brandon menganggap bisnis sebagai hadiah. Tidak tulus sekali memberinya.Brandon melangkah menyusul Yuna, lalu menghalang di depan wanita itu dan berkata, “Kelihatannya hadiah ini terlalu kecil untukmu, jadi nggak bisa membuatmu puas. Tapi, nggak masalah, aku punya hadiah lain.”Karena dihadang oleh Brandon, Yuna hanya bisa berdiri diam dan memandang pria itu, “Jangan bilang hadiah palsu lagi? Sebenarnya adalah kesepakatan bisnis, ‘kan?”Benar sekali. Pengusaha akan mengambil setiap kesempatan untuk mengambil keuntungan. Pria ini bahkan tidak melepaskan kesempatan untuk membicarakan bisnis ketika sedang menemaninya jalan-jalan.“Nggak akan seperti itu lagi!”Yuna menatap pria itu sebentar, lalu mengulurkan tanganya, “Mana hadiahku!”Brandon buru-buru menyerahkan tas hadiah yang ada di tangannya, “Bukannya kamu nggak mau?”“Aku berubah pikiran lagi!” Yuna membuka tas hadiah itu dan melihat ke dalam. Samar-samar ada aroma minyak sayu
Yuna awalnya mengira, karena Brandon sudah selesai membicarakan bisnis, mereka akan langsung pulang. Namun tak disangka, pria itu membawanya ke restoran.“Kamu sudah pergi ke restoran yang aku rekomendasikan sebelumnya itu belum?” tanya Brandon dengan santai.Yuna mengangguk, “Sudah, makanannya enak.” Dia jadi teringat akan kekacauan yang terjadi di restoran hari itu. Setelah itu, dia tidak pernah melihat anak itu lagi. Dia juga tidak tahu apa anak itu sudah sembuh dan bagaimana keadaannya sekarang.Sebenarnya, alergi makanan sering terjadi. Banyak orang punya alergi makanan. Yang umum adalah alergi susu atau seafood. Ada sebagian orang yang alergi gandum, telur, dan hal-hal tak terduga lainnya.Jadi, wajar saja kalau Helen sebagai ibu juga tidak tahu. “Apa ada yang kamu ingin makan?” Brandon menyerahkan buku menu kepada Yuna. Setelah tahu Yuna bisa bahasa Prancis, dia membiarkan Yuna memilih sendiri.Yuna memegang daun telinganya dengan satu tangan, dan menggelengkan kepalanya, “Aku
“Bouillabaisse. Dibuat pakai ikan apa?” Yuna mencicipinya lagi, tetapi dia tidak tahu ikan apa yang digunakan. Dia hanya bisa merasakan rasa bawang putih, adas, daun salam, dan ketumbar. Tentu saja, yang paling kentara adalah rasa asam dari tomat. Ada juga bawang bombay dan seledri. Sebenarnya ada beberapa bahan masakan yang dia tidak sukai, tapi ketika dicampur jadi satu, rasanya tidak terlalu buruk. Mungkin karena takarannya pas.Mendengar pertanyaannya, Brandon tersenyum, “Ini bukan ikan, tapi Bouillabaisse.”Yuna baru sadar kalau Brandon baru saja membuat lelucon.Bouillabaisse sebenarnya adalah salah satu makanan khas di Marseilles, bukan sup yang dibuat dengan ikan.“Kalau begitu... ini terbuat dari sup ikan apa? Aku nggak bisa menebaknya.”Yuna mencicipinya lagi. Rasa ikannya sangat enak, juga ada rasa yang mirip dengan kerang dan udang segar. Namun, rasanya terlalu berlevel-level, sehingga dia tidak bisa menebak ada apa saja di dalamnya. “Ciri khas Bouillabaisse adalah rasanya
“....” Yuna tanpa sadar melirik Brandon dan berkata, “Nggak, ada apa?”Stella menghela napas lega, “Sepertinya dia masih belum menemukan informasi kontakmu.”“Hm?” “Kemarin dia menelepon aku dan bertanya aku tahu nomormu yang sekarang. Aku tanya untuk apa, tapi dia nggak mau jawab. Dia sangat mendesak. Aku takutnya dia akan mengganggu dan menyusahkan kamu lagi,” ujar Stella, lalu bertanya lagi karena masih belum tenang, “Oh ya, kamu nggak memberi nomormu ke dia, ‘kan?”Yuna memutar bola matanya dalam diam, “Untuk apa aku memberikannya padanya? Aku sudah cukup sopan nggak memblokir nomornya.” “Baguslah kalau begitu. Jangan khawatir. Aku nggak memberi tahu dia! Tapi, sekarang kan internet sudah canggih, kalau dia mau cari, mungkin akan tetap bisa menemukan nomormu. Yang penting kamu tahu hal ini dan bisa berhati-hati. Aku takut dia akan mencari masalah,” ujar Stella. Dia langsung menghubungi Yuna setelah menutup telepon dari Logan.Dia sudah mencoba menanyakan, tetapi Logan tidak mau m
Yuna menaikkan alis. Hal yang pertama muncul di benak Yuna adalah, itu nama perempuan. Tentu saja, itu bukan hal yang terpenting. Yang lebih penting adalah, dia melihat Brandon mengerutkan keningnya dengan jelas.Pria itu mengetuk layar ponselnya dengan satu jari.Namun, sebelum pria itu bisa meletakkan tangannya kembali ke atas setir mobil, nada dering video call itu kembali berbunyi.Brandon menghela napas, meletakkan satu tangan di tepi jendela mobil, dan tangan lainnya hendak menekan tombol menolak lagi. Yuna menghentikannya, “Angkatlah, mana tahu ada hal yang penting!”“Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku bisa pergi sebentar.” Setelah mengatakan itu, Yuna hendak melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.“Nggak perlu!” Brandon meraih Yuna, lalu mengangkat ponselnya dan menekan tombol jawab, “Ada apa?”“Huhuhu....”Ada suara tangisan yang mengejutkan Yuna. Dia mengerjapkan matanya, bertanya-tanya apakah dia sedang berhalusinasi.Brandon diam saja.Lalu, dia berkata dengan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta