Yuna menaikkan alis. Hal yang pertama muncul di benak Yuna adalah, itu nama perempuan. Tentu saja, itu bukan hal yang terpenting. Yang lebih penting adalah, dia melihat Brandon mengerutkan keningnya dengan jelas.Pria itu mengetuk layar ponselnya dengan satu jari.Namun, sebelum pria itu bisa meletakkan tangannya kembali ke atas setir mobil, nada dering video call itu kembali berbunyi.Brandon menghela napas, meletakkan satu tangan di tepi jendela mobil, dan tangan lainnya hendak menekan tombol menolak lagi. Yuna menghentikannya, “Angkatlah, mana tahu ada hal yang penting!”“Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku bisa pergi sebentar.” Setelah mengatakan itu, Yuna hendak melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.“Nggak perlu!” Brandon meraih Yuna, lalu mengangkat ponselnya dan menekan tombol jawab, “Ada apa?”“Huhuhu....”Ada suara tangisan yang mengejutkan Yuna. Dia mengerjapkan matanya, bertanya-tanya apakah dia sedang berhalusinasi.Brandon diam saja.Lalu, dia berkata dengan
Setelah Brandon selesai memblokir nomor perempuan itu, dia hendak menyalakan mobilnya. Tiba-tiba, dia melihat istrinya sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti. Brandon seketika merasa tidak nyaman, “Naomi ... keluarganya sudah lama berteman dengan keluarga kami. Boleh dibilang, dia itu adikku.”Yuna spontan tertawa mendapati Brandon yang terlihat nyaman dan berusaha memberi penjelasan, “Adik?”Tidak peduli bagaimana Brandong mendengarnya, kata “adik” yang diucapkan Yuna terdengar aneh. Dia pun berdehem dan berkata, “Dia itu seperti adikku. Aku dan dia nggak seperti yang kamu pikirkan.”“Seperti yang aku pikirkan?” Yuna segera bertanya lagi.Brandon, “....”Yuna tidak bermaksud menggoda Brandon. Hanya saja, ini pertama kalinya dia melihat ekspresi Brandon yang sangat hidup dan menarik. Semakin Brandon seperti itu, Yuna semakin tidak bisa menahan diri untuk tidak menggodanya.Sebenarnya Brandon tidak perlu menjelaskan apa pun pada Yuna. Dengan status Brandon, sekalipun dia tidak mend
Brandon mengangkat alisnya, lalu bertanya dengan dingin, “Jadi, kamu ingin aku tambahkan nomornya lagi?”“Boleh, kok!” jawab Yuna tanpa merasa ada yang salah sama sekali. Dia pun mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Hanya saja, mulutnya tidak bisa diam, “Kamu bilang keluarga kalian sudah lama berteman. Kamu nggak mungkin putuskan hubungan dengan begitu saja, kan? Kamu blokir nomornya, memangnya kalian nggak akan bertemu lagi? Kamu nggak akan bertemu keluarganya lagi? Jadi apa pun masalahnya, lebih baik bicarakan baik-baik. Main langsung blokir nomornya rasanya benar-benar ....”“Benar-benar apa?” Suara Brandon terdengar lebih dingin. Pria itu sudah berdiri di belakang Yuna.“Bukan apa-apa.” Yuna mencungkil sabun Savon de Marseille di depannya dengan jari. Dia merasa sabun itu sangat halus dan lembut. Dia pun melihat jari-jarinya, lalu tersenyum, “Aku hanya merasa itu agak kekanak-kanakan.”Gadis itu hanya meneriaki Brandon dua kali, Brandon langsung memblokir nomornya. Bahkan membl
Karena penasaran, Yuna pun mendekat dan melihat nama yang tertera di layar ponsel, Calvin.Setelah itu, Yuna melirik Brandon. Wajah pria itu terlihat kesal, tapi pada akhirnya dia tetap menekan tombol jawab, “Katakan.”Mungkin karena wajah Brandon terlalu dingin, atau suaranya yang terlalu dingin. Intinya, Calvin terkejut begitu Brandon menerima panggilannya. Padahal dia tadinya hendak mengeluh, tapi semua itu tiba-tiba tersangkut di tenggorokannya. Dia hanya menatap Brandon tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Pfft ....”Yuna tidak dapat menahan diri, dia pun tertawa pelan. Dia melihat ekspresi wajah pria di layar ponsel dari samping dan merasa pria itu terlalu lucu.Masalahnya, Calvin melakukan panggilan video di saat yang sangat tidak tepat. Kentara sekali suasana hati Brandon sangat buruk. Calvin menelepon di saat seperti ini, dengan panggilan video pula. Yuna diam-diam merasa kasihan padanya.“Ada perempuan?!” Pendengaran Calvin sangat tajam. Meskipun hanya suara yang sangat kecil
“Tapi ....”Tanpa menunggu Calvin menyelesaikan kalimatnya, Brandon memanggil nama pria itu lagi, “Calvin Kusnadi....”Calvin, “Kenapa?”Brandon memanggilnya dengan nama lengkap, kesannya sangat menakutkan. Rasanya seperti pada detik berikutnya, Brandon akan memakan orang.“Lain kali jangan video call aku lagi,” kata Brandon.“Ke-kenapa?” Pikiran bawah sadar merasa tidak akan ada jawaban baik, tapi mulutnya tetap saja tidak tahan untuk bertanya.“Jelek.” Brandon hanya mengucapkan satu kata, lalu menutup telepon dan percakapan berakhir.Calvin, “....”Yuna tertegun selama dua detik. Setelah itu, dia tertawa terbahak-bahak. Apakah tidak apa-apa Brandon memberikan pukulan seperti itu kepada Calvin? Mulutnya begitu tajam, Brandon pasti punya banyak musuh, kan? Namun bagaimanapun, pria itu tidak takut punya musuh.Setelah melihat Brandon melakukan dua panggilan telepon membuat Yuna merasa seperti habis menonton film komedi. Masalahnya, Yuna tidak bisa tertawa sampai keluar suara. Barusan di
Yuna pertama kalinya melihat suaminya marah. Selain itu, marah untuk waktu yang cukup lama. Sepanjang malam, Brandon tidak mengatakan sepatah kata pun. Meskipun dia tidak melampiaskan amarahnya atau melakukan hal lain, Yuna tetap bisa merasakan kalau pria itu sangat kesal.Yuna cemburu, Brandon tidak senang. Sudah cemburu, tetap saja tidak senang?Sebenarnya Yuna tidak memiliki banyak pengalaman dalam berkencan. Sewaktu dia menjalin hubungan dengan Logan dulu, dia juga tidak memiliki pengalaman merasa cemburu. Bagaimanapun, di mata Yuna saat itu, mereka berjuang dan bekerja keras bersama demi masa depan. Pada saat itu, Yuna juga menganggap Valerie adalah temannya dan Logan. Yuna sama sekali tidak berpikir akan terjadi sesuatu di antara mereka.Setelah itu, perselingkuhan mereka terungkap. Yuna juga merasa dikhianati, dimanfaatkan dan ditipu. Dia sangat marah, juga sangat sedih.Sekarang kalau dipikir kembali, kemarahannya lebih besar dari kesedihan. Kalau soal cemburu, sepertinya tidak
Siapa juga yang tahu!Penampilan Yuna saat memutar matanya justru terlihat sangat imut. Brandon spontan tertawa, kegembiraan terpancar dari kedua matanya, lalu perlahan-lahan menyebar ke seluruh wajahnya.“Sudah, yang sudah berlalu biarlah berlalu, nggak perlu diungkit-ungkit lagi.” Brandon mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Yuna sambil berkata, “Siapa yang telepon?”Yuna memanyunkan bibir, lalu menggosok kepalanya sendiri. Apa maksudnya yang sudah berlalu biarlah berlalu? Seolah-olah Yuna yang marah kemarin. Sekarang sudah selesai, tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Sikap Brandon membuatnya semakin bingung.Namun, untungnya Brandon dalam suasana hati baik. Karena itu, Yuna juga tidak ingin perhitungan dengannya lagi. Dia pun menjawab, “Lisa yang telepon. Dia bilang dia ingin ajak aku makan bersama. Aku harus pergi.”“Oh, begitu ....”“Hari ini kamu ada rencana lain, nggak? Kalau nggak ada, aku akan pergi menemuinya.”“Nggak apa-apa, kamu pergi saja,” ujar Brandon sambil tersenyu
Setibanya Yuna di tempat dia tujuan, dia baru tahu kalau tempat itu adalah sebuah klub pribadi yang sangat mewah. Semua ini jelas sudah diatur dengan hati-hati. Setelah menyebutkan namanya, seseorang membawa Yuna ke atas.Tempat Yuna berada saat ini bukan ruang pribadi. Hanya saja, seluruh lantai dua itu kosong. Terdapat sebuah restoran kaca yang menyuguhkan pemandangan 360 derajat, unik dan romantis. Selain itu, ada orang yang memainkan biola. Musik merdu mengalun, membuat orang yang berada di sana merasa rileks.“Yuna!” Lisa memanggil Yuna sembari melambaikan tangan.Sebenarnya, meski Lisa tidak memanggilnya, Yuna juga telah melihat perempuan itu. Karena selain para pelayan, Lisa satu-satunya orang yang berada di situ.“Lisa.” Yuna berjalan ke arah Lisa dan memeluknya. Pada saat Yuna melepaskan pelukannya, Lisa langsung menjelaskan sambil tersenyum, “Pak Shane masih ada urusan, dia akan datang nanti. Dia minta aku sampaikan permintaan maaf padamu.”“Nggak apa-apa.” Yuna tersenyum, “S