Yuna awalnya mengira, karena Brandon sudah selesai membicarakan bisnis, mereka akan langsung pulang. Namun tak disangka, pria itu membawanya ke restoran.“Kamu sudah pergi ke restoran yang aku rekomendasikan sebelumnya itu belum?” tanya Brandon dengan santai.Yuna mengangguk, “Sudah, makanannya enak.” Dia jadi teringat akan kekacauan yang terjadi di restoran hari itu. Setelah itu, dia tidak pernah melihat anak itu lagi. Dia juga tidak tahu apa anak itu sudah sembuh dan bagaimana keadaannya sekarang.Sebenarnya, alergi makanan sering terjadi. Banyak orang punya alergi makanan. Yang umum adalah alergi susu atau seafood. Ada sebagian orang yang alergi gandum, telur, dan hal-hal tak terduga lainnya.Jadi, wajar saja kalau Helen sebagai ibu juga tidak tahu. “Apa ada yang kamu ingin makan?” Brandon menyerahkan buku menu kepada Yuna. Setelah tahu Yuna bisa bahasa Prancis, dia membiarkan Yuna memilih sendiri.Yuna memegang daun telinganya dengan satu tangan, dan menggelengkan kepalanya, “Aku
“Bouillabaisse. Dibuat pakai ikan apa?” Yuna mencicipinya lagi, tetapi dia tidak tahu ikan apa yang digunakan. Dia hanya bisa merasakan rasa bawang putih, adas, daun salam, dan ketumbar. Tentu saja, yang paling kentara adalah rasa asam dari tomat. Ada juga bawang bombay dan seledri. Sebenarnya ada beberapa bahan masakan yang dia tidak sukai, tapi ketika dicampur jadi satu, rasanya tidak terlalu buruk. Mungkin karena takarannya pas.Mendengar pertanyaannya, Brandon tersenyum, “Ini bukan ikan, tapi Bouillabaisse.”Yuna baru sadar kalau Brandon baru saja membuat lelucon.Bouillabaisse sebenarnya adalah salah satu makanan khas di Marseilles, bukan sup yang dibuat dengan ikan.“Kalau begitu... ini terbuat dari sup ikan apa? Aku nggak bisa menebaknya.”Yuna mencicipinya lagi. Rasa ikannya sangat enak, juga ada rasa yang mirip dengan kerang dan udang segar. Namun, rasanya terlalu berlevel-level, sehingga dia tidak bisa menebak ada apa saja di dalamnya. “Ciri khas Bouillabaisse adalah rasanya
“....” Yuna tanpa sadar melirik Brandon dan berkata, “Nggak, ada apa?”Stella menghela napas lega, “Sepertinya dia masih belum menemukan informasi kontakmu.”“Hm?” “Kemarin dia menelepon aku dan bertanya aku tahu nomormu yang sekarang. Aku tanya untuk apa, tapi dia nggak mau jawab. Dia sangat mendesak. Aku takutnya dia akan mengganggu dan menyusahkan kamu lagi,” ujar Stella, lalu bertanya lagi karena masih belum tenang, “Oh ya, kamu nggak memberi nomormu ke dia, ‘kan?”Yuna memutar bola matanya dalam diam, “Untuk apa aku memberikannya padanya? Aku sudah cukup sopan nggak memblokir nomornya.” “Baguslah kalau begitu. Jangan khawatir. Aku nggak memberi tahu dia! Tapi, sekarang kan internet sudah canggih, kalau dia mau cari, mungkin akan tetap bisa menemukan nomormu. Yang penting kamu tahu hal ini dan bisa berhati-hati. Aku takut dia akan mencari masalah,” ujar Stella. Dia langsung menghubungi Yuna setelah menutup telepon dari Logan.Dia sudah mencoba menanyakan, tetapi Logan tidak mau m
Yuna menaikkan alis. Hal yang pertama muncul di benak Yuna adalah, itu nama perempuan. Tentu saja, itu bukan hal yang terpenting. Yang lebih penting adalah, dia melihat Brandon mengerutkan keningnya dengan jelas.Pria itu mengetuk layar ponselnya dengan satu jari.Namun, sebelum pria itu bisa meletakkan tangannya kembali ke atas setir mobil, nada dering video call itu kembali berbunyi.Brandon menghela napas, meletakkan satu tangan di tepi jendela mobil, dan tangan lainnya hendak menekan tombol menolak lagi. Yuna menghentikannya, “Angkatlah, mana tahu ada hal yang penting!”“Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku bisa pergi sebentar.” Setelah mengatakan itu, Yuna hendak melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.“Nggak perlu!” Brandon meraih Yuna, lalu mengangkat ponselnya dan menekan tombol jawab, “Ada apa?”“Huhuhu....”Ada suara tangisan yang mengejutkan Yuna. Dia mengerjapkan matanya, bertanya-tanya apakah dia sedang berhalusinasi.Brandon diam saja.Lalu, dia berkata dengan
Setelah Brandon selesai memblokir nomor perempuan itu, dia hendak menyalakan mobilnya. Tiba-tiba, dia melihat istrinya sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti. Brandon seketika merasa tidak nyaman, “Naomi ... keluarganya sudah lama berteman dengan keluarga kami. Boleh dibilang, dia itu adikku.”Yuna spontan tertawa mendapati Brandon yang terlihat nyaman dan berusaha memberi penjelasan, “Adik?”Tidak peduli bagaimana Brandong mendengarnya, kata “adik” yang diucapkan Yuna terdengar aneh. Dia pun berdehem dan berkata, “Dia itu seperti adikku. Aku dan dia nggak seperti yang kamu pikirkan.”“Seperti yang aku pikirkan?” Yuna segera bertanya lagi.Brandon, “....”Yuna tidak bermaksud menggoda Brandon. Hanya saja, ini pertama kalinya dia melihat ekspresi Brandon yang sangat hidup dan menarik. Semakin Brandon seperti itu, Yuna semakin tidak bisa menahan diri untuk tidak menggodanya.Sebenarnya Brandon tidak perlu menjelaskan apa pun pada Yuna. Dengan status Brandon, sekalipun dia tidak mend
Brandon mengangkat alisnya, lalu bertanya dengan dingin, “Jadi, kamu ingin aku tambahkan nomornya lagi?”“Boleh, kok!” jawab Yuna tanpa merasa ada yang salah sama sekali. Dia pun mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Hanya saja, mulutnya tidak bisa diam, “Kamu bilang keluarga kalian sudah lama berteman. Kamu nggak mungkin putuskan hubungan dengan begitu saja, kan? Kamu blokir nomornya, memangnya kalian nggak akan bertemu lagi? Kamu nggak akan bertemu keluarganya lagi? Jadi apa pun masalahnya, lebih baik bicarakan baik-baik. Main langsung blokir nomornya rasanya benar-benar ....”“Benar-benar apa?” Suara Brandon terdengar lebih dingin. Pria itu sudah berdiri di belakang Yuna.“Bukan apa-apa.” Yuna mencungkil sabun Savon de Marseille di depannya dengan jari. Dia merasa sabun itu sangat halus dan lembut. Dia pun melihat jari-jarinya, lalu tersenyum, “Aku hanya merasa itu agak kekanak-kanakan.”Gadis itu hanya meneriaki Brandon dua kali, Brandon langsung memblokir nomornya. Bahkan membl
Karena penasaran, Yuna pun mendekat dan melihat nama yang tertera di layar ponsel, Calvin.Setelah itu, Yuna melirik Brandon. Wajah pria itu terlihat kesal, tapi pada akhirnya dia tetap menekan tombol jawab, “Katakan.”Mungkin karena wajah Brandon terlalu dingin, atau suaranya yang terlalu dingin. Intinya, Calvin terkejut begitu Brandon menerima panggilannya. Padahal dia tadinya hendak mengeluh, tapi semua itu tiba-tiba tersangkut di tenggorokannya. Dia hanya menatap Brandon tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Pfft ....”Yuna tidak dapat menahan diri, dia pun tertawa pelan. Dia melihat ekspresi wajah pria di layar ponsel dari samping dan merasa pria itu terlalu lucu.Masalahnya, Calvin melakukan panggilan video di saat yang sangat tidak tepat. Kentara sekali suasana hati Brandon sangat buruk. Calvin menelepon di saat seperti ini, dengan panggilan video pula. Yuna diam-diam merasa kasihan padanya.“Ada perempuan?!” Pendengaran Calvin sangat tajam. Meskipun hanya suara yang sangat kecil
“Tapi ....”Tanpa menunggu Calvin menyelesaikan kalimatnya, Brandon memanggil nama pria itu lagi, “Calvin Kusnadi....”Calvin, “Kenapa?”Brandon memanggilnya dengan nama lengkap, kesannya sangat menakutkan. Rasanya seperti pada detik berikutnya, Brandon akan memakan orang.“Lain kali jangan video call aku lagi,” kata Brandon.“Ke-kenapa?” Pikiran bawah sadar merasa tidak akan ada jawaban baik, tapi mulutnya tetap saja tidak tahan untuk bertanya.“Jelek.” Brandon hanya mengucapkan satu kata, lalu menutup telepon dan percakapan berakhir.Calvin, “....”Yuna tertegun selama dua detik. Setelah itu, dia tertawa terbahak-bahak. Apakah tidak apa-apa Brandon memberikan pukulan seperti itu kepada Calvin? Mulutnya begitu tajam, Brandon pasti punya banyak musuh, kan? Namun bagaimanapun, pria itu tidak takut punya musuh.Setelah melihat Brandon melakukan dua panggilan telepon membuat Yuna merasa seperti habis menonton film komedi. Masalahnya, Yuna tidak bisa tertawa sampai keluar suara. Barusan di