Edith yang masih berdiri di depan pintu merasa sangat cemas. Dia pun menelepon Stella, “Stella, Yuna pernah bilang sama kamu nggak kalau dia mau buat produk baru?”“Nggak, memangnya kenapa?” Setelah kembali dari rumah sakit, Stella langsung sibuk belanja sayur dan merapikan rumah. Suara gemuruh dari vacuum cleaner membuatnya tidak bisa mendengar kata-kata Edith dengan jelas.“Dia kembali ke lab dan mengunci diri di dalam sana. Aku bicara sama dia, tapi dia nggak jawab. Aku rasa dia agak aneh hari ini. Aku agak khawatir.”Setelah mendengar kata-kata Edith, Stella langsung tercengang. Dia pun cepat-cepat mematikan vacuum cleaner-nya, lalu tanpa sadar berkata, “Jangan-jangan karena masalah hari ini? Tapi aku lihat dia baik-baik saja saat pergi.”Edith menangkap sesuatu, “Masalah hari ini?”“Bicara di telepon kurang jelas. Dia lagi di lab, kan? Aku akan pergi ke sana.” Setelah menutup telepon, Stella segera meletakkan barang di tangannya. Kemudian, dia melepas celemeknya dan mencuci tangan
“Kamu ... serius?”Bukan karena Edith meragukan kemampuan Yuna, tapi karena bau saat ini terlalu kuat. Benar-benar bau yang menusuk hidung dan menembus hingga ke bagian belakang kepala. Bahkan terasa hingga ke ubun-ubun.Aroma tahap awal saja sudah menusuk seperti ini. Sulit dibayangkan akan jadi seperti apa aromanya di tahap tengah dan akhir.Namun, kentara sekali kalau Yuna sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini. Edith pun tidak ingin melawannya. Karena itu, dia berkata, “Ya, sudah. Kalau sudah selesai, cepat beres-beres dan pulang, sudah malam.”“Aku akan antar dia pulang,” ujar Stella mengajukan diri.Tetap saja mereka akan naik taksi. Hanya saja, begitu mereka masuk ke dalam mobil, sopir taksi secara refleks berbalik, “Wah, Mbak, kalian pakai parfum banyak banget.”Stella spontan tersenyum malu. Sebenarnya, sebagai seorang pembuat parfum, tidak heran kalau tubuhnya sering mengeluarkan bau aneh. Tidak selalu berbau harum. Bagaimanapun, bahan parfum sangat kompleks, apalagi m
“Untuk apa tanggapi dia dengan serius?!” ujar Stella sambil menghela napas.“Bukan tanggapi dia dengan serius, tapi memang itu kenyataannya. Coba kamu lihat. Meskipun industri parfum dalam negeri berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pembuat parfum juga meningkat dari tahun ke tahun. Kebanyakan orang masih saja menganggap parfum bagus dan ternama adalah parfum dari luar negeri. Mereka nggak terlalu kenal dengan merek kita sendiri,” ujar Yuna yang sangat emosional.Stella mengangkat bahu, “Memang, sih. Tapi sampai batas tertentu, itu juga benar. Standar keseluruhan domestik saat ini memang nggak bisa dibandingkan dengan merek-merek ternama internasional.”“Sekarang mungkin nggak bisa, tapi kelak pasti bisa.” Ini juga merupakan arah dan tujuan Yuna bekerja keras.Suatu hari nanti, dia akan membawa parfum buatannya ke panggung dunia. Dia akan membuat orang di seluruh dunia kalau negara ini juga dapat membuat parfum kelas dunia.“Kak Yuna, sudah sampai. Aku pulang dulu, ya
“Kenapa harus takut? Aku yang pekerjakan mereka semua.” Stella berpikir sejenak, tetap saja merasa tidak ada yang perlu ditakuti. Dia bahkan merasa hidup seperti itu sangat indah.Yuna hanya menggelengkan kepalanya. kemudian, dia duduk bersila di depan Stella dan minum jusnya.“Kak Yuna, kamu campurkan bahan apa saja? Aku cium baunya agak campur aduk. Kamu benar-benar lagi buat produk baru? Kalau iya, produk baru ini terlalu ... inkonvensional.” Stella mengenduskan hidungnya. Sejak naik taksi tadi, Stella telah mencium bau itu dan menganalisisnya dengan serius. Namun, Stella merasa baunya terlalu campur aduk. Dia benar-benar tidak bisa membedakan wewangian apa saja yang dipakai Yuna. Apa mungkin karena baunya terlalu kuat sehingga Stella sulit untuk membedakannya?“Belum tahu, aku hanya coba-coba saja.” Stella menggelengkan kepala dan memikirkannya.Sebenarnya, dia awalnya hanya ingin melampiaskan amarahnya. Dia pun asal-asalan mencampurkan beberapa wewangian dan minyak atsiri. Dia ti
“Ng-nggak usah. Aku sudah dua kali merepotkan kamu. Aku bisa naik taksi sendiri. Jam segini masih ada taksi.” Stella cepat-cepat mengibaskan tangan dan menolak.“Kalau begitu, aku antar kamu ke bawah untuk naik taksi,” kata Frans.Stella, “....”Yuna tersenyum melihat sikap mereka berdua. Dia pun berjalan ke samping Stella dan menepuk pundak perempuan itu, “Kamu ... biarkan saja Frans antar kamu pulang.”“Hatchi!” Frans yang berdiri di samping tidak bisa menahan bersin.Yuna, “....”Begitu keduanya pergi, Yuna berencana naik ke atas untuk mandi. Awalnya dia tidak merasakan apa-apa. Namun, setelah melihat Frans yang bersin terus akhirnya membuatnya menyadari betapa menyengatnya bau di tubuhnya.Tadi dia hanya berjalan ke samping Stella, masih agak jauh dari Frans. Akan tetapi, Frans langsung bersin tanpa henti. Kalau dia berada di dekat Brandon, maka betapa kuatnya bau itu.“Aku mandi dulu,” kata Yuna.Baru saja hendak berbalik, Brandon tiba-tiba memegang pergelangan tangan Yuna dan men
Kali ini, Yuna kembali sambil membawa sesuatu di tangannya. Namun, Brandon tidak melihat dengan jelas apa itu.Yuna mengambil sepotong kecil bahan sisa dan kembali ke meja. Kemudian, dia menyalakan lampu dan duduk di sana untuk mempelajarinya dengan teliti. Aromanya benar-benar istimewa. Kalau dibilang bahan sisa itu dibuat secara sintetis, maka itu mungkin saja. Namun, itu jelas tidak. Benda itu benar-benar alami, aroma kayu itu sendiri.Yuna sangat tertarik, dia juga ingin tahu sumber dari kayu itu. Akan tetapi, kalau pemuda itu tidak mau kerja lagi, maka Yuna akan sulit untuk menemukannya. Jika suruh orang lain ....Yuna menoleh karena ingin bertanya pada Brandon. Namun, dia tidak menyangka kalau pria itu sudah berdiri di belakangnya yang justru membuatnya terkejut, “Kenapa kamu ada di sini?”“Lalu aku harus berada di mana?” Entah kenapa, suara pria itu terdengar agak kesal, “Akhirnya kamu lihat aku juga?”Yuna, “....”“Ada sesuatu yang nggak aku mengerti.” Yuna menarik ujung bajuny
Yuna spontan tertawa. Tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram dagunya. Yuna tertegun sejenak, lalu mengedipkan mata.“Apakah dia semenarik itu?” Mata Brandon sedikit menyipit, suaranya penuh dengan kecemburuan.“Eh ... sepertinya nggak ... semenarik itu,” ujar Yuna.Tidak mungkin, kan? Apakah Brandon sedang cemburu? Yuna hanya mengkhawatirkan soal kayu. Dia sama sekali tidak memikirkan hal lain. Sang CEO terlalu pencemburu.“Nggak menarik?” Brandon bukan orang yang mudah dibujuk, “Tapi aku lihat, kamu sepertinya sangat tertarik. Bukannya tadi kamu bilang lumayan menarik?”Kalau tadi Yuna tidak menganggap hal ini serius, sekarang Yuna benar-benar tersadar. Apakah kali ini Brandon benar-benar cemburu?“Nggak, maksud aku ukiran kayu yang dia buat lumayan menarik. Benar, ukiran kayunya sangat menarik.” Yuna mendongakkan kepala, kedua matanya berputar, memperhatikan wajah Brandon, “Kamu ingat sepasang boneka kayu kecil yang aku bawa pulang ke rumah itu? Bukannya kamu juga bilang boneka itu san
Setelah keluar dari rumah sakit, Valerie baru tahu kalau Logan telah mencopot jabatannya sebagai direktur.Meski masih di rumah sakit, Logan mengeluarkan perintah dengan cepat. Bahkan ruangan kantor Valerie di perusahaan sudah diubah.Di VL, siapa yang tidak tahu kalau Valerie adalah calon istri CEO, nyonya bos VL. Namun, dengan adanya kejadian di luar dugaan seperti hari ini, status sebagai istri CEO telah melayang pergi sebelum Valerie mendapatkannya.Orang-orang di perusahaan tidak akan membicarakannya secara langsung di depannya. Hanya saja, sorot mata mereka membuat Valerie merasa sedang ditertawakan oleh semua orang.“Logan, kamu benar-benar kejam!” rutuk Valerie dalam hati.Valerie sama sekali tidak sanggup berlama-lama di perusahaan. Dia pun pergi segera setelah dia tiba di sana.Sekretaris Logan langsung menelepon Logan dan melaporkan hal itu, “Pak Logan, Direktur ... Bu Valerie baru saja datang ke kantor. Tapi, begitu dia tahu Pak Logan telah menarik kembali kantornya, dia la