Yuna spontan tertawa. Tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram dagunya. Yuna tertegun sejenak, lalu mengedipkan mata.“Apakah dia semenarik itu?” Mata Brandon sedikit menyipit, suaranya penuh dengan kecemburuan.“Eh ... sepertinya nggak ... semenarik itu,” ujar Yuna.Tidak mungkin, kan? Apakah Brandon sedang cemburu? Yuna hanya mengkhawatirkan soal kayu. Dia sama sekali tidak memikirkan hal lain. Sang CEO terlalu pencemburu.“Nggak menarik?” Brandon bukan orang yang mudah dibujuk, “Tapi aku lihat, kamu sepertinya sangat tertarik. Bukannya tadi kamu bilang lumayan menarik?”Kalau tadi Yuna tidak menganggap hal ini serius, sekarang Yuna benar-benar tersadar. Apakah kali ini Brandon benar-benar cemburu?“Nggak, maksud aku ukiran kayu yang dia buat lumayan menarik. Benar, ukiran kayunya sangat menarik.” Yuna mendongakkan kepala, kedua matanya berputar, memperhatikan wajah Brandon, “Kamu ingat sepasang boneka kayu kecil yang aku bawa pulang ke rumah itu? Bukannya kamu juga bilang boneka itu san
Setelah keluar dari rumah sakit, Valerie baru tahu kalau Logan telah mencopot jabatannya sebagai direktur.Meski masih di rumah sakit, Logan mengeluarkan perintah dengan cepat. Bahkan ruangan kantor Valerie di perusahaan sudah diubah.Di VL, siapa yang tidak tahu kalau Valerie adalah calon istri CEO, nyonya bos VL. Namun, dengan adanya kejadian di luar dugaan seperti hari ini, status sebagai istri CEO telah melayang pergi sebelum Valerie mendapatkannya.Orang-orang di perusahaan tidak akan membicarakannya secara langsung di depannya. Hanya saja, sorot mata mereka membuat Valerie merasa sedang ditertawakan oleh semua orang.“Logan, kamu benar-benar kejam!” rutuk Valerie dalam hati.Valerie sama sekali tidak sanggup berlama-lama di perusahaan. Dia pun pergi segera setelah dia tiba di sana.Sekretaris Logan langsung menelepon Logan dan melaporkan hal itu, “Pak Logan, Direktur ... Bu Valerie baru saja datang ke kantor. Tapi, begitu dia tahu Pak Logan telah menarik kembali kantornya, dia la
Lawson menggoda Valerie dengan nada menyindir. Namun, Valerie tidak menghiraukan sindirannya dan berkata, “Aku ke sini untuk membicarakan bisnis denganmu.”“Membicarakan bisnis?” Lawson tertawa dan berkata, “Kamu?”“Kalau aku nggak salah, kamu seharusnya nggak punya modal untuk bicarakan soal bisnis denganku sekarang, kan? Lagi pula, bisnis seperti apa yang bisa kamu bicarakan denganku? Sampai sekarang kamu masih belum mewujudkan hal yang kamu janjikan padaku.” Raut wajah Lawson tampak jengkel, yang menunjukkan kalau pria itu tidak memiliki kesabaran lagi.Kalau dulu, Valerie pasti sudah membujuk dan memohon padanya dengan suara lembut. Namun sekarang, semua sudah jadi seperti ini. Valerie juga tidak takut kehilangan apa pun lagi, “Bagaimana denganmu? Kamu sudah lakukan apa yang kamu janjikan padaku? Kamu janji aku pasti masuk kompetisi tahunan, aku pasti akan menangkan hadiah. Tapi ada masalah dengan formulanya.”“Bukannya aku sudah bantu kamu selesaikan? Kenapa? Masih nggak bisa?”“I
Meskipun Yuna sangat ingin mengetahui sumber kayu itu, sayangnya dia tidak pernah bisa menghubungi Yohanes lagi sejak pria itu menolak tawarannya hari itu. Yohanes sepertinya telah mengganti nomor ponselnya. Pemilik toko ukiran kayu juga mengatakan kalau Yohanes tidak ke toko lagi. Pria itu seolah-olah telah menghilang begitu saja.Brandon berkata akan membantu Yuna menemukan Yohanes. Masalahnya, Brandon bahkan tidak pernah bertemu dengan pria itu. Ingin menemukan Yohanes bukanlah hal yang mudah. Yuna pun tidak berharap banyak.Dalam segala hal ada prioritas. Sebelum Yuna bisa menemukan Yohanes, dia harus ke Prancis dulu untuk mengikuti Fragrance Competition.Kali ini, Yuna akan mewakili New Life pertama kalinya mengikuti kompetisi akbar ini. Masalahnya, Yuna tidak mengenal siapa pun di sana.Edith tidak bisa datang karena ada pekerjaan, sedangkan Stella juga tidak bisa ikut. Perusahaan telah mengutus seorang asisten bernama Reni. Dengar-dengar, Reni sangat berpengalaman dalam menjadi
“Aku nggak usah pergi boleh, nggak?” tanya Yuna.Yuna hanya ingin tidur sekarang. Tidak cukup tidur adalah hal yang sangat tidak menyenangkan.“Secara teori boleh saja.” Yuna belum sempat bersorak, Reni sudah menambahkan, “Tapi dalam tata krama sudah pasti nggak boleh!”“Aku orangnya nggak punya sopan santun. Aku hanya ingin tidur.” Usai berkata, Yuna langsung berbalik dan berjalan kembali ke kamar. Setelah itu, dia menjatuhkan diri ke tempat tidur besar dengan dua tangan terlentang. Ah, nyaman sekali.Reni mengikuti Yuna masuk ke kamar dan berdiri di sana, “Bu Yuna, sekalipun bukan dalam hal tata krama, dalam hal fungsi tubuh manusia dan adaptasi diri, Bu Yuna nggak boleh tidur lagi. Kalau tidur terus, nanti malam Bu Yuna nggak akan bisa tidur. Akibat dari insomnia adalah Bu Yuna akan lemas dan nggak berenergi besok paginya.”“Menurut penelitian ilmiah, kekurangan energi di pagi hari akan menyebabkan kondisi mental yang buruk sepanjang hari, yang secara langsung akan memengaruhi Fragr
Yuna tertegun seketika dia tiba di lokasi acara. Dia syok melihat acaranya dibuat sangat megah selayaknya pesta pernikahan. Yang berbeda adalah, acara ini diadakan di area taman sebuah vila yang sudah tertata dengan sangat rapi, lengkap dengan buffet. Orang yang datang ke acara ini juga luar biasa banyak. Mereka semua datang dari berbagai macam negara, dan berbicara dengan bahasa mereka masing-masing tentunya.Yuna mengambil segelas koktail dan melemparkan senyum ramah ke orang-orang yang bahkan tidak dia kenali. Lalu, dia pun bertanya kepada asistennya, “Bu Reni, mereka semua juga datang buat ikut kompetisi?”“Dari informasi yang aku dapat, seharusnya iya,” sahut Reni sambil melirik berkas yang dia bawa.Yuna, “….”Apa-apaan ini? Kenapa banyak sekali orangnya? Bukankah katanya kompetisi ini memiliki standar yang tidak mudah untuk ditembus? Jangankan ikut serta dalam kompetisi skala besar, melihat orang sebanyak ini saja sudah cukup untuk membuat Yuna pusing tujuh keliling.“Jadi, pani
Panjang umur memang orang ini. Orang yang Yuna lihat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Valerie. Yuna mengucek matanya dan segera memalingkan matanya ke samping ….Tidak mungkin! Yuna kan sekarang sedang berada di Prancis, dan juga acara ini bukanlah sesuatu yang bisa Valerie datangi sesuka hatinya! Paling-paling itu hanya orang yang mirip dengannya, atau mungkin memang Yuna yang salah lihat. Setelah meyakinan dirinya kalau itu bukan Valerie, Yuna berbalik dan …!!Orang yang dilihat oleh Yuna itu sudah berada persis di hadapannya. Tidak hanya wajahnya saja yang mirip dengan Valerie, tapi tatapan mata juga sangat mirip. Dan yang lebih parahnya lagi, suaranya ketika berbicara juga terdengar sangat familier.“Kenapa, kamu kaget, ya, lihat aku di sini?” tanya Valerie dengan ekspresi wajahnya yang angkuh.Valerie senang sekali melihat Yuna syok bercampur dengan kesal. Dia pikir hanya dia yang bisa datang ke sini mentang-mentang jago? Banyak cara yang bisa diambil untuk mencapai tujuan. A
“Ngomong apa kamu, hah?!”Raut wajah Valerie langsung berubah mendengar hinaan dari Yuna, dan ketika dia baru saja ingin membalas, tiba-tiba ada seseorang yang berjalan ke arah mereka sambil berkata, “Halo, Bu Yuna, ketemu lagi.”Lawson? Tampaknya mereka datang kemari dengan penuh persiapan. Apakah mereka sejak awal berniat mengincar Yuna? Entah itu benar atau tidak, yang jelas Yuna tidak akan mundur dari peperangan ini.“Kayanya pelajaran yang kemarin masih belum cukup, nih. Pak Lawson, kamu minta dipukulin, ya?”Dengan lantang Yuna menantang Lawson, membuat kehormatannya di depan wanita hilang seketika, sekalian Yuna juga ingin membalas perbuatannya waktu itu di gang.“Ini tempat umum. Aku yakin kamu nggak bakal berbuat sesuatu yang merugikan kamu sendiri, bukan?”Lawson memanfaatkan situasi ramai ini agar Yuna tidak berani sembarangan bertindak, makanya dia bisa bertingkah songong seperti itu. Sejujurnya, dia sendiri juga tidak menyangka seorang wanita lemah lembut seperti Yuna tern
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu
Langkahnya pelan tapi pasti, selangkah demi selangkah dia mendatangi ranjang di mana Yuna sedang tertidur lelap. Wajahnya pucat seperti baru saja kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak. Napasnya pun pelan dan lemah. Mesin yang menunjukkan detak jantungnya juga bergerak memperlihatkan denyutnya yang luar biasa lemah, seakan-akan bisa berhenti kapan saja tanpa ditebak.Juan tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di saat itu dia mengerti mengapa orang asing ini memaksanya untuk ikut dengannya. Mereka masih belum memeras Yuna sampai habis, makanya mereka tidak akan membiarkan Yuna mati begitu saja. Bagi kedokteran modern mungkin ini jalan buntu, makanya Fred meminta bantuan dia. Dengan memanfaatkan hubungan yang dia dan Yuna miliki, Fred memaksanya untuk datang.“Dia ini murid kesayanganmu, jadi kamu pasti nggak mau lihat dia mati di usia yang masih muda, ‘kan?”Kata-kata Fred terkesan simpatik, tetapi siapa pun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bau-bau sarkas dari mulu
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.