“Ada cara lain kalau kamu memang bantu bantu aku. Kamu bisa coba itu!”“Yang lain?”Valerie tidak paham apa yang dimaksud olehnya, tapi ketika bertatapan dengan sorot mata Lawson, seketika itu dia mengerti apa maksudnya. Memikirkannya saja sudah cukup untuk membuat Valerie mual.“Lawson, tahan sebentar saja. Aku bantu kamu cariin dua orang yang kamu suka! Atau gimana kalau pasangan kamu yang lain? Kamu bisa coba hubungi mereka, biar aku yang antar kamu! Kamu tahu kan aku lagi hamil. Aku ….”Belum sempat Valerie selesai berbicara, tiba-tiba Lawson menjambak rambutnya dan berkata, “Nggak usah banyak omong? Kamu hamil apa urusannya sama aku? Memangnya anak yang di perut kamu itu anakku?! Val, mending kamu nggak usah macam-macam sama aku. Kamu itu masih terlalu lemah. Jangan lupa kalau aku juri di kompetisi nanti. Menang atau kalah aku yang nentuin! Aku milih kamu karena aku masih kasih kamu kesempatan. Jadi sebaiknya … kamu ikuti saja apa mauku!”“Lawson, jangan marah dulu. Bukan itu maks
“Tugasku sudah selesai, aku pergi dulu!” ujar Lawson santai sambil menepuk bahu Valerie. Dia berjalan ke arah Lawson berada tanpa sedikit pun rasa bersalah.“Tunggu!” bentak Logan seraya menarik lengan Lawson, “Kamu mau pergi begitu saja?!”“Iya, memangnya mau ngapain lagi?”Awalnya Logan masih bisa menahan diri karena bagaimanapun juga Lawson adalah sosok yang cukup terpandang, tapi setelah mendengar jawaban Lawson yang kurang ajar itu, emosi Logan yang dari tadi terpendam seketika meledak, bahkan sampai menonjok wajah Lawson.“Bajing*n!” seru Logan. Akan tetapi, Lawson sedikit pun tidak marah meski sudah dipukul. Dia hanya mengusap wajahnya dan berkata, “Pukulan yang barusan aku anggap angin lalu demi Bu Tania, tapi kalau kamu masih mukul sekali lagi, aku nggak bakal tinggal diam.”“Siapa yang butuh belas kasihan darimu!”Logan merasa tersinggung gara-gara ucapan yang dilontarkan oleh Lawson. Sudah kepalang tanggung, sekalian saja Logan melampiaskan semua marahnya ke kepalan tinjunya
“Lepasin dia!” seru Logan.“Serius amat?!” balas Lawson. Dia sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Valerie dan hendak menciumnya dengan maksud menantang Logan.Melihat aksi tersebut, Logan tak sanggup lagi menahan diri dan menerjang Lawson untuk menghantamnya. Namun sayang Valerie segera menarik tangannya dan berkata, “Cukup! Logan, kamu mau bikin orang yang jaga malam sadar dan bikin semua orang tahu apa yang terjadi di sini?!”Valerie mengatakannya dengan begitu mantap seakan-akan dia tidak melakukan kesalahan apa-apa barusan. Akan tetapi, apa yang dia bilang memang ada benarnya. Kalau sampai apa yang terjadi di lab ini diketahui oleh orang lain, yang paling malu tidak lain adalah Logan sendiri.“Pergi!” bentak Logan sambil menunjuk ke pintu masuk, “Cepat pergi dari sini!”Valerie tidak bergerak dan hanya memberikan isyarat kepada Lawson. Namun Lawson hanya tersenyum dan menatap remeh tanpa bergerak dari tempatnya. Setelah berulang kali memberi isyarat kepada Lawson untuk pergi tapi
Saking kesalnya Logan sampai menghantam kepalan tangannya roda kemudi. Rasa pusing yang dia alami membuat Logan tak bisa lagi mengemudikan setirnya. Alhasil mobil pun bergoyang tak karuan seperti dikemudikan oleh orang mabuk. Setelah membunyikan klaksonnya beberapa kali, akhirnya Logan benar-benar lepas kendali dan setir membanting ke satu arah.Brak!Mobil Logan menabrak sebatang pohon besar, dan kepala Logan terbentur cukup keras hingga mengalami pendarahan yang cukup parah. ***Yuna merasa sangat nyaman ketika dia bangun keesokan paginya. Kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi seperti yang kemarin malam dia alami. Tampaknya sup penangkal mabuk yang dibuatkan oleh Brandon kemarin cukup ampuh.Aroma makanan datang dari lantai bawah membuat Yuna memakai sandalnya dan turun ke ruang makan. Persis di belokan tangga dia melihat sosok Brandon yang sedang membuat sarapan. Sungguh pagi hari yang indah!Yuna menuruni tangga dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pipinya sambil mengucapk
“Iya,” angguk Frans.“Makasih, ya!” tutur Stella, tapi Brandon yang duduk di sampingnya segera menambahkan, “Cuma Frans yang kamu ucapin terima kasih?”“Kalau kamu, mah, aku nggak perlu sungkan lagi! Kan kamu sendiri yang bilang begitu.”Brandon, “….”Frans cukup terkejut menyaksikan majikannya dibuat tak berkutik. Mungkin memang hanya Yuna seorang yang bisa membuat Brandon seperti itu.“Hari ini aku pulangnya mungkin bakal lebih malam, kalau ada apa-apa telepon saja,” ucap Brandon sambil mengenakan jaketnya.“Oke! Oh ya, waktu itu kamu ada bilang mau pergi jalan-jalan, sudah tahu mau ke mana? Ada ide?”“Untuk sekarang sih belum ada. Kenapa?”“Nggak apa-apa. Kalau masih belum ada tujuan, Stella punya beberapa tempat yang dia rekomendasiin. Toh kamu juga sibuk banget, jadi gimana kalau biar dia saja yang pilih?”Tujuan dari perjalanan kali ini memang untuk memberikan apresiasi kepada Yuna, Edith, dan Stella. Jadi tidak ada salahnya membiarkan mereka yang menentukan.“Boleh!” sahut Brand
“Stel, makasih, ya!”“Makasih apaan? Memang sudah seharusnya aku nolongin kamu! Cuma aku nggak nyangka ternyata kamu sudah tinggal serumah bareng Pak Brandon. Kemajuan hubungan kalian cepat banget!” ujar Stella di telepon sambil sibuk melipat pakaiannya.“Ehm … iya!”Yuna jadi berpikir kalau saja Stella tahu bahwa mereka sudah menikah sejak dulu, bisa-bisa dia pingsan mendengarnya.“Kak Yuna, sebelumnya maaf, ya, kalau misal kata-kataku ini kurang enak didengar. Pak Brandon memang cowok yang baik, daya tariknya juga luar biasa, tapi Kak Yuna juga harus hati-hati. Aku bukannya bilang Pak Brandon jahat, tapi … dia terlalu baik. Kak Yuna ngerti maksudku, ‘kan?”Stella pun sadar ucapannya ini memang tidak enak untuk didengar, tapi yang namanya nasihat baik memang seperti itu. Di mata Stella, Yuna adalah wanita yang sempurna, meski dulunya dia terlalu dibutakan oleh cinta sampai mau dengan bodohnya berkorban begitu banyak demi Logan dan pada akhirnya juga dicampakkan. Brandon memang jauh le
Logan merasa kepalanya seperti mau pecah ketika dia siuman kembali. Rasa sakitnya begitu luar biasa terutama di bagian kening. Bahkan untuk mengangkat alisnya sedikit saja sakitnya sampai Logan harus menggertakkan gigi. Tidak hanya kepalanya saja, tapi perut, dada, begitu juga dengan sekujur tubuhnya terasa sangat kesakitan. Dia berusaha menggerakkan kaki tangannya, tapi yang bisa dia rasakan hanyalah rasa kebas yang menjalar ke bawah.Begitu membuka mata untuk melihat situasi di sekelilingnya, Logan hanya mendapati tembok putih yang membuatnya ketakutan. Lalu dia menoleh ke sebelah kanan dan melihat ada sebuah botol infus. Selain itu dia juga mendengar suara tangisan samar, tapi dia tidak tahu dari siapa suara itu berasal. Menggerakkan kepalanya saja sulitnya bukan main.Ingatannya pun perlahan-lahan kembali. Logan ingat dia pergi ke lab untuk mencari Valerie, lalu di sana dia melihat … setelah itu dia mengemudikan mobilnya dan … terjadilah kecelakaan.Ya! Mobil yang Logan naiki terta
Valerie bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Logan. Lantas, dia pun segera membuka selimut dan mencubit kakinya, “Nih, lihat. Nggak diamputasi. Tenang saja, kamu masih sehat!”“Tenang? Aku justru nggak tenang sama kamu!”“..., aku ngerti. Sekarang kamu pasti benci banget sama aku. Bahkan kamu mungkin nggak sabar mau bunuh aku! Tapi aku nggak ada niat buat berbohong. Aku beneran punya alasanku sendiri! Aku begini demi masa depan kita juga. Aku tahu dampaknya buat kamu pasti parah banget, kamu mau mukul aku atau ngapain, terserah, tapi sekarang kamu harus tenang dulu. Jangan sampai kamu malah merusak badan sendiri, oke?”Suara Valerie terdengar begitu lembut seperti biasa, dan sorot matanya juga penuh dengan perhatian dan penyesalan. Logan memang tidak berkata apa-apa, tapi dari mimik wajahnya terlihat dia seperti meminta Valerie untuk pergi.“Kamu nggak tahu betapa hancurnya aku waktu dengar kamu kecelakaan! Aku benar-benar takut kehilangan kamu! Logan, aku nggak mau kehilangan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta