“Tugasku sudah selesai, aku pergi dulu!” ujar Lawson santai sambil menepuk bahu Valerie. Dia berjalan ke arah Lawson berada tanpa sedikit pun rasa bersalah.“Tunggu!” bentak Logan seraya menarik lengan Lawson, “Kamu mau pergi begitu saja?!”“Iya, memangnya mau ngapain lagi?”Awalnya Logan masih bisa menahan diri karena bagaimanapun juga Lawson adalah sosok yang cukup terpandang, tapi setelah mendengar jawaban Lawson yang kurang ajar itu, emosi Logan yang dari tadi terpendam seketika meledak, bahkan sampai menonjok wajah Lawson.“Bajing*n!” seru Logan. Akan tetapi, Lawson sedikit pun tidak marah meski sudah dipukul. Dia hanya mengusap wajahnya dan berkata, “Pukulan yang barusan aku anggap angin lalu demi Bu Tania, tapi kalau kamu masih mukul sekali lagi, aku nggak bakal tinggal diam.”“Siapa yang butuh belas kasihan darimu!”Logan merasa tersinggung gara-gara ucapan yang dilontarkan oleh Lawson. Sudah kepalang tanggung, sekalian saja Logan melampiaskan semua marahnya ke kepalan tinjunya
“Lepasin dia!” seru Logan.“Serius amat?!” balas Lawson. Dia sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Valerie dan hendak menciumnya dengan maksud menantang Logan.Melihat aksi tersebut, Logan tak sanggup lagi menahan diri dan menerjang Lawson untuk menghantamnya. Namun sayang Valerie segera menarik tangannya dan berkata, “Cukup! Logan, kamu mau bikin orang yang jaga malam sadar dan bikin semua orang tahu apa yang terjadi di sini?!”Valerie mengatakannya dengan begitu mantap seakan-akan dia tidak melakukan kesalahan apa-apa barusan. Akan tetapi, apa yang dia bilang memang ada benarnya. Kalau sampai apa yang terjadi di lab ini diketahui oleh orang lain, yang paling malu tidak lain adalah Logan sendiri.“Pergi!” bentak Logan sambil menunjuk ke pintu masuk, “Cepat pergi dari sini!”Valerie tidak bergerak dan hanya memberikan isyarat kepada Lawson. Namun Lawson hanya tersenyum dan menatap remeh tanpa bergerak dari tempatnya. Setelah berulang kali memberi isyarat kepada Lawson untuk pergi tapi
Saking kesalnya Logan sampai menghantam kepalan tangannya roda kemudi. Rasa pusing yang dia alami membuat Logan tak bisa lagi mengemudikan setirnya. Alhasil mobil pun bergoyang tak karuan seperti dikemudikan oleh orang mabuk. Setelah membunyikan klaksonnya beberapa kali, akhirnya Logan benar-benar lepas kendali dan setir membanting ke satu arah.Brak!Mobil Logan menabrak sebatang pohon besar, dan kepala Logan terbentur cukup keras hingga mengalami pendarahan yang cukup parah. ***Yuna merasa sangat nyaman ketika dia bangun keesokan paginya. Kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi seperti yang kemarin malam dia alami. Tampaknya sup penangkal mabuk yang dibuatkan oleh Brandon kemarin cukup ampuh.Aroma makanan datang dari lantai bawah membuat Yuna memakai sandalnya dan turun ke ruang makan. Persis di belokan tangga dia melihat sosok Brandon yang sedang membuat sarapan. Sungguh pagi hari yang indah!Yuna menuruni tangga dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pipinya sambil mengucapk
“Iya,” angguk Frans.“Makasih, ya!” tutur Stella, tapi Brandon yang duduk di sampingnya segera menambahkan, “Cuma Frans yang kamu ucapin terima kasih?”“Kalau kamu, mah, aku nggak perlu sungkan lagi! Kan kamu sendiri yang bilang begitu.”Brandon, “….”Frans cukup terkejut menyaksikan majikannya dibuat tak berkutik. Mungkin memang hanya Yuna seorang yang bisa membuat Brandon seperti itu.“Hari ini aku pulangnya mungkin bakal lebih malam, kalau ada apa-apa telepon saja,” ucap Brandon sambil mengenakan jaketnya.“Oke! Oh ya, waktu itu kamu ada bilang mau pergi jalan-jalan, sudah tahu mau ke mana? Ada ide?”“Untuk sekarang sih belum ada. Kenapa?”“Nggak apa-apa. Kalau masih belum ada tujuan, Stella punya beberapa tempat yang dia rekomendasiin. Toh kamu juga sibuk banget, jadi gimana kalau biar dia saja yang pilih?”Tujuan dari perjalanan kali ini memang untuk memberikan apresiasi kepada Yuna, Edith, dan Stella. Jadi tidak ada salahnya membiarkan mereka yang menentukan.“Boleh!” sahut Brand
“Stel, makasih, ya!”“Makasih apaan? Memang sudah seharusnya aku nolongin kamu! Cuma aku nggak nyangka ternyata kamu sudah tinggal serumah bareng Pak Brandon. Kemajuan hubungan kalian cepat banget!” ujar Stella di telepon sambil sibuk melipat pakaiannya.“Ehm … iya!”Yuna jadi berpikir kalau saja Stella tahu bahwa mereka sudah menikah sejak dulu, bisa-bisa dia pingsan mendengarnya.“Kak Yuna, sebelumnya maaf, ya, kalau misal kata-kataku ini kurang enak didengar. Pak Brandon memang cowok yang baik, daya tariknya juga luar biasa, tapi Kak Yuna juga harus hati-hati. Aku bukannya bilang Pak Brandon jahat, tapi … dia terlalu baik. Kak Yuna ngerti maksudku, ‘kan?”Stella pun sadar ucapannya ini memang tidak enak untuk didengar, tapi yang namanya nasihat baik memang seperti itu. Di mata Stella, Yuna adalah wanita yang sempurna, meski dulunya dia terlalu dibutakan oleh cinta sampai mau dengan bodohnya berkorban begitu banyak demi Logan dan pada akhirnya juga dicampakkan. Brandon memang jauh le
Logan merasa kepalanya seperti mau pecah ketika dia siuman kembali. Rasa sakitnya begitu luar biasa terutama di bagian kening. Bahkan untuk mengangkat alisnya sedikit saja sakitnya sampai Logan harus menggertakkan gigi. Tidak hanya kepalanya saja, tapi perut, dada, begitu juga dengan sekujur tubuhnya terasa sangat kesakitan. Dia berusaha menggerakkan kaki tangannya, tapi yang bisa dia rasakan hanyalah rasa kebas yang menjalar ke bawah.Begitu membuka mata untuk melihat situasi di sekelilingnya, Logan hanya mendapati tembok putih yang membuatnya ketakutan. Lalu dia menoleh ke sebelah kanan dan melihat ada sebuah botol infus. Selain itu dia juga mendengar suara tangisan samar, tapi dia tidak tahu dari siapa suara itu berasal. Menggerakkan kepalanya saja sulitnya bukan main.Ingatannya pun perlahan-lahan kembali. Logan ingat dia pergi ke lab untuk mencari Valerie, lalu di sana dia melihat … setelah itu dia mengemudikan mobilnya dan … terjadilah kecelakaan.Ya! Mobil yang Logan naiki terta
Valerie bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Logan. Lantas, dia pun segera membuka selimut dan mencubit kakinya, “Nih, lihat. Nggak diamputasi. Tenang saja, kamu masih sehat!”“Tenang? Aku justru nggak tenang sama kamu!”“..., aku ngerti. Sekarang kamu pasti benci banget sama aku. Bahkan kamu mungkin nggak sabar mau bunuh aku! Tapi aku nggak ada niat buat berbohong. Aku beneran punya alasanku sendiri! Aku begini demi masa depan kita juga. Aku tahu dampaknya buat kamu pasti parah banget, kamu mau mukul aku atau ngapain, terserah, tapi sekarang kamu harus tenang dulu. Jangan sampai kamu malah merusak badan sendiri, oke?”Suara Valerie terdengar begitu lembut seperti biasa, dan sorot matanya juga penuh dengan perhatian dan penyesalan. Logan memang tidak berkata apa-apa, tapi dari mimik wajahnya terlihat dia seperti meminta Valerie untuk pergi.“Kamu nggak tahu betapa hancurnya aku waktu dengar kamu kecelakaan! Aku benar-benar takut kehilangan kamu! Logan, aku nggak mau kehilangan
“Kamu yakin sudah nggak ada masalah lagi sama formulanya?”Suara Logan masih terdengar agak serak, bahkan untuk berbicara sepatah kata saja tenggorokannya terasa sakit dan tak bertenaga. Meski dia masih tidak mau menatap langsung Valerie ketika berbicara, setidaknya bagi Valerie ini sudah lebih baik.“Iya. Sebenarnya kemarin malam aku sama dia lagi coba betulin formulanya. Aku nggak mau terlalu banyak orang ikut campur, makanya aku ….”Valerie berniat meluruskan situasi, tapi penjelasannya itu terdengar sangat menusuk telinga bagi Logan. Logan sudah berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, tapi kata-kata “aku sama dia” dan “kemarin malam” bagaikan menusuk ke setiap ujung selnya yang terdalam.Setelah menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tangannya, Logan pun berkata, “Nggak usah ungkit-ungkit soal kemarin malam!”“..., sebenarnya aku juga nggak berniat nyakitin kamu kayak begini. Tapi karena kamu sudah tahu, sekalian saja aku jelasin. Tapi kamu nggak bisa ngebantah kalau cowok yang
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F