“Lepasin dia!” seru Logan.“Serius amat?!” balas Lawson. Dia sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Valerie dan hendak menciumnya dengan maksud menantang Logan.Melihat aksi tersebut, Logan tak sanggup lagi menahan diri dan menerjang Lawson untuk menghantamnya. Namun sayang Valerie segera menarik tangannya dan berkata, “Cukup! Logan, kamu mau bikin orang yang jaga malam sadar dan bikin semua orang tahu apa yang terjadi di sini?!”Valerie mengatakannya dengan begitu mantap seakan-akan dia tidak melakukan kesalahan apa-apa barusan. Akan tetapi, apa yang dia bilang memang ada benarnya. Kalau sampai apa yang terjadi di lab ini diketahui oleh orang lain, yang paling malu tidak lain adalah Logan sendiri.“Pergi!” bentak Logan sambil menunjuk ke pintu masuk, “Cepat pergi dari sini!”Valerie tidak bergerak dan hanya memberikan isyarat kepada Lawson. Namun Lawson hanya tersenyum dan menatap remeh tanpa bergerak dari tempatnya. Setelah berulang kali memberi isyarat kepada Lawson untuk pergi tapi
Saking kesalnya Logan sampai menghantam kepalan tangannya roda kemudi. Rasa pusing yang dia alami membuat Logan tak bisa lagi mengemudikan setirnya. Alhasil mobil pun bergoyang tak karuan seperti dikemudikan oleh orang mabuk. Setelah membunyikan klaksonnya beberapa kali, akhirnya Logan benar-benar lepas kendali dan setir membanting ke satu arah.Brak!Mobil Logan menabrak sebatang pohon besar, dan kepala Logan terbentur cukup keras hingga mengalami pendarahan yang cukup parah. ***Yuna merasa sangat nyaman ketika dia bangun keesokan paginya. Kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi seperti yang kemarin malam dia alami. Tampaknya sup penangkal mabuk yang dibuatkan oleh Brandon kemarin cukup ampuh.Aroma makanan datang dari lantai bawah membuat Yuna memakai sandalnya dan turun ke ruang makan. Persis di belokan tangga dia melihat sosok Brandon yang sedang membuat sarapan. Sungguh pagi hari yang indah!Yuna menuruni tangga dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pipinya sambil mengucapk
“Iya,” angguk Frans.“Makasih, ya!” tutur Stella, tapi Brandon yang duduk di sampingnya segera menambahkan, “Cuma Frans yang kamu ucapin terima kasih?”“Kalau kamu, mah, aku nggak perlu sungkan lagi! Kan kamu sendiri yang bilang begitu.”Brandon, “….”Frans cukup terkejut menyaksikan majikannya dibuat tak berkutik. Mungkin memang hanya Yuna seorang yang bisa membuat Brandon seperti itu.“Hari ini aku pulangnya mungkin bakal lebih malam, kalau ada apa-apa telepon saja,” ucap Brandon sambil mengenakan jaketnya.“Oke! Oh ya, waktu itu kamu ada bilang mau pergi jalan-jalan, sudah tahu mau ke mana? Ada ide?”“Untuk sekarang sih belum ada. Kenapa?”“Nggak apa-apa. Kalau masih belum ada tujuan, Stella punya beberapa tempat yang dia rekomendasiin. Toh kamu juga sibuk banget, jadi gimana kalau biar dia saja yang pilih?”Tujuan dari perjalanan kali ini memang untuk memberikan apresiasi kepada Yuna, Edith, dan Stella. Jadi tidak ada salahnya membiarkan mereka yang menentukan.“Boleh!” sahut Brand
“Stel, makasih, ya!”“Makasih apaan? Memang sudah seharusnya aku nolongin kamu! Cuma aku nggak nyangka ternyata kamu sudah tinggal serumah bareng Pak Brandon. Kemajuan hubungan kalian cepat banget!” ujar Stella di telepon sambil sibuk melipat pakaiannya.“Ehm … iya!”Yuna jadi berpikir kalau saja Stella tahu bahwa mereka sudah menikah sejak dulu, bisa-bisa dia pingsan mendengarnya.“Kak Yuna, sebelumnya maaf, ya, kalau misal kata-kataku ini kurang enak didengar. Pak Brandon memang cowok yang baik, daya tariknya juga luar biasa, tapi Kak Yuna juga harus hati-hati. Aku bukannya bilang Pak Brandon jahat, tapi … dia terlalu baik. Kak Yuna ngerti maksudku, ‘kan?”Stella pun sadar ucapannya ini memang tidak enak untuk didengar, tapi yang namanya nasihat baik memang seperti itu. Di mata Stella, Yuna adalah wanita yang sempurna, meski dulunya dia terlalu dibutakan oleh cinta sampai mau dengan bodohnya berkorban begitu banyak demi Logan dan pada akhirnya juga dicampakkan. Brandon memang jauh le
Logan merasa kepalanya seperti mau pecah ketika dia siuman kembali. Rasa sakitnya begitu luar biasa terutama di bagian kening. Bahkan untuk mengangkat alisnya sedikit saja sakitnya sampai Logan harus menggertakkan gigi. Tidak hanya kepalanya saja, tapi perut, dada, begitu juga dengan sekujur tubuhnya terasa sangat kesakitan. Dia berusaha menggerakkan kaki tangannya, tapi yang bisa dia rasakan hanyalah rasa kebas yang menjalar ke bawah.Begitu membuka mata untuk melihat situasi di sekelilingnya, Logan hanya mendapati tembok putih yang membuatnya ketakutan. Lalu dia menoleh ke sebelah kanan dan melihat ada sebuah botol infus. Selain itu dia juga mendengar suara tangisan samar, tapi dia tidak tahu dari siapa suara itu berasal. Menggerakkan kepalanya saja sulitnya bukan main.Ingatannya pun perlahan-lahan kembali. Logan ingat dia pergi ke lab untuk mencari Valerie, lalu di sana dia melihat … setelah itu dia mengemudikan mobilnya dan … terjadilah kecelakaan.Ya! Mobil yang Logan naiki terta
Valerie bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Logan. Lantas, dia pun segera membuka selimut dan mencubit kakinya, “Nih, lihat. Nggak diamputasi. Tenang saja, kamu masih sehat!”“Tenang? Aku justru nggak tenang sama kamu!”“..., aku ngerti. Sekarang kamu pasti benci banget sama aku. Bahkan kamu mungkin nggak sabar mau bunuh aku! Tapi aku nggak ada niat buat berbohong. Aku beneran punya alasanku sendiri! Aku begini demi masa depan kita juga. Aku tahu dampaknya buat kamu pasti parah banget, kamu mau mukul aku atau ngapain, terserah, tapi sekarang kamu harus tenang dulu. Jangan sampai kamu malah merusak badan sendiri, oke?”Suara Valerie terdengar begitu lembut seperti biasa, dan sorot matanya juga penuh dengan perhatian dan penyesalan. Logan memang tidak berkata apa-apa, tapi dari mimik wajahnya terlihat dia seperti meminta Valerie untuk pergi.“Kamu nggak tahu betapa hancurnya aku waktu dengar kamu kecelakaan! Aku benar-benar takut kehilangan kamu! Logan, aku nggak mau kehilangan
“Kamu yakin sudah nggak ada masalah lagi sama formulanya?”Suara Logan masih terdengar agak serak, bahkan untuk berbicara sepatah kata saja tenggorokannya terasa sakit dan tak bertenaga. Meski dia masih tidak mau menatap langsung Valerie ketika berbicara, setidaknya bagi Valerie ini sudah lebih baik.“Iya. Sebenarnya kemarin malam aku sama dia lagi coba betulin formulanya. Aku nggak mau terlalu banyak orang ikut campur, makanya aku ….”Valerie berniat meluruskan situasi, tapi penjelasannya itu terdengar sangat menusuk telinga bagi Logan. Logan sudah berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, tapi kata-kata “aku sama dia” dan “kemarin malam” bagaikan menusuk ke setiap ujung selnya yang terdalam.Setelah menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tangannya, Logan pun berkata, “Nggak usah ungkit-ungkit soal kemarin malam!”“..., sebenarnya aku juga nggak berniat nyakitin kamu kayak begini. Tapi karena kamu sudah tahu, sekalian saja aku jelasin. Tapi kamu nggak bisa ngebantah kalau cowok yang
Mereka berdua sepakat untuk pergi ke pantai, tapi dengan dua alasan yang berbeda. Sebagai orang yang terlahir di kota daratan, sejak dulu Stella belum pernah melihat laut lepas, makanya dia ingin sekali pergi ke pantai untuk melihat seperti apa laut yang sesungguhnya dengan mata kepala dia sendiri. Berbeda dengan Yuna yang ingin pergi ke pantai untuk mencari inspirasi.Yuna pernah pergi ke pantai dulu, tapi saat itu dia masih kecil sehingga memori yang tersisa di kepalanya sudah mulai pudar. Mungkin dia bisa mendapatkan sesuatu yang baru jika pergi ke pantai lagi. Destinasi wisata sudah ditetapkan, dan waktu keberangkatan juga sudah diajukan ke Brandon. Sekarang mereka tinggal mencocokkan jadwal dengan Edith, tapi selain itu sudah tidak ada kendala lain lagi.Setelah mereka berdua selesai membicarakan hal tersebut, situasi menjadi hening sesaat. Stella mengeluarkan ponselnya dan tiba-tiba menatap Yuna. Dia beberapa kali ingin memulai pembicaraan tapi tidak tahu harus bagaimana mengatak
“Betul. Kamu anaknya Ratu, jadi kamu orang yang paling tepat untuk pergi mencari dia! Memang seharusnya begitu, bukan?”“Benar juga. Aku anaknya, seharusnya aku yang pergi cari!”“Jadi sekarang kamu tidur saja dulu. Besok pagi baru berangkat, mengerti?”“Ya!”Setelah percakapan mereka berdua berakhir, Rainie mengetuk lagi botol dengan ringan yang menciptakan suara bising. Ross mengedipkan mata dan memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar tertidur lelap. Memastikan Ross memang sudah benar-benar tertidur, Rianie pun perlahan keluar dari ruangannya. Sesudah keluar, dia langsung dibawa ke kantornya Fred.Ruangan tempat Ross bekerja tadi tidak dilengkapi dengan kamera pengawas. Sebenarnya awalnya ada, tetapi setelah Ross datang, Ross meminta untuk mencopot semua, makanya Fred tidak bisa memantau apa saja yang terjadi di sana.“Gimana? Berhasil?” tanya Fred.“Selamat, Pak Fred. Semuanya berjalan sesuai harapan!”Fred jelas sangat senang mendengar itu. Kini dia tidak hanya berhasil mengen
” Kamu ….”Ross yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya masih sedikit kebingungan dengan apa yang terjadi. Rainie menatap matanya, sembari berbicara dengan sangat perlahan, dia juga menjentikkan jarinya lagi ke botol minuman dengan irama yang konstan. “Aku Rainie, aku adalah temanmu. Aku tuanmu!”“Temanku … tuanku …?”“Ya, aku ini temanmu, dan juga tuanmu! Apa kamu masih ingat siapa dirimu?”“Aku Ross, pangeran Yuraria.”“Benar, kamu adalah pangeran. Ada apa kamu datang ke negara ini?”“Aku datang ke sini … untuk mencari mamaku, ratu Yuraria!”Rainie terkejut ketika mendengar itu karena dia tidak tahu kalau Ratu juga datang. Selama ini Rainie hanya berkomunikasi dengan Fred saja. Bisa berkomunikasi secara langsung dengan pangeran saja sudah merupakan hal yang luar biasa, tapi Rainie tak menduga kalau ternyata ratu Yuraria juga ada di negara ini?“Untuk apa kamu cari sang Ratu? Apa terjadi sesuatu sama dia?”“Aku nggak tahu. Aku nggak menemukan mamaku dari beberapa hari yang lalu!
“Aku tentu saja mau menerima, tapi syaratnya kamu harus punya jejak yang bagus, nggak punya riwayat kriminal atau riwayat perilaku buruk.”“Oh, aman! Pangean Ross, malam sudah larut. Bagaimana kalau saya tuangkan minumannya sedikit lagi sebelum Pangeran beristirahat?”“Nggak apa-apa. Sudah kubilang aku nggak mau minum terlalu banyak. Sekarang sudah larut, Fred seharusnya sudah berangkat, ‘kan?”“Iya, sekarang sudah malam, seharusnya Pak Fred sudah selesai bersiap-siap! Pangeran Ross juga sebaiknya istirahat dulu.”“Aku masih belum ngantuk, masih banyak pekerjaan. Kamu sudah boleh keluar!”Ross meraih tumpukan kertas lain di sampingnya untuk meneruskan pekerjaannya. Namun ketika baru saja mengambil tumpukan itu, kepalanya terasa pening dan rasa kantuk berat pun datang, membuatnya merasa tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaan. Dia menggelengkan kepala untuk membuang jauh-jauh rasa kantuk tersebut, tetapi sayangnya itu tidak banyak membantu.“Iya, Pangeran. Maaf mengganggu. Tapi sebena
Hanya dengan sekali sesap, mata Ross langsung terlihat seperti bercahaya. Meski tidak memuji secara terang-terangan, bisa dilihat dia sangat menyukainya. Satu sesap demi satu sesap terus dia minum hingga gelasnya kosong.Melihat itu, Rainie jadi yakin risiko yang dia ambil kali ini adalah pilihan yang tepat. Minuman itu jelas bukan minuman ayahnya yang sudah disimpan selama bertahun-tahun. Kalaupun iya, mana mungkin Fahrel rela melepasnya. Minuman itu hanyalah minuman beralkohol biasa yang dibuat oleh peracik lokal. Tentu Fred juga banyak membantu dengan mengeluarkan biaya agar bisa mendapatkan minuman tersebut. Untungnya minuman itu berhasil menarik hati Ross, dan yang lebih penting lagi … juga bisa membuat R20 milik Rainie digunakan kepadanya.“Bagaimana, Pangeran? Apa Pangeran suka?”“Enak juga,” kata Ross seraya mengangguk. “Aku sudah coba banyak minuman yang mengandung alkohol di sini, tapi yang kali ini benar-benar beda. Apa minuman ini ada namanya?”“Tentu ada?”“Apa?”Seraya me
“Oh ya? Kenapa kamu yakin begitu aku belum pernah coba?”Rainie pun berjalan mendekat dan menaruh minuman yang ada di nampannya ke atas meja. Minuman itu dikemas di dalam pot berbahan tanah liat yang memiliki desain kuno, tidak seperti minuman modern yang dikemas di dalam botol beling.“Karena ini alkohol khas negara saya. Pangeran pasti belum pernah lihat.”“Aku sudah sering bolak balik ke sini dan sudah coba banyak makanan khas kalian. Kamu yakin aku belum pernah coba?”“Saya yakin pasti belum, karena ini khas daerah kampung halaman saya.”“Oh, begitu ya?”“Minuman ini sudah ada bahkan waktu saya baru lahir. Papa saya menyimpannya di bawah tanah dari baru dikeluarkan sekarang. Aromanya saya jamin pasti harum. Apabila Pangeran nggak keberatan, boleh dicoba sedikit,” kata Rainie seraya menuangkannya.Benar seperti yang Rainie katakan. Begitu tutup dibuka, aroma sedapnya langsung memenuhi satu ruangan. Ross juga menghirupnya dan mengakui kalau itu adalah minuman yang bagus.“Pangeran b
Rainie menari napas panjang dan mengetuk pintu. Tak lama, dia mendengar suara seseorang yang berkata dengan logan kental Yuraria, “Masuk.”Rainie sekali lagi memastikan kalau semuanya baik-baik saja, lantas dia pun masuk ke dalam sambil membawakan minuman yang tersaji di atas nampan.“Pangeran Ross,” sapa Rainie dengan santun seraya membungkuk. Pengalaman kuliah di luar negeri membuatnya cukup fasih dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Yuraria.Ross mengenakan pakaian rumah dan sedang sibuk membaca berkas di mejanya. Dan di sisi sebelahnya terdapat berbagai macam kudapan, serta gelas yang terisi setenga oleh wine. Sepertinya, apa yang Rainie bawakan untuknya sudah tidak diperlukan lagi.“Ada apa?” tanya Ross seraya memperhatikan sosok Rainie, tetapi dia hanya melihat sekilas saja seakan penampilan Rainie tidak mempan untuk menarik perhatiannya.“Pangeran Ross, saya pelayan yang bekerja di kedutaan ini. Pak Fred menugaskan saya untuk membawakan minuman.”“Oh, Fred?”“Iya, Pak F
“Oke, kalau begitu aku kasih kamu waktu satu jam. Beresan semua pekerjaan kamu, habis itu mandi dan ganti baju, terus datang ke kantorku. Kamu kukasih tugas baru.”Rainie terkejut dan tidak begitu mengerti apa masudnya, tetapi dia tetap menjawab, “Oke.” ***Tak lama waktu berselang, Rainie sudah datang ke kantornya Fred dengan gaun panjang yang dibawakan oleh anak buahnya Fred. Bagian belakang yang memang didesain terbuka memperlihatkan tubuh Rainie yang menggoda. Namun di sisi lain pakaian seperti itu membuat Rainie merasa tidak nyaman. Dia biasanya tidak suka memakai pakaian yang terbuka, tetapi kali ini terpaksa karena ini adalah perintah langsung dari Fred.Rainie merasa seperti menjadi pekerja sosial yang diminta untuk menjamu klien. Pengalaman ini benar-benar membuat Rainie merasa tidak nyaman. Yang bisa dia tawarkan kepada orang lain adalah kecerdasan dan bakatnya. Tak pernah sekali pun dia berpikir untuk menawarkan tubuhnya kepada orang lain.“Bagus juga! Oke, coba kamu jelask
“Pak Fred, bukannya mau banyak tanya, tapi aku harus tahu jelas untuk bisa tahu di mana letak masalahnya. Badan cewek dan cowok itu berbeda. Usia juga punya pengaruh yang besar. Kalau sudah tua, wajar kalau detak jantungnya melambat. Walaupun dari luar kelihatannya sehat, tapi di dalam badannya sudah ada bibit penyakit. Nggak menutup kemungkinan terkena serangan jantung. Tapi kalau nggak ada penyakit kronis dan tiba-tiba sakit, mungkin ….”“Nggak mungkin serangan jantung! Dia masih muda,” ujar Fred menyela sebelum Rainie selesai menjelaskan.“Masih muda juga bisa saja tiba-tiba kena serangan jantung. Cewek dan cowok juga beda, terus ada juga faktor kesehatan fisik dan lain-lain ….”“Nggak ada hubungannya sama itu semua. Dia bukan cowok, umurnya juga nggak tua, nggak ada penyakit kronis atau patogen lainnya. Selama ini dia juga sehat-sehat saja,” kata Fred. Hampir saja dia bilang kalau orang itu adalah Yuna. “Apa ada kemungkinan dia ini cuma pura-pura mati untuk mengelabui aku? Apa ada
Rainie terlihat bicara apa adanya, dan mengejutkannya Fred pun tidak marah. Dia hanya mengangguk sebagai tanggapan dan meminta Rainie untuk keluar bersamanya.“Soal obat menghilang itu nggak perlu terburu-buru. Aku tahu itu pasti butuh waktu yang lumayan lama, aku cuma mau kamu kerja yang serius saja,” katanya seraya menaruh satu tangannya di atas bahu Rainie. Lalu seraya menekan tangannya, dia berkata dengan suara lirih, “Sekarang aku punya satu tugas penting untuk kamu. Kalau kamu bisa menyelesaikan tugas ini, aku bisa kasih kamu kebebasan untuk melakukan eksperimen apa pun yang kamu mau di lab ini!”“Maksud Pak Fred … hipnotis?”“Betul. Yang ini lebih penting, aku mau selesai secepat mungkin! Kalau malam ini apa bisa selesai?”“.…”Rainie tidak bisa memberi kepastian. Untuk menghipnotis Shane saja, Rainie harus mengerahkan usaha yang tidak sedikit. Dan hipnotisnya terhadap Shane bisa berhasil karena Rainie tahu kepribadian Shane seperti apa. Namun untuk melakukan hipnotis kepada ora