Yuna melihat kedatangan seorang pria yang berpakaian jas berwarna putih kuam. Dengan satu tangannya memegang tongkat yang indah, dia berdiri di sana dan melayangkan senyumannya pada Yuna. Warna rambut kuning keemasan, mata yang biru cerah, dia terlihat masih berusia sekitar 30-an tahun. Gayanya terlihat seperti gentleman klasik yang elegan. Jika pertemuan mereka berdua bukan di tempat ini, mungkin Yuna sudah mengira kalau dia adalah pria baik-baik yang sopan santun.Kedua penjaga tadi langsung berdiri tegak dan memberi hormat padanya. Tidak ada lagi yang peduli tentang keselamatan si dokter ataupun situasi yang kacau ini. Bahkan di dokter yang sedang terancam juga tidak lagi berteriak. Semua itu hanya karena kedatangan pria itu.“Salam kenal, Yuna,” kata pria itu.“Jadi kamu pimpinan mereka? Apa kamu juga ketua organisasi ini?” tanya Yuna.Pria itu membalas pertanyaan Yuna dengan senyuman, bukan dengan kata-kata. Dia tidak mengiyakan ataupun membantah. Dia hanya melambaikan tangannya
Itu hanya dugaan Yuna saja, karena cara kerja mereka benar-benar membuat Yuna bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka lakukan. Mereka sangat misterius, dan benar seperti apa yang Shane pernah bilang, siapa pun yang ada di balik organisasi ini tidak sesederhana yang mereka pikirkan.Namun bukan berarti karena mereka terlalu kuat dan sulit dihadapi, Yuna hanya diam saja tidak berusaha untuk memberikan perlawanan. Itu bukan sifat Yuna. Setidakberdaya apa pun dia, dia yakin masih bisa melawan.Pria itu tidak merasa terburu-buru untuk menjawab. Dia hanya berdiri santai memegang tongkatnya, sambil memiringkan kepala mengamati Yuna dengan saksama. Di saat itu tiba-tiba Yuna jadi menyesal dia sudah terlalu gegabah dalam bertindak. Seharusnya Yuna tidak mesti terburu-buru, hanya saja dikurung selama tiga hari membuat dia kehilangan kesabaran dan ketenangan. Belum lagi dia jug tidak tahu apa saja yang terjadi di dunia luar.Lantas, Yuna tidak lagi bertanya. Dia mengangkat gelas yang ada di de
Yuna tidak mau membuang-buang waktu dengan perbincangan yang tidak ada artinya. Sebenarnya di dalam hati dia kurang lebih sudah tahu apa yang mereka mau darinya. Namun yang namanya dugaan dan jawaban pasti tentu memiliki perbedaan yang jelas.Pria itu mendesah dan berkata, “Jujur saja, sebenarnya aku sangat menghargai bakat dan kecerdasanmu, sayangnya …. Tapi aku nggak perlu merasa terlalu kecewa, karena gimanapun juga kamu tetap bisa lebih berguna. Yuna, sebentar lagi kamu akan tahu betapa besarnya kontribusimu terhadap dunia ini. Kamu seharusnya bangga, karena nggak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini.”Meskipun masih tidak sepenuhnya mengerti apa yang dia katakan, Yuna yakin itu pasti bukanlah sesuatu yang baik. Maka dia pun tertawa dan membalas, “Kalau kamu bilang itu sesuatu yang patut dibanggakan, kenapa nggak kamu saja yang lakukan sendiri? Aku rasa kamu pasti bakal merasa lebih bangga lagi!”Sesuai dugaan, pria itu sama sekali tidak terpancing dan justru malah menganggu
Sebelum Yuna selesai berbicara, pria itu tiba-tiba berbalik dengan gerakan yang begitu cepat. Refleks, Yuna pun berhenti dan mereka saling bertukar pandang.Pria itu mendengus dan menyingkirkan wajah ramah yang semula dia tunjukkan, lalu dia berkata, “Kusarankan supaya kamu jangan menganggap diri sendiri terlalu pintar. Nggak perlu banyak tanya tentang sesuatu yang nggak perlu kamu tahu.”Setelah mengatakan itu, dia langsung berjalan menuju pintu kamar tanpa menoleh lagi ke belakang.“Sudah kubilang, R10 masih belum rampung sepenuhnya. Kalaupun aku dijadikan pemicunya, aku nggak akan kalian mendapatkan apa yang kalian mau. Apa kalian nggak bersedia mendengar saranku sebentar saja?”Yuna siap untuk bertaruh. Dia tidak mengenali siapa pria ini dan apa kelemahannya, maka itu dia hanya bisa menggunakan R10 sebagai senjata untuk bernegosiasi. Bagaimanapun juga, semua lab ini dibangun demi keberlangsungannya R10, jadi mereka tidak mungkin tidak peduli tentang apa pun yang bisa mendukung kebe
Brandon sudah bisa bebas berkeliaran di luar, tetapi dia tidak bisa menjamin seberapa kuat virus itu dalam tingkat penularan dan apakah virus itu sungguh menjangkit tubuhnya. Brandon hanya bisa berusaha sebisa mungkin mengurangi interaksi dengan orang lain untuk menekan kemungkinan terjadinya infeksi.Untungnya sampai saat ini semuanya masih terlihat aman. Paling tidak orang yang pernah berinteraksi langsung dengannya tidak menunjukkan gejala aneh, dan dia sendiri juga merasa baik-baik saja. Namun … masih belum ada kabar apa pun tentang Yuna.Dengan koneksi dan sumber daya yang Brandon miliki, jika memang Yuna masih berada di kota ini, seharusnya sudah ditemukan entah dari kapan. Akan tetapi faktanya hingga sekarang masih tidak ada petunjuk sedikit pun mengenai keberadaannya. Maka hanya ada satu kemungkinan yang ada, bahwa Yuna tidak berada di kota ini.Masalahnya, memindahkan orang dalam waktu singkat pun pasti akan menyisakan jejak seperti rekaman CCTV di jalan atau semacamnya, rasan
“Tapi kalau aku lapor polisi, apa nantinya Papa malah jadi berada dalam bahaya?” tanya Bella khawatir, meski melapor polisi itu adalah idenya sendiri.Sebelum ini Bella menyembunyikan fakta bahwa ayah diculik dari Brandon dan tidak melapor ke polisi karena takut si penculik akan menyakiti ayahnya, tetapi sekarang sudah lewat dua hari masih tidak ada kabar juga. Hal itu jelas membuat Bella panik. Di ingin melapor ke polisi, tetapi di satu sisi dia tidak mau nyawa ayahnya berada dalam bahaya.“Dari situasi sekarang ini seharusnya aman-aman saja, tapi … aku nggak bisa menjamin!” kata Brandon. Dia berusaha untuk menganalisis keadaan mereka sekarang dengan seobjektif mungkin, tetapi tetap saja ketika didengar, rasanya sedikit menyedihkan. Dia bahkan masih belum tahu apa tujuan si penculik ini. Namun dari yang sekarang bisa disimpulkan, mereka tidak akan mengingkari janji. Apa yang perlu Brandon sampaikan sudah dia sampaikan, dan dia juga sudah berjanji agar Bella bisa sedikit lebih tenang.
Brandon hanya bisa mengatakan itu untuk saat ini. Sejauh yang bisa Brandon ingat sejak dia pergi dari rumahnya Juan, dia hanya berinteraksi dengan pengawalnya dan juga Bella. Jika benar penyakit ini bisa menular atau punya kemungkinan untuk menyebar ke orang lain, berarti Bella adalah orang yang paling mungkin tertular.Tentu saja, Brandon tidak bisa mengatakan itu secara gamblang sebelum punya bukti yang kuat. Jika mengatakan itu tanpa dasar yang jelas hanya akan menimbulkan kepanikan.“Ooh, oke,” sahut Bella. Dia pun membertimbangannya dengan serius setelah mendengar bahwa itu bisa dijadikan referensi, yang siapa tahu berguna kelak. “Belakangan ini kayaknya kulitku sedikit alergi. Aku nggak tahu apa ada hubungannya atau nggak, tapi dari awal kulitku memang lebih sensitif, makanya aku nggak menganggap serius.”“Alergi?”“Iya. Di badanku ada bintik-bintik merah, tapi nggak begitu gatal, jadi aku diamkan saja. Dulu juga pernah ada, tapi nggak lama langsung hilang.”“Oke, selain itu masi
Tidak butuh waktu lama Brandon sudah tiba di depan pintu rumah kediamannya Edgar. Dia tidak langsung turun, dia tetap menunggu di mobil dan menurunkan kaca jendela seakan sedang menunggu sesuatu.Tak lama kemudian ponselnya berdering. Dia melihat ada sebuah pesan masuk. ***Dari luar Shane mungkin terlihat setuju dengan rencana yang Rainie buat, tetapi dia masih tidak bisa percaya sepenuhnya padanya, itu tidak mungkin! Rainie licik dan banyak akal bulus, dan Shane percaya Rainie juga tidak akan sepenuhnya percaya kepadanya pula. Mereka bersama semata-mata hanya karena hubungan yang saling menguntungkan.Akan tetapi Shan penasaran dengan apa yang Rainie katakan dengan kartu as itu, apa yang membuat dia begitu percaya diri. Shane yakin kartu as itu bukan hanya bosnya saja yang akan dijadikan bahan eksperimen. Pasti masih ada sesuatu yang belum Rainie tunjukkan.Karena itu dua hari ini selain menstabilkan lingkungan kerjanya yang sempat kacau, Shane juga diam-diam mengikuti Rainie berhar