Tidak butuh waktu lama Brandon sudah tiba di depan pintu rumah kediamannya Edgar. Dia tidak langsung turun, dia tetap menunggu di mobil dan menurunkan kaca jendela seakan sedang menunggu sesuatu.Tak lama kemudian ponselnya berdering. Dia melihat ada sebuah pesan masuk. ***Dari luar Shane mungkin terlihat setuju dengan rencana yang Rainie buat, tetapi dia masih tidak bisa percaya sepenuhnya padanya, itu tidak mungkin! Rainie licik dan banyak akal bulus, dan Shane percaya Rainie juga tidak akan sepenuhnya percaya kepadanya pula. Mereka bersama semata-mata hanya karena hubungan yang saling menguntungkan.Akan tetapi Shan penasaran dengan apa yang Rainie katakan dengan kartu as itu, apa yang membuat dia begitu percaya diri. Shane yakin kartu as itu bukan hanya bosnya saja yang akan dijadikan bahan eksperimen. Pasti masih ada sesuatu yang belum Rainie tunjukkan.Karena itu dua hari ini selain menstabilkan lingkungan kerjanya yang sempat kacau, Shane juga diam-diam mengikuti Rainie berhar
Shane terus mengikuti Rainie dari belakang dan tidak menemukan keanehan apa pun, hingga dia akhirnya mengitari kota sebanyak dua putaran baru dia merasa ada yang aneh. Sebelumnya mungkin Rainie sengaja memutar untuk melepaskan diri dari kejaran Shane, tetapi sekarang dia jelas sedang mempermainkan penguntitnya. Mungkinkah … dia tahu kalau yang menguntitnya itu adalah Shane?Tiba-tiba mobil di depan langsung melaju kencang, tanpa pikir panjang Shane juga menginjak pedal gas dan menambah kecepatan. Dua mobil ini terus melaju di tengah kesunyian malam. Di saat itu Shane yakin kalau dia sudah ketahuan oleh Rainie.Maka dari itu Shane tidak lagi sembunyi-sembunyi dan mengejarnya dengan kecepatan penuh, sementara Rainie memperlambat laju mobilnya. Ketika sudah mulai menyusul, Shane langsung banting setir berbelok ke depan mobil Rainie. Rainie dengan sigap menekan rem sehingga tidak terjadi tabrakan.Shane langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Rainie. Rainie masih tetap duduk di dalam
Shane menaksir Rainie untuk mengukur tingkat seberapa dia bisa dipercaya. Rainie bersandar di mobilnya dengan bibir terangkat lebar ke atas. Dia mengamati Shane dengan tatapan matanya yang meledek, seolah sedang meragukan keberaniannya. Shane sebenarnya bukan tidak berani, tetapi dia curiga Rainie punya maksud lain. Tempat mereka sekarang berada sangat terpencil. Kalaupun mobilnya ditinggalkan di sini juga tidak akan ada orang yang peduli.Bisa dibilang setiap langkah yang Rainie ambil sudah dia perhitungkan dengan matang. Dia sengaja memancing Shane ke tempat ini. Bahkan siasatnya untuk membuat Shane turun dari mobil juga mungkin sudah dia perhitungkan.“Kenapa? Takut? Kalau nggak berani ya sudah! Aku nggak punya banyak kesabaran untuk nunggu kamu! Oh ya, lain kali aku belum tentu mau ngajak kamu untuk kedua kalinya! Bye!” ujar Rainie sembari melambaikan tangannya, dan bersiap untuk pergi.“Tunggu!”Entah ini perangkap atau bukan, Shane tidak peduli. Dia sudah mengikuti Rainie selama
Shane sungguh penasaran. Dia ingin tahu rahasia macam apa yang seorang wanita seperti Rainie sembunyikan dari orang lain.Begitu masuk, mereka harus melewati lorong yang sempit. Lorongnya tidak begitu panjang, lebih seperti jalur kecil yang dibuat dengan cara digali. Di ujung lorong terdapat sebuah ruangan kecil yang cukup untuk menampung beberapa orang di dalamnya. Saat itu di dalam hanya ada satu orang yang sedang terikat dan tertutup matanya. Namun demikian, Shane masih dapat mengenalinya.“Dia …?!”Rainie menaruh telunjuk di depan bibirnya meminta Shane untuk diam. Shane tidak habis pikir bagaimana caranya Rainie bisa membawa orang itu ke sini, pastinya dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk itu. Rainie tidak berbicara, dia hanya diam saja melihat orang itu tanpa kata-kata. Setelah beberapa saat dia pun berbalik dan berjalan ke luar.Shane kebingungan di saat itu apa yang sebaiknya dia lakukan. Haruskah dia membebaskan orang itu, atau sebaiknya dia mengikuti Rainie keluar. Set
“Rainie, aku nggak mau menemani kegilaanmu. Kamu sendiri saja!”Saat Shane hendak pergi, dia mendengar Rainie memanggilnya dari belakang, “Shane … kamu pikir kamu bisa turun dari mobilku begitu kamu sudah naik?”“Ini aku sudah turun.”Namun mobil yang Rainie maksud tentu saja bukan arti mobil secara harafiah. Shane hanya sengaja pura-pura tidak mengerti. Jika Shane menemani perempuan gila ini, justru dia sendirilah yang gila.“Aku nggak peduli kamu benar-benar nggak ngerti atau cuma pura-pura bego. Intinya, berhubung kamu sudah tahu, kamu sudah nggak punya kesempatan untuk mundur lagi!” kata Rainie dengan raut wajah yang kini terlihat begitu mengerikan.Shane juga balas menatap balik Rainie dengan wajah yang dingin. Di saat mereka sedang bersitegang seperti itu, tiba-tiba pintu garasi mengeluarkan suara yang seketika menyita perhatian mereka. Rainie spontan meraba pinggangnya dan menyamping untuk melihat ke arah pintu masuk garasi, sementara Shane hanya diam saja mematung tak bergerak.
“Dia itu rekan kerjaku,” kata Rainie. “Dia juga sudah tahu soal ini.”“Rekan kerjamu?” tanya Susan sambil menatap wajah anaknya seakan dia masih tidak begitu percaya. Sejak kematian palsu Rainie, setiap hari Susan hidup dalam kesengsaraan, hingga suatu hari Rainie kembali. Dari situ barulah Susan mendapatkan kembali keberanian untuk melanjutkan hidup. Lantas apa pun yang Rainie katakan bagaikan mandat untuknya. Apa pun yang Rainie perintahkan selalu dia laksanakan. Susan hanya ingin Rainie bisa hidup dengan baik, dia tidak memiliki keinginan apa-apa lagi.“Iya,” sahut Rainie, lalu dia beralih ke Shane, “Ini mamaku. Berhubung kita semua ketemu disini, berarti kita senasib. Kamu nggak bisa lari lagi.”Shane, “….”Dia tentu saja tidak ingin ikut serta dalam ini, tetapi dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya sudah terlambat untuk mundur. Shane berpikir lebih baik menenangkan mereka terlebih dahulu. Dia pun menarik napas panjang dan berkata kepada Susan, “Iya, aku rekan kerjanya Raini
“Sudah mau pergi lagi? Mama masih belum sempat ngobrol banyak sama kamu. Oh ya, Mama sudah bikin sarang burung walet, nanti ….”“Sudah kubilang nggak usah buat begituan! Aku nggak punya waktu untuk makan. Aku masih punya kerjaan yang lebih penting , ngerti nggak, sih?!”Suara Rainie seperti sedang berteriak saking kesalnya dia. Susan pun langsung terdiam karena ketakutan, dan dia tidak harus apa yang harus dia katakan. Melihat situasi seperti itu, Shane mencoba untuk melerai mereka. “Iya, kami masih punya kerjaan penting. Sarang burung waletnya bisa dimakan nanti saja pelan-pelan.”“Iya, iya. Makannya nanti saja, nggak perlu buru-buru. Mama simpan untuk kamu, nanti kamu bisa makan kalau sudah pulang!”Rainie kaget melihat Shane malah membela ibunya, tetapi dia tidak banyak berkomentar dan hanya melambaikan tangannya, “Sudah, ayo jalan. Mama awasi dia terus, kalau ada sesuatu yang aneh, segera abari aku. Ngerti?”“Oke, oke. Serahkan saja sama Mama! Oh ya, kamu serius kamu nggak mau kasi
Di saat itu juga Shane merasakan di pinggangnya seperti ditodong oleh suatu benda lancip. Dia tidak begitu melihat benda apa itu. Shane berhenti sejenak. Dia melegakan tenggorokannya dan bar mengangkatnya.“Halo, ada apa? Apa sudah ada kabar tentang Yuna? Kamu sudah dapat lokasi organisasi itu? Gimana dengan anakku?”Sederet pertanyaan Shane layangkan bertubi-tubi hingga dia lupa untuk menarik napas, tetapi di sisi satu lagi hanya diam saja.“.…”“Kenapa diam saja? Ayo jawab!” tutur Shane dengan nada sedikit membentak.Rainie terus mengawasi Shane dan menekan benda yang ada di tangannya lebih kuat lagi. Shane dapat merasakan benda tajam itu mulai menusuk tembus ke bajunya. Dia pun refleks menghindar, tetapi Rainie sudah lebih dulu menahannya.Di sisi lain Brandon akhirnya mulai berbicara, “Tadi kamu pergi ke mana?”Cukup satu kalimat itu saja dalam sekejap membuat atmosfer di dalam mobil terasa sangat menyesakkan. Shane melirik Rainie dan mendapati dia masih terus mengawasinya. Dengan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta