“Sudah mau pergi lagi? Mama masih belum sempat ngobrol banyak sama kamu. Oh ya, Mama sudah bikin sarang burung walet, nanti ….”“Sudah kubilang nggak usah buat begituan! Aku nggak punya waktu untuk makan. Aku masih punya kerjaan yang lebih penting , ngerti nggak, sih?!”Suara Rainie seperti sedang berteriak saking kesalnya dia. Susan pun langsung terdiam karena ketakutan, dan dia tidak harus apa yang harus dia katakan. Melihat situasi seperti itu, Shane mencoba untuk melerai mereka. “Iya, kami masih punya kerjaan penting. Sarang burung waletnya bisa dimakan nanti saja pelan-pelan.”“Iya, iya. Makannya nanti saja, nggak perlu buru-buru. Mama simpan untuk kamu, nanti kamu bisa makan kalau sudah pulang!”Rainie kaget melihat Shane malah membela ibunya, tetapi dia tidak banyak berkomentar dan hanya melambaikan tangannya, “Sudah, ayo jalan. Mama awasi dia terus, kalau ada sesuatu yang aneh, segera abari aku. Ngerti?”“Oke, oke. Serahkan saja sama Mama! Oh ya, kamu serius kamu nggak mau kasi
Di saat itu juga Shane merasakan di pinggangnya seperti ditodong oleh suatu benda lancip. Dia tidak begitu melihat benda apa itu. Shane berhenti sejenak. Dia melegakan tenggorokannya dan bar mengangkatnya.“Halo, ada apa? Apa sudah ada kabar tentang Yuna? Kamu sudah dapat lokasi organisasi itu? Gimana dengan anakku?”Sederet pertanyaan Shane layangkan bertubi-tubi hingga dia lupa untuk menarik napas, tetapi di sisi satu lagi hanya diam saja.“.…”“Kenapa diam saja? Ayo jawab!” tutur Shane dengan nada sedikit membentak.Rainie terus mengawasi Shane dan menekan benda yang ada di tangannya lebih kuat lagi. Shane dapat merasakan benda tajam itu mulai menusuk tembus ke bajunya. Dia pun refleks menghindar, tetapi Rainie sudah lebih dulu menahannya.Di sisi lain Brandon akhirnya mulai berbicara, “Tadi kamu pergi ke mana?”Cukup satu kalimat itu saja dalam sekejap membuat atmosfer di dalam mobil terasa sangat menyesakkan. Shane melirik Rainie dan mendapati dia masih terus mengawasinya. Dengan
Rainie tahan posisi tak bergerak melihat respons Shane. Beberapa saat kemudian Rainie menurunkan tangannya dan tampaknya percaya dengan Shane. Walau begitu, Shane tetap tak bergerak. Dia bersandar saja di sana dengan raut wajah yang pasrah dan berkata, “Bunuh saja aku, biar aku juga terbebas dari penderitaan ini!”“Terbebas apanya?” sahut Rainie dingin. “Kamu sudah nggak mau nolong anakmu lagi? Kamu benar-benar menganggap dia sudah mati?”“Sudah mati atau masih hidup apa bedanya? Memangnya kamu bisa bantu aku? Brandon saja nggak bisa, apa lagi kamu!” kata Shane seraya melirik Rainie, di saat itu dia baru melihat Rainie memegang sebuah jarum panjang di tangannya. Jarum itu tentu bukan jarum jahit biasa ataupun jarum yang biasa digunakan di rumah sakit. Jarum yang sangat panjang itu jika tadi ditekan terus ke pinggangnya, Shane yakin jarum itu pasti sudah menembus organ dalamnya. Membayangkan itu terjadi membuat dia meneteskan keringat dingin.“Kamu tahu dari mana au nggak bisa?”“Haha,
“Memangnya apa lagi? Kalau kita dibiarkan tetap hidup, dari mana mereka bisa menjamin kita nggak membocorkan rahasia yang kita tahu selama ini?”“Jadi dengan mati-matian mencari keberadaan mereka sama saja dengan mengantar nyawa kita sendiri?”“Nggak lah. Justru karena aku masih mau hidup, aku mencari kesempatan untuk itu. Sekarang aku kasih kamu kesempatan untuk bekerja sama, sekaligus kesempatan kamu untuk terus hidup. Paham?”Gaya Rainie yang begitu angkuh dansombon gseolah dia adah penyelamat, dan Shane harus berterima kasih kepadanya.“Dan kamu butuh Edgar untuk itu?” tanya Shane.“Betul, tapi nggak cuma dia saja. Aku cuma mau asih lihat ke mereka seberapa tinggi kehebatanku. Tentu saja setiap orang punya kekurangan masing-masing. Aku nggak punya uang dan koneksi, dan aku nggak punya wawasan yang luas seperti yang kamu punya. Karena itu sisanya aku serahkan ke kamu.”“Lalu begitu aku ketemu di mana lokasi mereka, kamu bakal menelantarkanku.”“Mana mungkin! Sudah kubilang, ‘kan, se
“Kenapa nggak bisa?” balas Rainie “Apa kamu nggak pernah berpikir kalau kita nggak tahu banyak tentang mereka karena kita nggak pernah berhbungan langsung dengan yang di atas. Kita nggak tahu siapa pengendali di balik layar. Betul, mereka memang bisa melakukan banyak hal yang kita nggak bisa, dan mereka juga punya kekayaan yang cukup untuk menjalankan semua eksperimen itu. Tapi … apa itu berarti mereka pasti kuat?”“Apa maksudmu?” tanya Shane.“Maksudku, apa organisasi itu benar-benar sehebat yang kamu bayangkan? Sebenarnya sehebat apa pun mereka, itu cuma di pikiran kita saja. Mungkin saja mereka nggak sehebat itu, bisa jadi kita sanggup menggulingkan mereka. Yang namanya manusia itu takut sama sesuatu yang mereka nggak tahu. Karena itu kita selalu menuruti mereka apa pun yang mereka suruh. Sama seperti … kita menuruti si pendek itu. Dia yang lemah begitu saja bisa mengendalikan kita untuk waktu yang sangat lama. Itu karena kita berpikir kalau dia kuat, tapi sebenarnya nggak begitu! M
Saat ini, mungkin Yuna sudah sirna menjadi tumbal R10. ***Di dalam lingkungan yang tertutup ini, lagi-lagi Yuna harus melewati waktu satu hari yang menyiksa. Dia tidak pernah mengalami kesengsaraan yang seperti ini sebelumnya. Dulu ketika berhadapan dengan bahaya apa pun, setidaknya Yuna masih bisa mencari kesempatan untuk menyelamatkan diri, tetapi di sini dia tidak bisa menemukan celah sedikit pun.Jelas-jelas dia masih berada di kota yang sama, seharusnya tidak terlalu sulit bagi Brandon untuk mencari keberadaan seseorang, lantas apakah mungkin Yuna sudah berada di tempat yang tidak dia kenali? Yuna sudah berusaha untuk mencari solusi, tetapi di sini tidak ada alat apa pun yang bisa Yuna gunakan sehingga untuk melacak lokasi pun sangat sulit.Ketebalan kaca dan kedap suara di kamar ini juga dirancang khusus, dan dari pengamatan Yuna selama dua hari lalu, tempat ini meski terlihat seperti hotel, dia merasa tidak sesederhana itu.Pria yang kemarin juga sudah tidak datang lagi sejak
Begitu semua barang sudah diletakkan, dokter itu sekali lagi menatap Yuna tanpa mengatakan apa-apa. Tatapan matanya itu seperti meminta Yuna untuk mendekat, tetapi karena mereka tidak berbicara,dan Yuna juga ingin melihat apa yang akan mereka lakukan, dia pun tidak bergerak.“Bu Yuna, mohon duduk di sini,” kata salahsatu penjaga.“Kalian mau apa?”“Nggak perlu takut, cuma pemeriksaan kesehatan saja.”“Aku sehat-sehat saja, nggak perlu diperiksa!”Yuna merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan langsung menolak dengan tegas. Dia baik-baik saja, mengapa tiba-tiba harus menjalani pemeriksaan.“Bu Yuna, ini demi kebaikanmu. Tolong jangan egois, kamu juga harus memikirkan kesehatan anakmu. Tenang saja, ini cuma pemeriksaan normal, bukan apa-apa. Tapi … kalau kamu tetap bersikeras, kamu terpaksa memakai cara kasar.”Penjaga itu sudah berkata dengan mengancam. Yuna mengamati jumlah mereka yang begitu banyak. Kalau dia memberikan perlawanan, dia tidak akan mendapat kerugian atau juga keuntunga
Susan juga awalnya takut ketika Edgar baru saja dikurung di ruang rahasia itu. Bagaimanapun juga Edgar adalah kakak iparnyay ang selama ini selalu dia takuti, tetapi lama kelamaan Susan jadi tidak takut lagi padanya. Sehebat apa pun Edgar, dia kini sudah terkurung di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari.Seharusnya Susan sekarang berbahagia karena putri satu-satunya masih hidup, tetapi entah mengapa dia tidak pernah bisa tenang. Saat pintu rahasia di garasi perlahan menutup, Susan menggoyangannya lagi untuk memastikan bahwa telah tertutup dengan rapat. Setelah itu barulah dia keluar.Setelah memastikan Susan sudah pergi, orang-orang yang ada di dalam mobil mulai bergerak.“Pak Brandon,” ujar salah seorang yang duduk di kursi depan meminta petunjuk.“Kita tunggu sebentar lagi,” jawab Brandon.Sudah dari tiga jam yang lalu Brandon tiba di tempat ini. Kesabarannya patut dipuji dia bisa menunggu selama itu, atau dia pasti sudah masuk ke dalam sejak awal. Dia menyaksikan semuany
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta