Susan juga awalnya takut ketika Edgar baru saja dikurung di ruang rahasia itu. Bagaimanapun juga Edgar adalah kakak iparnyay ang selama ini selalu dia takuti, tetapi lama kelamaan Susan jadi tidak takut lagi padanya. Sehebat apa pun Edgar, dia kini sudah terkurung di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari.Seharusnya Susan sekarang berbahagia karena putri satu-satunya masih hidup, tetapi entah mengapa dia tidak pernah bisa tenang. Saat pintu rahasia di garasi perlahan menutup, Susan menggoyangannya lagi untuk memastikan bahwa telah tertutup dengan rapat. Setelah itu barulah dia keluar.Setelah memastikan Susan sudah pergi, orang-orang yang ada di dalam mobil mulai bergerak.“Pak Brandon,” ujar salah seorang yang duduk di kursi depan meminta petunjuk.“Kita tunggu sebentar lagi,” jawab Brandon.Sudah dari tiga jam yang lalu Brandon tiba di tempat ini. Kesabarannya patut dipuji dia bisa menunggu selama itu, atau dia pasti sudah masuk ke dalam sejak awal. Dia menyaksikan semuany
Brandon masih berada di dalam mobil dengan wajah serius seperti sedang menunggu sesuatu. Kira-kira beberapa belas menit berlalu sudah, tetapi beberapa belas menit itu rasanya seperti beberapa jam.Tiba-tiba di tengah kesunyian, alat komunikasi di dalam mobil mengeluarkan lampu kedip merah. Brandon langsung menerimanya dan dia mendengar suara lirih berkata padanya, “Pak Brandon, sudah ketemu!”“Gimana kondisinya?”“Aman!”“Bawa dia masuk, secepatnya!”“Tapi ….”Kenapa lagi?”“Ini ….”Tak lama Brandon mendengar suara lirih dari alat itu. Suaranya sangat lemah, tetapi Brandon dapat mengenali kalau itu adalah suaranya Edgar.“Brandon ….”“Pak Edgar!”“Suruh mereka pergi dari sini, aku tetap di sini.”“Kenapa?!” tanya Brandon, tetapi segera dia mulai menyadarinya, “Apa kamu yang merelakan diri ditangkap sama mereka? Apa ini juga bagian dari rencanamu?”“Betul, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk penjelasan panjang lebar. Pokoknya suruh anak buahmu pergi dulu. Yang lain akan kujelaska
“Pak Brandon?”“Cepat pulang! Ingat jangan sampai kalian meninggalkan jejak.”“Siap!”Dengan segera, para pasukan yang menyelinap ke dalam itu satu per satu mengundurkan diri kembali ke dalam bayangan gelap tanpa suara. Ketika mereka kembali ke mobil, salah satu yang tadi duduk satu mobil dengan Brandon melaporkan situasi.“Pak Brandon, Pak Edgar bersikeras nggak mau pergi!”“Ya, dia memang begitu orangnya! Tapi berhubung dia sudah melakukan persiapan, aku bisa sedikit lebih tenang. Aku yakin dia pasti sudah punya rencananya sendiri!”Awal mulanya Brandon mengira Edgar sungguh diculik oleh Rainie. Bukan karena Edgar lemah, tetapi karena saat itu dia sedang lengah. Organisasi dan eksperimen yang mereka lakukan itu entah sudah berapa lama berjalan, dan ada virus apa saja yang mereka kembangkan. Satu-satunya yang sudah terlihat hanya yang terjadi di Asia Selatan, tetapi masih banyak lagi yang belum muncul.Belum lagi dulu Rainie juga sempat mengendalikan Edgar dengan menggunakan jarum dan
Pengemudi yang ada di depan sedikit memalingkan wajahnya ke samping. Meski hanya terlihat separuh, dalam bayang-bayang itu tampak cukup jelas kalau orang itu adalah Frans.“Ya,” jawabnya dengan santai. Satu kata sederhana yang terucap begitu ringan, tetapi Brandon tahu bagi Frans, masa-masa itu adalah momen paling menyakitkan dalam hidupnya. Jauh lebih menyakitkan daripada dihujam oleh ratusan peluru ataupun diserang oleh pembunuh. Tubuhnya berasa seperti bukan miliknya sendiri, dan ketika terbangun, dia menyadari dirinya telah melakukan begitu banyak kesalahan, bahkan sampai menyakiti orang-orang tersayang. Penderitaan seperti itu tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.“Kalau saja waktu itu aku ….”“Pak Brandon nggak perlu berpikir begitu, semuanya sudah diatur. Mereka memang nggak punya hati nurani. Kalaupun bukan aku yang jadi korban, bisa saja orang lain yang kena. Lagi pula pengalaman itu bikin aku bisa masuk ke sana dan mendapat banyak informasi. Sebenarnya ada untungnya juga. Mu
Seusai menjelaskan situasinya, pelayan rumah itu langsung menutup pintu rapat-rapat. Mereka tidak mau banyak bicara. Kalau bukan Brandon yang bertanya, mereka mungkin tidak mau mengatakan sepatah kata pun tentang apa yang terjadi pada majikan mereka.Brandon sungguh tidak menyangka penyakit Bella akan bertambah parah secepat ini. Sebelumnya Bella masih bisa bilang dia tidak apa-apa, makanya Brandon pun tidak terlalu khawatir padanya.“Ayo kita ke rumah sakit!” kata Brandon.“Tapi ….”Frans sempat ragu karena sebelumnya Brandon sudah bilang agar mereka tidak berinteraksi dengan orang lain terlalu sering.“Tetap jaga jarak. Selain itu minta pihak rumah sakit siapkan baju pelindung lengkap.”Apa pun yang terjadi Brandon tetap harus menemui Bella, bukan hanya untuk memberikan perhatiannya, tetapi juga untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi padanya.Apabila “penyakit” Bella itu ada hubungannya dengannya, maka itu berarti siapa pun yang bersentuhan dengan Bella juga harus dikaranti
“Aku lagi bikin catatan,” jawabnya sekali lagi. Chermiko sadar kakeknya sedang menatap dia keheranan, maka itu dia membawa buku catatannya itu dan memberikannya kepada Juan. Juan mengulurkan tangan dan memegang buku itu, tetapi dia tidak punya tenaga untuk membukanya. Melihat itu, Chermiko mengambil lagi buku itu dan berkata, “Biar aku saja yang pegang.”Tanpa merasa sungkan sedikit pun, Juan mulai membaca buku catatannya dengan cermat. Dalam buku catatan yang tebal itu tertulis banyak sekali kata-kata yang ditulis dengan sangat rapi. Mulai dari tanggal, analisis nadi, diagnosis penyakit, serta ada juga beberapa hipotesis yang ditulis terpisah sebagai referensi.Jujur, Juan cukup kagum melihatnya. Sembari melihatnya, Chermiko menjelaskan, “Selama dua hari ini, setiap satu jam aku mengecek nadi Kakek, habis itu aku catat ke buku ini. Aku tahu jeda waktunya terlalu pendek, nadinya juga mungkin nggak ada perubahan yang mencolok, tapi aku tetap catat, karena virus ini beda dari semua penya
“Coba kamu lihat ini. Jeda waktunya memang terlalu pendek, tapi tetap membantu. Perubahan nadinya nggak terlalu mencolok, tapi tetap saja ada bedanya. Sebagai contoh di pagi dan malam hari, sama di siang hari ada perubahan yang lumayan kelihatan. Sama di sini … eh, ini apa?”Sembari berbicara, Juan seperti menyadari ada sesuatu yang mengganjal perhatiannya.“Kakek, kenapa?” tanya Chermiko.“... ambilkan kacamataku.”Mata Juan sudah mulai bermasalah. Biasanya di rumah dia menyiapkan sebuah kacamata tua yang hanya dia pakai sesekali saja. Juan selalu menganggap memakai kacamata berarti menerima kalau dirinya sudah tua. Lagi pula tanpa memakai kacamata pun tidak terlalu mengganggu kesehariannya dalam menggodok obat, makanya dia tidak terlalu sering memakainya.Juan pun memakai kacamata yang Chermiko bawakan dan membaca catatanya baris per baris dengan sangat serius. Chermiko penasaran juga ikut melihat, berharap bisa mengetahui apa yang kakeknya cari. Berhubung itu adalah buku catatannya
“Apa kamu sadar virus ini punya suatu pola?”“Dia lebih aktif di siang hari, sedangkan di malam hari dia tertidur?”“Gejala terserang virus itu biasanya lebih aktif di malam hari daripada di siang hari, tapi virus kali ini jelas berkebalikan. Dia justru lebih aktif di siang hari, dan begitu malam tiba dia malah menghilang. Inilah kenapa waktu malam hari aku bisa tidur nyenyak, tapi siang aku malah gelisah.”“Virus ini punya satu karakteristik unik yang mungkin tercipta waktu lagi diteliti. Tapi aku ngga ngerti apa jalur penularannya. Kenapa Brandon, Kenzi dan aku baik-baik saja, sedangkan yang lain sakit parah,” kata Chermiko.Selama dua hari terakhir Chermiko terus mengamati setiap perubahan yang terjadi di tubuhnya, tetapi dia tidak pernah mengalami gejala yang terlalu serius. Nadinya juga stabil seperti orang normal.“Kalau karena aku sumber virusnya, makanya aku kebal, gimana dengan mereka berdua? Nggak masuk akal! Aku bukannya mau mereka ikut sakit, tapi aku cuma penasaran saja ap