“Pak Brandon?”“Cepat pulang! Ingat jangan sampai kalian meninggalkan jejak.”“Siap!”Dengan segera, para pasukan yang menyelinap ke dalam itu satu per satu mengundurkan diri kembali ke dalam bayangan gelap tanpa suara. Ketika mereka kembali ke mobil, salah satu yang tadi duduk satu mobil dengan Brandon melaporkan situasi.“Pak Brandon, Pak Edgar bersikeras nggak mau pergi!”“Ya, dia memang begitu orangnya! Tapi berhubung dia sudah melakukan persiapan, aku bisa sedikit lebih tenang. Aku yakin dia pasti sudah punya rencananya sendiri!”Awal mulanya Brandon mengira Edgar sungguh diculik oleh Rainie. Bukan karena Edgar lemah, tetapi karena saat itu dia sedang lengah. Organisasi dan eksperimen yang mereka lakukan itu entah sudah berapa lama berjalan, dan ada virus apa saja yang mereka kembangkan. Satu-satunya yang sudah terlihat hanya yang terjadi di Asia Selatan, tetapi masih banyak lagi yang belum muncul.Belum lagi dulu Rainie juga sempat mengendalikan Edgar dengan menggunakan jarum dan
Pengemudi yang ada di depan sedikit memalingkan wajahnya ke samping. Meski hanya terlihat separuh, dalam bayang-bayang itu tampak cukup jelas kalau orang itu adalah Frans.“Ya,” jawabnya dengan santai. Satu kata sederhana yang terucap begitu ringan, tetapi Brandon tahu bagi Frans, masa-masa itu adalah momen paling menyakitkan dalam hidupnya. Jauh lebih menyakitkan daripada dihujam oleh ratusan peluru ataupun diserang oleh pembunuh. Tubuhnya berasa seperti bukan miliknya sendiri, dan ketika terbangun, dia menyadari dirinya telah melakukan begitu banyak kesalahan, bahkan sampai menyakiti orang-orang tersayang. Penderitaan seperti itu tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.“Kalau saja waktu itu aku ….”“Pak Brandon nggak perlu berpikir begitu, semuanya sudah diatur. Mereka memang nggak punya hati nurani. Kalaupun bukan aku yang jadi korban, bisa saja orang lain yang kena. Lagi pula pengalaman itu bikin aku bisa masuk ke sana dan mendapat banyak informasi. Sebenarnya ada untungnya juga. Mu
Seusai menjelaskan situasinya, pelayan rumah itu langsung menutup pintu rapat-rapat. Mereka tidak mau banyak bicara. Kalau bukan Brandon yang bertanya, mereka mungkin tidak mau mengatakan sepatah kata pun tentang apa yang terjadi pada majikan mereka.Brandon sungguh tidak menyangka penyakit Bella akan bertambah parah secepat ini. Sebelumnya Bella masih bisa bilang dia tidak apa-apa, makanya Brandon pun tidak terlalu khawatir padanya.“Ayo kita ke rumah sakit!” kata Brandon.“Tapi ….”Frans sempat ragu karena sebelumnya Brandon sudah bilang agar mereka tidak berinteraksi dengan orang lain terlalu sering.“Tetap jaga jarak. Selain itu minta pihak rumah sakit siapkan baju pelindung lengkap.”Apa pun yang terjadi Brandon tetap harus menemui Bella, bukan hanya untuk memberikan perhatiannya, tetapi juga untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi padanya.Apabila “penyakit” Bella itu ada hubungannya dengannya, maka itu berarti siapa pun yang bersentuhan dengan Bella juga harus dikaranti
“Aku lagi bikin catatan,” jawabnya sekali lagi. Chermiko sadar kakeknya sedang menatap dia keheranan, maka itu dia membawa buku catatannya itu dan memberikannya kepada Juan. Juan mengulurkan tangan dan memegang buku itu, tetapi dia tidak punya tenaga untuk membukanya. Melihat itu, Chermiko mengambil lagi buku itu dan berkata, “Biar aku saja yang pegang.”Tanpa merasa sungkan sedikit pun, Juan mulai membaca buku catatannya dengan cermat. Dalam buku catatan yang tebal itu tertulis banyak sekali kata-kata yang ditulis dengan sangat rapi. Mulai dari tanggal, analisis nadi, diagnosis penyakit, serta ada juga beberapa hipotesis yang ditulis terpisah sebagai referensi.Jujur, Juan cukup kagum melihatnya. Sembari melihatnya, Chermiko menjelaskan, “Selama dua hari ini, setiap satu jam aku mengecek nadi Kakek, habis itu aku catat ke buku ini. Aku tahu jeda waktunya terlalu pendek, nadinya juga mungkin nggak ada perubahan yang mencolok, tapi aku tetap catat, karena virus ini beda dari semua penya
“Coba kamu lihat ini. Jeda waktunya memang terlalu pendek, tapi tetap membantu. Perubahan nadinya nggak terlalu mencolok, tapi tetap saja ada bedanya. Sebagai contoh di pagi dan malam hari, sama di siang hari ada perubahan yang lumayan kelihatan. Sama di sini … eh, ini apa?”Sembari berbicara, Juan seperti menyadari ada sesuatu yang mengganjal perhatiannya.“Kakek, kenapa?” tanya Chermiko.“... ambilkan kacamataku.”Mata Juan sudah mulai bermasalah. Biasanya di rumah dia menyiapkan sebuah kacamata tua yang hanya dia pakai sesekali saja. Juan selalu menganggap memakai kacamata berarti menerima kalau dirinya sudah tua. Lagi pula tanpa memakai kacamata pun tidak terlalu mengganggu kesehariannya dalam menggodok obat, makanya dia tidak terlalu sering memakainya.Juan pun memakai kacamata yang Chermiko bawakan dan membaca catatanya baris per baris dengan sangat serius. Chermiko penasaran juga ikut melihat, berharap bisa mengetahui apa yang kakeknya cari. Berhubung itu adalah buku catatannya
“Apa kamu sadar virus ini punya suatu pola?”“Dia lebih aktif di siang hari, sedangkan di malam hari dia tertidur?”“Gejala terserang virus itu biasanya lebih aktif di malam hari daripada di siang hari, tapi virus kali ini jelas berkebalikan. Dia justru lebih aktif di siang hari, dan begitu malam tiba dia malah menghilang. Inilah kenapa waktu malam hari aku bisa tidur nyenyak, tapi siang aku malah gelisah.”“Virus ini punya satu karakteristik unik yang mungkin tercipta waktu lagi diteliti. Tapi aku ngga ngerti apa jalur penularannya. Kenapa Brandon, Kenzi dan aku baik-baik saja, sedangkan yang lain sakit parah,” kata Chermiko.Selama dua hari terakhir Chermiko terus mengamati setiap perubahan yang terjadi di tubuhnya, tetapi dia tidak pernah mengalami gejala yang terlalu serius. Nadinya juga stabil seperti orang normal.“Kalau karena aku sumber virusnya, makanya aku kebal, gimana dengan mereka berdua? Nggak masuk akal! Aku bukannya mau mereka ikut sakit, tapi aku cuma penasaran saja ap
Sementara itu di rumah sakit, Brandon sudah mengenakan pakaian pelindung lengkap dan bersiap masuk ke dalam bangsal di mana Bella dirawat. Bella langsung dibawa ke ruang gawat darurat dan mendapatkan pelayanan khusus karena dia adalah anaknya Edgar. Semuanya berjalan sangat cepat, dan untungnya penyakitnya tidak begitu parah.Setidaknya itulah diagnosis dari pihak rumah sakit. Mereka hanya mengatakan kalau Bella tubuhnya lemah yang diakibatkan oleh kegemukan untuk waktu yang sangat lama. Meski dietnya berhasil, Bella masih belum sepenuhnya kembali ke rentang tubuh yang normal. Ditambah lagi dia juga mengalami demam sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Setelah diberikan infus, Bella langsung dipindahkan ke bangsal kamar VIP.Situasi di dalam kamar saat ini sunyi senyap, tidak ada satu orang pun di sana selain Bella. Tentu saja Brandon yang mengatur kamarnya supaya dia juga lebih leluasa keluar masuk, dan juga untuk mencegah banyak orang yang tahu. Bella sedang terbaring di atas kasurny
“Kamu demam tinggi,” kata Brandon. “Terus kamu juga muntah darah. Kamu nggak ingat itu?”“Aku ingat, kok. Tapi aku cuma nggak mengira saja cuma demam doang bisa sampai separah ini.”“Dengar aku, kamu sekarang ini kemungkinan bukan demam biasa.”Bella tersentak mendengar itu dan langsung mendongak. Dia masih kurang mengerti apa yang terjadi padanya, tetapi melihat Brandon datang dengan pakaian pelindung lengkap, dia kurang lebih menangkap apa yang sedang terjadi.“Jangan-jangan, penyakitku ini menular?”Jika tidak, Brandon tentunya tidak perlu repot-repot seperti ini. Apalagi wabah yang melanda Asia Selatan beberapa waktu lalu juga belum lama berlalu, otomatis Bella pun berpikir ke arah sana.“Iya, tapi juga bukan,” kata Brandon.“Maksudnya gimana?”“Sederhananya, sekarang aku masih belum tahu pasti apakah menular atau nggak, karena aku belum tahu sebenarnya virus apa ini,” tutur Brandon berdesau. Bukannya Brandon tidak mau mengatakan semua yang dia ketahui sejauh ini, tetapi dia sendir
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.
Gagal sekali dua kali masih bisa dimaklumi, tetapi rasanya Rainie sudah berkali-kali gagal. Jujur saja sewaktu masih berada di lab, Chermiko masih merasa Rainie cukup mahir. Namun kemudian Chermiko sadar kalau sebenarnya Rainie hanya bisa melakukan perubahan terhadap penelitian yang sudah ada lebih awal. Kalau minta dia untuk meneliti sesuatu dari nol, kemungkinan gagalnya sangat tinggi. Racun yang digunakan kepadanya, termasuk juga wabah yang terjadi di Asia Selatan itu bukan buatan Rainie. Yang ada kaitannya dengan Rainie hanya obat yang digunakan kepada Edgar dan Frans. Dari situ sudah jelas produknya gagal.Edgar tidak berhasil dikendalikan sepenuhnya, terlebih lagi Frans, yang juga pada akhirnya mereka berdua berhasil lepas dari kendali. Yang menariknya, semua eksperimen yang Rainie lakukan mengarah ke bagaimana dia bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dia sangat menikmati perasaan bisa berkuasa di atas orang lain, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.“Jadi dia sendiri seben
“Jujur aku sendiri juga bingung gimana bilangnya. Aku sama Ross ini sebenarnya teman lama! Aku sudah kenal dia waktu aku kuliah di luar negeri dan bekerja. Tapi aku nggak menyangka bisa ketemu dia di sini. Ross, kapan kamu datang? Kenapa nggak kasih tahu aku. Dasar nggak setia kawan!”“Hahaha, aku kali ini datang untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya aku di sini nggak lama, waktunya mepet, dan aku banyak urusan, jadi aku nggak hubungi kamu, deh. Tapi untunglah kita sempat ketemu. Berarti kita memang berjodoh!”Selagi mereka berdua saling berpelukan selayaknya teman lama yang baru bertemu, ketiga orang lainnya hanya bisa saling bertukar pandang kebingungan, tak menyangka akan jadi seperti ini. Kalau tahu dari awal, seharusnya Brandon sudah mengajak Chermiko. Mana tahu satu-satunya orang yang dia tidak ajak ternyata adalah teman baiknya Ross.“Iya, ini takdir pasti! Sakit kepala kamu gimana, masih sering kambuh?”“Sudah nggak. Sejak kamu bantu obatin aku dua tahun yang lalu, sudah nggak per
“Kakek dibawa pergi sama orang lain. Tadi pelayan di rumah Kakek baru saja telepon ada dua mobil yang isinya orang asing.”Si pelayan tidak menyebut dengan jelas siapa orang asing tersebut, tetapi karena Juan mengikuti merek, sudah jelas Juan dipaksa. Tentu saja mereka langsung menghubungi orang terdekat, dan yang pertama mereka pikirkan sudah pasti Chermiko.Chermiko bukan murid yang diterima oleh Juan secara resmi, tetapi bagaimanapun juga dia adalah cucunya Juan. Belum lagi hubungan mereka berdua belakangan ini juga sangat dekat, jadi pelayan di rumah Juan sudah menganggap Chermiko sebagai majikan mereka juga. Yang lebih penting lagi, beberapa waktu lalu Chermiko baru saja menolong mereka semua, jadi mereka pun sangat menghormati Chermiko. Ketika mendapat kabar itu, Chermiko langsung mencari Brandon.“Orang asing?”“Kamu pasti berpikir itu Fred?”“Ya, seharusnya dia nggak salah lagi! Tapi untuk apa dia membawa Juan pergi? Apa untuk menjalankan eksperimen juga? Seharusnya nggak. Eksp
“Pangeran Ross, Pak Brandon, aku punya firasat Fred melakukan ini semua bukan untuk sang Ratu saja.”“Oh, kenapa kamu bisa berpikir begitu?”“Aku pernah berada di labnya untuk beberapa waktu dan pernah merasakan langsung betapa dahsyat obatnya. Aku rasa Fred melakukan eksperimen itu nggak cuma untuk hidup abadi, tapi juga untuk ambisi yang lebih besar lagi. Kalau cuma untuk sekadar hidup abadi, R10 saja sudah cukup. Nggak perlu dia bikin eksperimen lainnya, dan … Pak Shane juga tahu di sana banyak tanaman beracun. Untuk bisa hidup abadi seharusnya nggak perlu pakai tanaman yang beracun. Ini sudah jelas mau dia pakai untuk menyakiti orang lain. Karena itu kubilang seharusnya nggak semua yang dia lakukan semata-mata demi sang Ratu.”Sembari mendengar penjelasan Frans, Ross mengangguk setuju. “Analisis kamu cukup masuk akal, tapi aku masih nggak mengerti kenapa Fred harus repot-repot ke sini. Negara ini jelas jauh lebih berbahaya daripada tempat lain, kenapa dia harus memilih tempat yang
“Sekarang Fred mengira Pangeran Ross sudah pergi. Aku yakin dia pasti sudah beraksi sekarang,” kata Brandon. “Sebelum ini dia nggak leluasa untuk bergerak, jadi untuk sementara keamanan Yuna masih terjamin, tapi di sisi lain kita juga nggak bisa bergerak. Begitu dia mulai beraksi, aku yakin kita pasti bisa menemukan keberadaan Yuna.”“Aku penasaran, untuk apa dia menculik istrimu?” tanya Ross. “Supaya dia bisa hidup abadi? Mana mungkin!”“Aku juga merasa itu nggak mungkin, tapi ada saja orang yang percaya! Dunia tempat kita tinggal ini nggak pernah kekurangan manusia yang percaya mitos. Apalagi bercampur sama obsesinya yang nggak masuk akal bikin mereka susah untuk disadarkan,” kata Brandon.Di luar itu, kehidupan abadi ini ditujukan kepada sang Ratu. Sebagai seorang pangeran, hal ini pasti akan sangat bertentangan. Di satu sisi dia berharap ibunya baik-baik saja, tetapi di sisi lain … jika itu bisa membuat sang Ratu hidup selamanya, bagaimana Ross akan menanggapinya? Dia perlahan menu
“Pangeran Ross!” sahut Brandon dengan santun, kemudian dia mengulurkan tangannya. Ross tersenyum tipis dan menjabat tangan Brandon.“Ayo masuk ke dalam!”Tanpa berlama-lama, Brandon segera menuntun Ross masuk ke dalam melewati ruang tamu dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Brandon menutup pintu dan mengaktifkan sistem pengawasan tertutup. Tak lupa Brandon menyuguhkan segelas kopi hangat untuknya, kemudian mereka duduk melingkar.“Pangeran Ross, maaf sudah merepotkan,” kata Brandon.“Nggak apa-apa! Aku pangeran, tapi aku juga pernah melewati masa-masa sulit, apalagi tawaranmu juga menarik!” kata Ross seraya mengangguk puas.“Baguslah kalau Pangeran Ross senang. Untuk beberapa hari ke depan mohon maaf Pangeran harus menginap di sini dulu. Oh ya, ini Shane. Sebelumnya Pangeran pernah ngobrol sama dia di telepon.”“Oh, iya, aku ingat. Terima kasih, ya. Kalau bukan nasihat dari kamu, mungkin aku sudah terkena hipnotisnya!”“Sama-sama, Pangeran Ross. Terima kasih juga untuk kerja samanya!”Ro
Benar saja, sesaat kemudian Juan pun akhirnya berbicara. “Setiap manusia sudah punya takdir masing-masing. Yang harus mati biarlah mati. Kalau Yuna belum waktunya mati, dia nggak akan mati. Itu sudah hukum alam. Barang siapa yang melawan hukum alam cepat atau lambat pasti akan mati juga.”Fred sangat tidak senang mendengarnya. Dia tidak terlalu mengerti maksud Juan, tetapi dia dapat menangkap kalau Juan sedang menyindirnya. Dan dari cara bicaranya sepertinya Juan memang tahu sesuatu.“Pak Dokter, aku menghormatimu sebagai senior, dan aku juga peduli dengan kesehatan Yuna, maka itu aku datang kemari meminta bantuan. Jadi … tolong jangan bikin aku terpaksa memakai kekerasan!”“Silakan saja! Kamu pikir aku takut?”“Kamu …. Detak jantung Yuna sekarang lambat banget dan dia bisa mati kapan saja. Aku sudah bermurah hati mau jauh-jauh datang ke sini minta bantuan. Kalau kamu masih menolak, Yuna bisa mati! Aku tahu dengan kemampuan sehebat kamu, jual mahal itu wajar. Tapi yang perlu ditolong k
Fred tak terbiasa dengan bau itu. Spontan dia menutup hidungnya dan terbatuk beberapa kali. Suara batuknya berhasil menarik perhatian Juan, membuatnya melirik ke arah Fred untuk sesaat, tetapi kemudian dia langsung sibuk kembali dengan obatnya.“Halo, Pak Dokter! Aku mau minta tolong sesuatu, tapi Pak Dokter susah banget untuk ditemui!” kata Fred sembari tersenyum. Dia mendekat dan hendak duduk. Namun saat dia baru mau duduk, Juan berkata, “Jangan bergerak!”Fred yang kaget seketika mematung dan menatap dengan penuh keheranan.“Ada apa?”“Kursi itu sudah mau rubuh, duduk di sana saja!”Fred menoleh dan kehilangan kata-kata. Kursi yang ditunjuk itu adalah kursi kecil untuk anak-anak. Kalau Fred mendudukinya, dia pasti akan merasa tidak nyaman, jadi dia tidak mau duduk dan berkata, “Nggak apa-apa. Aku berdiri saja. Pak Dokter, aku langsung saja ke intinya. Kami pasti sudah tahu siapa aku. Aku datang bermaksud meminta tolong.”“Minta tolong? Aku sudah bertahun-tahun nggak pernah turun tan