“Apa kamu sadar virus ini punya suatu pola?”“Dia lebih aktif di siang hari, sedangkan di malam hari dia tertidur?”“Gejala terserang virus itu biasanya lebih aktif di malam hari daripada di siang hari, tapi virus kali ini jelas berkebalikan. Dia justru lebih aktif di siang hari, dan begitu malam tiba dia malah menghilang. Inilah kenapa waktu malam hari aku bisa tidur nyenyak, tapi siang aku malah gelisah.”“Virus ini punya satu karakteristik unik yang mungkin tercipta waktu lagi diteliti. Tapi aku ngga ngerti apa jalur penularannya. Kenapa Brandon, Kenzi dan aku baik-baik saja, sedangkan yang lain sakit parah,” kata Chermiko.Selama dua hari terakhir Chermiko terus mengamati setiap perubahan yang terjadi di tubuhnya, tetapi dia tidak pernah mengalami gejala yang terlalu serius. Nadinya juga stabil seperti orang normal.“Kalau karena aku sumber virusnya, makanya aku kebal, gimana dengan mereka berdua? Nggak masuk akal! Aku bukannya mau mereka ikut sakit, tapi aku cuma penasaran saja ap
Sementara itu di rumah sakit, Brandon sudah mengenakan pakaian pelindung lengkap dan bersiap masuk ke dalam bangsal di mana Bella dirawat. Bella langsung dibawa ke ruang gawat darurat dan mendapatkan pelayanan khusus karena dia adalah anaknya Edgar. Semuanya berjalan sangat cepat, dan untungnya penyakitnya tidak begitu parah.Setidaknya itulah diagnosis dari pihak rumah sakit. Mereka hanya mengatakan kalau Bella tubuhnya lemah yang diakibatkan oleh kegemukan untuk waktu yang sangat lama. Meski dietnya berhasil, Bella masih belum sepenuhnya kembali ke rentang tubuh yang normal. Ditambah lagi dia juga mengalami demam sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Setelah diberikan infus, Bella langsung dipindahkan ke bangsal kamar VIP.Situasi di dalam kamar saat ini sunyi senyap, tidak ada satu orang pun di sana selain Bella. Tentu saja Brandon yang mengatur kamarnya supaya dia juga lebih leluasa keluar masuk, dan juga untuk mencegah banyak orang yang tahu. Bella sedang terbaring di atas kasurny
“Kamu demam tinggi,” kata Brandon. “Terus kamu juga muntah darah. Kamu nggak ingat itu?”“Aku ingat, kok. Tapi aku cuma nggak mengira saja cuma demam doang bisa sampai separah ini.”“Dengar aku, kamu sekarang ini kemungkinan bukan demam biasa.”Bella tersentak mendengar itu dan langsung mendongak. Dia masih kurang mengerti apa yang terjadi padanya, tetapi melihat Brandon datang dengan pakaian pelindung lengkap, dia kurang lebih menangkap apa yang sedang terjadi.“Jangan-jangan, penyakitku ini menular?”Jika tidak, Brandon tentunya tidak perlu repot-repot seperti ini. Apalagi wabah yang melanda Asia Selatan beberapa waktu lalu juga belum lama berlalu, otomatis Bella pun berpikir ke arah sana.“Iya, tapi juga bukan,” kata Brandon.“Maksudnya gimana?”“Sederhananya, sekarang aku masih belum tahu pasti apakah menular atau nggak, karena aku belum tahu sebenarnya virus apa ini,” tutur Brandon berdesau. Bukannya Brandon tidak mau mengatakan semua yang dia ketahui sejauh ini, tetapi dia sendir
“Eh …?”“Aku sekarang juga nggak bisa jelasin. Jujur, aku juga masih nggak begitu mengerti tentang virus ini. Tapi yang mau aku sampaikan itu, aku nggak cuma sekadar menghibur kamu saja. Kamu benar-benar nggak akan mati, paling cuma dua hari saja kamu perlu istirahat. Selain itu … kamu jangan keluyuran sembarangan. Diam saja di kamar ini, ngerti?”“Oke, aku ngerti. Karena ini penyakit menular, aku juga nggak mungkin bisa pergi ke mana-mana. Tapi … dua hari sebelum ini aku sempat ketemu sama banyak orang. Apa mereka juga bakal tertular?”Sesungguhnya Brandon juga sudah memikirkan apa yang baru saja Bella katakan, tetapi siapa yang tahu. Sekarang mereka belum tahu apa yang mereka hadapi serta apa solusinya, apalagi bicara tentang seberapa kuat penularannya.“Itu … kita lihat nanti saja, nggak ada yang tahu pasti. Aku cuma berharap penularannya nggak terlalu kuat. Oh ya, kamu nggak perlu khawatir soal papamu, aku sudah ketemu dia. Sekarang dia sudah aman, tapi untuk sementar masih belum b
Malam hari tiba diiringi dengan kesunyian absolut. Rumah di mana Juan tinggal mulai diselimuti oleh kegelapan yang mencekam. Semenjak terjadinya kasus yang “spesial” ini, hampir semua lampu di dalam dan di luar rumah dimatikan agar siapa pun yang tinggal di sana bisa mendapatkan istirahat yang cukup. Lagi pula di malam hari itu juga sudah tidak ada lagi hal yang bisa mereka kerjakan.Di saat itu, tepatnya di halaan belakang masih ada satu lampu yang menyala terang meriah. Sejak sore tadi Chermiko memasak satu bak mandi besar air panas, dan di dalamnya dia masukkan berbagai macam tanaman herbal yang sudah dia siapkan sebelumnya. Setiap tanaman herbal yang dia pilih sudah dipadu sedemikian rupa dan digodok untuk waktu yang sangat lama. Dengan penuh kesabaran dia melakukan semuanya sendiri dari awal sampai akhir, dan sekarang dia sudah sangat kelelahan.Akan tetapi itu tidak penting, karena lelah ini tidak seberapa dibandingkan apa yang akan dia lakukan berikutnya. Dia mengeluarkan perala
Chermiko menarik napas panjang mempersiapkan mentalnya untuk terus menusuk jarum. Dia berharap setelah fase ini lewat, virus yang ada di dalam tubuh kakeknya bersih, supaya dia bisa segera membaik dan tidak lagi harus menderita.Masih tersisa tiga jarum terakhir. Chermiko sempat gentar karena tiga jarum terakhir ini adalah yang paling sakit, tetapi juga yang paling penting.“Kakek ….”Chermiko berjongkok mengambil sebuah handuk untuk menyeka keringat Juan. Dia tidak bisa lagi membedakan mana air keringat yang menetes dan mana air yang memang sudah dia isi di bak mandi, semuanya sudah bercampur menjadi satu. Kedua tangan yang Juan bentangkan ke kedua sisi menggenggan ujung bak dengan erat, hingga urat-urat dan pembuluh darahnya menonjol keluar.“Kakek?” panggil Chermiko sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban.“Lanjut!”“Kakek, tiga jarum yang terakhir ini bakal lebih sakit. Kakek bertahan, ya!”“Heh ….”Juan terkekeh seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada satu kata pu
Air di dalam bak mandi ikut mendidih dan mengeluarkan gelembung seiring dengan rintihan Juan. Chermiko masih sekuat tenaganya menahan bahu Juan agar dia tidak terlalu banyak bergerak, tetapi di situ dia baru menyadari terjadi perubahan yang sangat luar biasa di tangan kakeknya.Pertama-tama, makhluk asing yang menyerupai cacing itu bergerak dengan sangat cepat menyusuri permukaan kulit, tetapi dia tidak menemukan jalan keluar sehingga hanya membumbung tinggi di kulit. Orang biasa yang melihatnya pasti sudah takut setengah mati. Kemudian, makhluk seperti cacing itu terus bergerak dan sampai di titik di mana jarum ditusuk seolah mencari celah dari tempat itu. Alhasil, jarumnya ikut terangkat keluar dan mengeluarkan darah berwarna merah gelap.Sedemikian banyak jarum yang tertancap di punggung Juan semuanya mengeluarkan darah tiada henti. Pemandangan itu sungguh mengerikan. Awalnya hanya beberapa jarum saja, tetapi lama kelamaan semua jarum ikut mengeluarkan darah. Seolah-olah, virus ters
Chermiko membaringkan Juan di sofa yang sudah dia siapkan dan mencabut sisa jarum satu per satu. Langkah ini tentu jauh lebih mudah karena tidak menyakitkan seperti ketika menusukkannya di awal. Begitu semua jarum sudah dicabut dan dioleskan alkohol sebagai disinfektan, Chermiko membalikkan tubuh Juan dan memakaikan selimut untuknya.Mata Juan tertutup rapat. Setelah apa yang dia alami tadi pastinya dia sangat letih dan tidak lagi bergerak seperti sedang tertidur. Chermiko pun duduk di samping Juan dan memegang satu tangannya untuk memeriksa denyut nadinya. Walau Chermiko sudah memiliki jawabannya, dia tetap ingin memeriksanya untuk sekadar memastikan.Di saat itu detak nadinya Juan sedikit cepat, tetapi lebih teratur dibandingkan sebelumnya. Dari situ Chermiko merasa beban organ dalamnya sudah lebih ringan jauh. Dulu nadinya seperti ada sesuatu yang menekan sehingga agak sulit untuk dirasakan, tapi sekarang sudah kembali normal. Maka dari itu, Chermiko bisa tahu pasti kalau dia telah
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta