Rainie tahan posisi tak bergerak melihat respons Shane. Beberapa saat kemudian Rainie menurunkan tangannya dan tampaknya percaya dengan Shane. Walau begitu, Shane tetap tak bergerak. Dia bersandar saja di sana dengan raut wajah yang pasrah dan berkata, “Bunuh saja aku, biar aku juga terbebas dari penderitaan ini!”“Terbebas apanya?” sahut Rainie dingin. “Kamu sudah nggak mau nolong anakmu lagi? Kamu benar-benar menganggap dia sudah mati?”“Sudah mati atau masih hidup apa bedanya? Memangnya kamu bisa bantu aku? Brandon saja nggak bisa, apa lagi kamu!” kata Shane seraya melirik Rainie, di saat itu dia baru melihat Rainie memegang sebuah jarum panjang di tangannya. Jarum itu tentu bukan jarum jahit biasa ataupun jarum yang biasa digunakan di rumah sakit. Jarum yang sangat panjang itu jika tadi ditekan terus ke pinggangnya, Shane yakin jarum itu pasti sudah menembus organ dalamnya. Membayangkan itu terjadi membuat dia meneteskan keringat dingin.“Kamu tahu dari mana au nggak bisa?”“Haha,
“Memangnya apa lagi? Kalau kita dibiarkan tetap hidup, dari mana mereka bisa menjamin kita nggak membocorkan rahasia yang kita tahu selama ini?”“Jadi dengan mati-matian mencari keberadaan mereka sama saja dengan mengantar nyawa kita sendiri?”“Nggak lah. Justru karena aku masih mau hidup, aku mencari kesempatan untuk itu. Sekarang aku kasih kamu kesempatan untuk bekerja sama, sekaligus kesempatan kamu untuk terus hidup. Paham?”Gaya Rainie yang begitu angkuh dansombon gseolah dia adah penyelamat, dan Shane harus berterima kasih kepadanya.“Dan kamu butuh Edgar untuk itu?” tanya Shane.“Betul, tapi nggak cuma dia saja. Aku cuma mau asih lihat ke mereka seberapa tinggi kehebatanku. Tentu saja setiap orang punya kekurangan masing-masing. Aku nggak punya uang dan koneksi, dan aku nggak punya wawasan yang luas seperti yang kamu punya. Karena itu sisanya aku serahkan ke kamu.”“Lalu begitu aku ketemu di mana lokasi mereka, kamu bakal menelantarkanku.”“Mana mungkin! Sudah kubilang, ‘kan, se
“Kenapa nggak bisa?” balas Rainie “Apa kamu nggak pernah berpikir kalau kita nggak tahu banyak tentang mereka karena kita nggak pernah berhbungan langsung dengan yang di atas. Kita nggak tahu siapa pengendali di balik layar. Betul, mereka memang bisa melakukan banyak hal yang kita nggak bisa, dan mereka juga punya kekayaan yang cukup untuk menjalankan semua eksperimen itu. Tapi … apa itu berarti mereka pasti kuat?”“Apa maksudmu?” tanya Shane.“Maksudku, apa organisasi itu benar-benar sehebat yang kamu bayangkan? Sebenarnya sehebat apa pun mereka, itu cuma di pikiran kita saja. Mungkin saja mereka nggak sehebat itu, bisa jadi kita sanggup menggulingkan mereka. Yang namanya manusia itu takut sama sesuatu yang mereka nggak tahu. Karena itu kita selalu menuruti mereka apa pun yang mereka suruh. Sama seperti … kita menuruti si pendek itu. Dia yang lemah begitu saja bisa mengendalikan kita untuk waktu yang sangat lama. Itu karena kita berpikir kalau dia kuat, tapi sebenarnya nggak begitu! M
Saat ini, mungkin Yuna sudah sirna menjadi tumbal R10. ***Di dalam lingkungan yang tertutup ini, lagi-lagi Yuna harus melewati waktu satu hari yang menyiksa. Dia tidak pernah mengalami kesengsaraan yang seperti ini sebelumnya. Dulu ketika berhadapan dengan bahaya apa pun, setidaknya Yuna masih bisa mencari kesempatan untuk menyelamatkan diri, tetapi di sini dia tidak bisa menemukan celah sedikit pun.Jelas-jelas dia masih berada di kota yang sama, seharusnya tidak terlalu sulit bagi Brandon untuk mencari keberadaan seseorang, lantas apakah mungkin Yuna sudah berada di tempat yang tidak dia kenali? Yuna sudah berusaha untuk mencari solusi, tetapi di sini tidak ada alat apa pun yang bisa Yuna gunakan sehingga untuk melacak lokasi pun sangat sulit.Ketebalan kaca dan kedap suara di kamar ini juga dirancang khusus, dan dari pengamatan Yuna selama dua hari lalu, tempat ini meski terlihat seperti hotel, dia merasa tidak sesederhana itu.Pria yang kemarin juga sudah tidak datang lagi sejak
Begitu semua barang sudah diletakkan, dokter itu sekali lagi menatap Yuna tanpa mengatakan apa-apa. Tatapan matanya itu seperti meminta Yuna untuk mendekat, tetapi karena mereka tidak berbicara,dan Yuna juga ingin melihat apa yang akan mereka lakukan, dia pun tidak bergerak.“Bu Yuna, mohon duduk di sini,” kata salahsatu penjaga.“Kalian mau apa?”“Nggak perlu takut, cuma pemeriksaan kesehatan saja.”“Aku sehat-sehat saja, nggak perlu diperiksa!”Yuna merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan langsung menolak dengan tegas. Dia baik-baik saja, mengapa tiba-tiba harus menjalani pemeriksaan.“Bu Yuna, ini demi kebaikanmu. Tolong jangan egois, kamu juga harus memikirkan kesehatan anakmu. Tenang saja, ini cuma pemeriksaan normal, bukan apa-apa. Tapi … kalau kamu tetap bersikeras, kamu terpaksa memakai cara kasar.”Penjaga itu sudah berkata dengan mengancam. Yuna mengamati jumlah mereka yang begitu banyak. Kalau dia memberikan perlawanan, dia tidak akan mendapat kerugian atau juga keuntunga
Susan juga awalnya takut ketika Edgar baru saja dikurung di ruang rahasia itu. Bagaimanapun juga Edgar adalah kakak iparnyay ang selama ini selalu dia takuti, tetapi lama kelamaan Susan jadi tidak takut lagi padanya. Sehebat apa pun Edgar, dia kini sudah terkurung di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari.Seharusnya Susan sekarang berbahagia karena putri satu-satunya masih hidup, tetapi entah mengapa dia tidak pernah bisa tenang. Saat pintu rahasia di garasi perlahan menutup, Susan menggoyangannya lagi untuk memastikan bahwa telah tertutup dengan rapat. Setelah itu barulah dia keluar.Setelah memastikan Susan sudah pergi, orang-orang yang ada di dalam mobil mulai bergerak.“Pak Brandon,” ujar salah seorang yang duduk di kursi depan meminta petunjuk.“Kita tunggu sebentar lagi,” jawab Brandon.Sudah dari tiga jam yang lalu Brandon tiba di tempat ini. Kesabarannya patut dipuji dia bisa menunggu selama itu, atau dia pasti sudah masuk ke dalam sejak awal. Dia menyaksikan semuany
Brandon masih berada di dalam mobil dengan wajah serius seperti sedang menunggu sesuatu. Kira-kira beberapa belas menit berlalu sudah, tetapi beberapa belas menit itu rasanya seperti beberapa jam.Tiba-tiba di tengah kesunyian, alat komunikasi di dalam mobil mengeluarkan lampu kedip merah. Brandon langsung menerimanya dan dia mendengar suara lirih berkata padanya, “Pak Brandon, sudah ketemu!”“Gimana kondisinya?”“Aman!”“Bawa dia masuk, secepatnya!”“Tapi ….”Kenapa lagi?”“Ini ….”Tak lama Brandon mendengar suara lirih dari alat itu. Suaranya sangat lemah, tetapi Brandon dapat mengenali kalau itu adalah suaranya Edgar.“Brandon ….”“Pak Edgar!”“Suruh mereka pergi dari sini, aku tetap di sini.”“Kenapa?!” tanya Brandon, tetapi segera dia mulai menyadarinya, “Apa kamu yang merelakan diri ditangkap sama mereka? Apa ini juga bagian dari rencanamu?”“Betul, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk penjelasan panjang lebar. Pokoknya suruh anak buahmu pergi dulu. Yang lain akan kujelaska
“Pak Brandon?”“Cepat pulang! Ingat jangan sampai kalian meninggalkan jejak.”“Siap!”Dengan segera, para pasukan yang menyelinap ke dalam itu satu per satu mengundurkan diri kembali ke dalam bayangan gelap tanpa suara. Ketika mereka kembali ke mobil, salah satu yang tadi duduk satu mobil dengan Brandon melaporkan situasi.“Pak Brandon, Pak Edgar bersikeras nggak mau pergi!”“Ya, dia memang begitu orangnya! Tapi berhubung dia sudah melakukan persiapan, aku bisa sedikit lebih tenang. Aku yakin dia pasti sudah punya rencananya sendiri!”Awal mulanya Brandon mengira Edgar sungguh diculik oleh Rainie. Bukan karena Edgar lemah, tetapi karena saat itu dia sedang lengah. Organisasi dan eksperimen yang mereka lakukan itu entah sudah berapa lama berjalan, dan ada virus apa saja yang mereka kembangkan. Satu-satunya yang sudah terlihat hanya yang terjadi di Asia Selatan, tetapi masih banyak lagi yang belum muncul.Belum lagi dulu Rainie juga sempat mengendalikan Edgar dengan menggunakan jarum dan