“Dia itu rekan kerjaku,” kata Rainie. “Dia juga sudah tahu soal ini.”“Rekan kerjamu?” tanya Susan sambil menatap wajah anaknya seakan dia masih tidak begitu percaya. Sejak kematian palsu Rainie, setiap hari Susan hidup dalam kesengsaraan, hingga suatu hari Rainie kembali. Dari situ barulah Susan mendapatkan kembali keberanian untuk melanjutkan hidup. Lantas apa pun yang Rainie katakan bagaikan mandat untuknya. Apa pun yang Rainie perintahkan selalu dia laksanakan. Susan hanya ingin Rainie bisa hidup dengan baik, dia tidak memiliki keinginan apa-apa lagi.“Iya,” sahut Rainie, lalu dia beralih ke Shane, “Ini mamaku. Berhubung kita semua ketemu disini, berarti kita senasib. Kamu nggak bisa lari lagi.”Shane, “….”Dia tentu saja tidak ingin ikut serta dalam ini, tetapi dilihat dari kondisinya sekarang, sepertinya sudah terlambat untuk mundur. Shane berpikir lebih baik menenangkan mereka terlebih dahulu. Dia pun menarik napas panjang dan berkata kepada Susan, “Iya, aku rekan kerjanya Raini
“Sudah mau pergi lagi? Mama masih belum sempat ngobrol banyak sama kamu. Oh ya, Mama sudah bikin sarang burung walet, nanti ….”“Sudah kubilang nggak usah buat begituan! Aku nggak punya waktu untuk makan. Aku masih punya kerjaan yang lebih penting , ngerti nggak, sih?!”Suara Rainie seperti sedang berteriak saking kesalnya dia. Susan pun langsung terdiam karena ketakutan, dan dia tidak harus apa yang harus dia katakan. Melihat situasi seperti itu, Shane mencoba untuk melerai mereka. “Iya, kami masih punya kerjaan penting. Sarang burung waletnya bisa dimakan nanti saja pelan-pelan.”“Iya, iya. Makannya nanti saja, nggak perlu buru-buru. Mama simpan untuk kamu, nanti kamu bisa makan kalau sudah pulang!”Rainie kaget melihat Shane malah membela ibunya, tetapi dia tidak banyak berkomentar dan hanya melambaikan tangannya, “Sudah, ayo jalan. Mama awasi dia terus, kalau ada sesuatu yang aneh, segera abari aku. Ngerti?”“Oke, oke. Serahkan saja sama Mama! Oh ya, kamu serius kamu nggak mau kasi
Di saat itu juga Shane merasakan di pinggangnya seperti ditodong oleh suatu benda lancip. Dia tidak begitu melihat benda apa itu. Shane berhenti sejenak. Dia melegakan tenggorokannya dan bar mengangkatnya.“Halo, ada apa? Apa sudah ada kabar tentang Yuna? Kamu sudah dapat lokasi organisasi itu? Gimana dengan anakku?”Sederet pertanyaan Shane layangkan bertubi-tubi hingga dia lupa untuk menarik napas, tetapi di sisi satu lagi hanya diam saja.“.…”“Kenapa diam saja? Ayo jawab!” tutur Shane dengan nada sedikit membentak.Rainie terus mengawasi Shane dan menekan benda yang ada di tangannya lebih kuat lagi. Shane dapat merasakan benda tajam itu mulai menusuk tembus ke bajunya. Dia pun refleks menghindar, tetapi Rainie sudah lebih dulu menahannya.Di sisi lain Brandon akhirnya mulai berbicara, “Tadi kamu pergi ke mana?”Cukup satu kalimat itu saja dalam sekejap membuat atmosfer di dalam mobil terasa sangat menyesakkan. Shane melirik Rainie dan mendapati dia masih terus mengawasinya. Dengan
Rainie tahan posisi tak bergerak melihat respons Shane. Beberapa saat kemudian Rainie menurunkan tangannya dan tampaknya percaya dengan Shane. Walau begitu, Shane tetap tak bergerak. Dia bersandar saja di sana dengan raut wajah yang pasrah dan berkata, “Bunuh saja aku, biar aku juga terbebas dari penderitaan ini!”“Terbebas apanya?” sahut Rainie dingin. “Kamu sudah nggak mau nolong anakmu lagi? Kamu benar-benar menganggap dia sudah mati?”“Sudah mati atau masih hidup apa bedanya? Memangnya kamu bisa bantu aku? Brandon saja nggak bisa, apa lagi kamu!” kata Shane seraya melirik Rainie, di saat itu dia baru melihat Rainie memegang sebuah jarum panjang di tangannya. Jarum itu tentu bukan jarum jahit biasa ataupun jarum yang biasa digunakan di rumah sakit. Jarum yang sangat panjang itu jika tadi ditekan terus ke pinggangnya, Shane yakin jarum itu pasti sudah menembus organ dalamnya. Membayangkan itu terjadi membuat dia meneteskan keringat dingin.“Kamu tahu dari mana au nggak bisa?”“Haha,
“Memangnya apa lagi? Kalau kita dibiarkan tetap hidup, dari mana mereka bisa menjamin kita nggak membocorkan rahasia yang kita tahu selama ini?”“Jadi dengan mati-matian mencari keberadaan mereka sama saja dengan mengantar nyawa kita sendiri?”“Nggak lah. Justru karena aku masih mau hidup, aku mencari kesempatan untuk itu. Sekarang aku kasih kamu kesempatan untuk bekerja sama, sekaligus kesempatan kamu untuk terus hidup. Paham?”Gaya Rainie yang begitu angkuh dansombon gseolah dia adah penyelamat, dan Shane harus berterima kasih kepadanya.“Dan kamu butuh Edgar untuk itu?” tanya Shane.“Betul, tapi nggak cuma dia saja. Aku cuma mau asih lihat ke mereka seberapa tinggi kehebatanku. Tentu saja setiap orang punya kekurangan masing-masing. Aku nggak punya uang dan koneksi, dan aku nggak punya wawasan yang luas seperti yang kamu punya. Karena itu sisanya aku serahkan ke kamu.”“Lalu begitu aku ketemu di mana lokasi mereka, kamu bakal menelantarkanku.”“Mana mungkin! Sudah kubilang, ‘kan, se
“Kenapa nggak bisa?” balas Rainie “Apa kamu nggak pernah berpikir kalau kita nggak tahu banyak tentang mereka karena kita nggak pernah berhbungan langsung dengan yang di atas. Kita nggak tahu siapa pengendali di balik layar. Betul, mereka memang bisa melakukan banyak hal yang kita nggak bisa, dan mereka juga punya kekayaan yang cukup untuk menjalankan semua eksperimen itu. Tapi … apa itu berarti mereka pasti kuat?”“Apa maksudmu?” tanya Shane.“Maksudku, apa organisasi itu benar-benar sehebat yang kamu bayangkan? Sebenarnya sehebat apa pun mereka, itu cuma di pikiran kita saja. Mungkin saja mereka nggak sehebat itu, bisa jadi kita sanggup menggulingkan mereka. Yang namanya manusia itu takut sama sesuatu yang mereka nggak tahu. Karena itu kita selalu menuruti mereka apa pun yang mereka suruh. Sama seperti … kita menuruti si pendek itu. Dia yang lemah begitu saja bisa mengendalikan kita untuk waktu yang sangat lama. Itu karena kita berpikir kalau dia kuat, tapi sebenarnya nggak begitu! M
Saat ini, mungkin Yuna sudah sirna menjadi tumbal R10. ***Di dalam lingkungan yang tertutup ini, lagi-lagi Yuna harus melewati waktu satu hari yang menyiksa. Dia tidak pernah mengalami kesengsaraan yang seperti ini sebelumnya. Dulu ketika berhadapan dengan bahaya apa pun, setidaknya Yuna masih bisa mencari kesempatan untuk menyelamatkan diri, tetapi di sini dia tidak bisa menemukan celah sedikit pun.Jelas-jelas dia masih berada di kota yang sama, seharusnya tidak terlalu sulit bagi Brandon untuk mencari keberadaan seseorang, lantas apakah mungkin Yuna sudah berada di tempat yang tidak dia kenali? Yuna sudah berusaha untuk mencari solusi, tetapi di sini tidak ada alat apa pun yang bisa Yuna gunakan sehingga untuk melacak lokasi pun sangat sulit.Ketebalan kaca dan kedap suara di kamar ini juga dirancang khusus, dan dari pengamatan Yuna selama dua hari lalu, tempat ini meski terlihat seperti hotel, dia merasa tidak sesederhana itu.Pria yang kemarin juga sudah tidak datang lagi sejak
Begitu semua barang sudah diletakkan, dokter itu sekali lagi menatap Yuna tanpa mengatakan apa-apa. Tatapan matanya itu seperti meminta Yuna untuk mendekat, tetapi karena mereka tidak berbicara,dan Yuna juga ingin melihat apa yang akan mereka lakukan, dia pun tidak bergerak.“Bu Yuna, mohon duduk di sini,” kata salahsatu penjaga.“Kalian mau apa?”“Nggak perlu takut, cuma pemeriksaan kesehatan saja.”“Aku sehat-sehat saja, nggak perlu diperiksa!”Yuna merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan langsung menolak dengan tegas. Dia baik-baik saja, mengapa tiba-tiba harus menjalani pemeriksaan.“Bu Yuna, ini demi kebaikanmu. Tolong jangan egois, kamu juga harus memikirkan kesehatan anakmu. Tenang saja, ini cuma pemeriksaan normal, bukan apa-apa. Tapi … kalau kamu tetap bersikeras, kamu terpaksa memakai cara kasar.”Penjaga itu sudah berkata dengan mengancam. Yuna mengamati jumlah mereka yang begitu banyak. Kalau dia memberikan perlawanan, dia tidak akan mendapat kerugian atau juga keuntunga
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu
Langkahnya pelan tapi pasti, selangkah demi selangkah dia mendatangi ranjang di mana Yuna sedang tertidur lelap. Wajahnya pucat seperti baru saja kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak. Napasnya pun pelan dan lemah. Mesin yang menunjukkan detak jantungnya juga bergerak memperlihatkan denyutnya yang luar biasa lemah, seakan-akan bisa berhenti kapan saja tanpa ditebak.Juan tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di saat itu dia mengerti mengapa orang asing ini memaksanya untuk ikut dengannya. Mereka masih belum memeras Yuna sampai habis, makanya mereka tidak akan membiarkan Yuna mati begitu saja. Bagi kedokteran modern mungkin ini jalan buntu, makanya Fred meminta bantuan dia. Dengan memanfaatkan hubungan yang dia dan Yuna miliki, Fred memaksanya untuk datang.“Dia ini murid kesayanganmu, jadi kamu pasti nggak mau lihat dia mati di usia yang masih muda, ‘kan?”Kata-kata Fred terkesan simpatik, tetapi siapa pun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bau-bau sarkas dari mulu
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.
Gagal sekali dua kali masih bisa dimaklumi, tetapi rasanya Rainie sudah berkali-kali gagal. Jujur saja sewaktu masih berada di lab, Chermiko masih merasa Rainie cukup mahir. Namun kemudian Chermiko sadar kalau sebenarnya Rainie hanya bisa melakukan perubahan terhadap penelitian yang sudah ada lebih awal. Kalau minta dia untuk meneliti sesuatu dari nol, kemungkinan gagalnya sangat tinggi. Racun yang digunakan kepadanya, termasuk juga wabah yang terjadi di Asia Selatan itu bukan buatan Rainie. Yang ada kaitannya dengan Rainie hanya obat yang digunakan kepada Edgar dan Frans. Dari situ sudah jelas produknya gagal.Edgar tidak berhasil dikendalikan sepenuhnya, terlebih lagi Frans, yang juga pada akhirnya mereka berdua berhasil lepas dari kendali. Yang menariknya, semua eksperimen yang Rainie lakukan mengarah ke bagaimana dia bisa mengendalikan pikiran orang lain. Dia sangat menikmati perasaan bisa berkuasa di atas orang lain, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.“Jadi dia sendiri seben
“Jujur aku sendiri juga bingung gimana bilangnya. Aku sama Ross ini sebenarnya teman lama! Aku sudah kenal dia waktu aku kuliah di luar negeri dan bekerja. Tapi aku nggak menyangka bisa ketemu dia di sini. Ross, kapan kamu datang? Kenapa nggak kasih tahu aku. Dasar nggak setia kawan!”“Hahaha, aku kali ini datang untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya aku di sini nggak lama, waktunya mepet, dan aku banyak urusan, jadi aku nggak hubungi kamu, deh. Tapi untunglah kita sempat ketemu. Berarti kita memang berjodoh!”Selagi mereka berdua saling berpelukan selayaknya teman lama yang baru bertemu, ketiga orang lainnya hanya bisa saling bertukar pandang kebingungan, tak menyangka akan jadi seperti ini. Kalau tahu dari awal, seharusnya Brandon sudah mengajak Chermiko. Mana tahu satu-satunya orang yang dia tidak ajak ternyata adalah teman baiknya Ross.“Iya, ini takdir pasti! Sakit kepala kamu gimana, masih sering kambuh?”“Sudah nggak. Sejak kamu bantu obatin aku dua tahun yang lalu, sudah nggak per