“Ayo kita lihat,” kata Yuna yang mulai agak tertarik.Begitu memasuki kompartemen kecil di dalamnya, memang terdapat beberapa pot cendana merah berdaun kecil. Sekilas, cendana merah itu tidak jauh berbeda dengan yang biasa.Tanaman ini banyak yang palsu di pasaran. Hanya saja di tempat ini, sekali lihat langsung tahu kalau itu tanaman bagus. Namun bagaimanapun, tanaman itu tidak termasuk tanaman yang sangat langka.“Apanya yang istimewa?” Edith membungkuk untuk melihat daun-daunnya, lalu mengendus dengan hidungnya.“Kalian orang ahli, lihat saja,” kata Wendi sambil tertawa pelan. Dia yang sederhana dan jujur, justru sengaja tidak memberitahu mereka.Yuna melihat dengan teliti. Dia mengulurkan tangan, lalu mencubit sedikit daun dari tanaman itu. Ada sedikit cairan yang mengalir keluar dari patahan daun, lalu tercium aroma yang unik. Yuna meletakkan daun di depan hidungnya dan menciumnya. Kemudian, dia mengambil bagian batang untuk lihat-lihat. Ada patahan bercabang di samping. Dia berpi
“Ini ... takutnya nggak bisa,” tolak Wendi. “Kamu tahu nggak mudah untuk membudidayakan tanaman ini. Kami sudah menghabiskan banyak usaha. Selain itu, jumlahnya memang nggak banyak, juga nggak cocok untuk kamu gunakan dalam jumlah besar. Jadi ....”“Aku nggak butuh banyak. Aku hanya ingin setengah dari yang kalian miliki sekarang.” Setelah melihat ke sekeliling, Yuna berkata, “Berikan dulu setengah dari yang kalian miliki. Tapi, yang setengahnya lagi aku juga mau. Aku nggak ambil dulu, titip sama kalian saja. Kamu jaga baik-baik, jangan jual ke orang lain.”“Maaf, kami nggak bisa.” Wendi tetap menolak dengan raut wajah serbah salah.“Katakan saja berapa harga yang kamu inginkan.” Edith yang di samping buka suara. Dia pikir tanaman itu pasti berguna karena melihat Yuna begitu bersikeras menginginkannya.Apalagi cendana merah berdaun kecil yang telah disambung tunas memang sangat sulit ditemukan. Seharusnya akan sangat berguna bagi mereka jika bisa memborong semuanya. Namun, harganya pas
“Bisa.” Yuna mengangguk dan mengambil keputusan dengan begitu saja.“Yuna, aku rasa kita harus pertimbangkan lagi.” Sebagai seorang atasan, Edith merasa harus mengingatkan bawahannya. Namun, Yuna begitu percaya diri, sampai-sampai dia bersedia menggunakan gajinya sebagai imbalan. Edith pun tidak bisa menolak dengan tegas.“Kalau menurutmu nggak cocok, aku bisa membelinya atas namaku sendiri dan dengan uangku sendiri.”Meskipun Yuna tidak memiliki banyak uang sekarang, dia dapat meminjam uang dari seseorang dulu.“Baiklah kalau begitu.” Yuna bahkan sudah berkata seperti itu. Edith pun tidak dapat membujuknya lagi. Dia menatap Wendi dan berkata, “Kalian harus pastikan barang yang kalian berikan pada kami adalah yang terbaik. Jangan berikan barang kualitas jelek.”“Tenang saja, kami nggak akan melakukan hal seperti itu. Sekalipun kami ingin melakukannya, kami juga nggak akan bisa menemukan barang tiruan di sini.”Bagaimanapun tanaman itu terlalu istimewa. Sekalipun mereka ingin menjual ba
Setelah melihat mobil Yuna sudah jauh, Valerie baru mengalihkan tatapannya. Dia memutar badannya dan menarik tangan Lawson sambil berkata, “Janji, ya. Kamu akan berikan apa pun yang aku inginkan.”“Ada apa?” tanya Lawson dengan senyum di wajahnya, sambil menepuk pipi Valerie.“Aku ingin ... reputasi Yuna hancur, sampai dia nggak bisa mengangkat wajahnya lagi selamanya!” Valerie menatap kejauhan dengan penuh kebencian, meski mobil itu sudah lama menghilang di ujung jalan.Lawson mengikuti arah tatapan Valerie, lalu dia tersenyum dan berkata, “Aku dengar, dulu kalian teman sekelas.”“Iya, tapi aku benci dia lebih dari siapa pun.” Valerie tidak menyumbunyikan emosi dan sikapnya di depan Lawson.“Kenapa?”“Waktu kuliah, jelas-jelas aku berbakat. Tapi dosen selalu sukanya sama dia. Semua kesempatan bagus dikasih ke dia. Sama-sama ikut lomba, tapi dia selalu yang lebih unggul. Bahkan dalam soal pacaran pun ....” Valerie terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Seolah-olah, selama ada dia, aku ng
Valerie belum selesai bicara, Lawson tiba-tiba melepaskannya. Hanya saja, raut wajah pria itu agak muram.Valerie justru semakin panik ketika melihat Lawson seperti ini, “Lawson, maaf. Aku ....”Lawson menoleh, mata di balik kacamata berbingkai emas begitu dingin, sama sekali tidak ada kehangatan di sana. “Valerie, aku sudah bilang. Kalau kamu ingin dapatkan apa yang kamu inginkan, kamu harus memuaskan aku dulu. Sikap kamu seperti ini sama sekali nggak menarik.”Pria itu bicara sambil menyalakan rokok dengan santai. Asap mengepul keluar dari mulutnya. Asap rokok yang menyebar dan menyelimuti wajahnya, membuat wajah samping Lawson terlihat begitu kabur. Sementara itu, langit berangsur-angsur menjadi gelap. Valerie tidak mungkin keluar dari mobil dan pergi sendirian.Terlebih lagi, dia sudah berkorban begitu banyak. Bagaimana mungkin dia bisa menyerah sekarang.Valerie menggigit bibir bawahnya, lalu berpikir dengan serius. Kemudian, dia berkata dengan lembut, “Jangan marah, Lawson. Aku h
“Dari mana saja kamu?” Suara Logan begitu dingin, membuat orang yang mendengarnya spontan bergidik.Karena merasa bersalah, Valerie menyentuh rambut-rambut pendek di sebelah telinganya dengan tidak leluasa, “Aku ... pergi cari bahan. Hari ini aku pergi ke ladang bunga dan belajar banyak hal. Aku benar-benar harus berterima kasih pada Pak Lawson.”Valerie berpikir cepat. Dia pun berpikir, daripada menutupinya, lebih baik dia mengatakannya lebih dulu.Valerie mengatakannya secara terbuka. Setidaknya dari luar, dia tidak boleh terlihat bersalah.“Kamu sangat dekat dengannya.” Logan tertawa sinis, nada bicaranya sangat tidak ramah.Sebenarnya, Valerie sendiri tidak yakin seberapa banyak yang Logan ketahui. Atau seberapa banyak yang telah Logan lihat barusan. Namun, selama Valerie tidak mengakuinya, Logan tidak akan bisa menangkap apa pun.Valerie tahu betul kalau hanya ada kesepakatan di antara dirinya dan Lawson. Pria itu tidak mungkin memberinya cinta dan pernikahan. Karena itu, mereka b
Logan selalu merasa ada yang janggal. Namun, dari penampilan Valerie sepertinya semua baik-baik saja.Logan mengalihkan tatapannya, lalu matanya tertuju pada tempat tidur yang besar. Valerie melemparkan tasnya di atas tempat tidur itu. Karena sudah terbiasa, Valerie membiarkan isi tasnya tumpah keluar begitu saja. Ponselnya pun menongol sedikit dari dalam tas.Logan spontan melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, lalu dia berjalan ke tempat tidur dan mengambil ponsel Valerie.Valerie tidak mengubah kata sandi untuk membuka ponselnya. Logan segera membuka aplikasi Whatsapp. Dia mencari akun Lawson dan membuka kotak obrolan, tapi ternyata di dalamnya kosong melompong. Sepatah kata pun tidak ada. Tidak sampai di situ saja. Logan juga membuka galeri, tapi semuanya tampak biasa-biasa saja. SMS, riwayat panggilan ....Semua yang bisa dia pikirkan telah dia cari dengan teliti. Namun, semua sangat bersih, tidak ada jejak sama sekali.Apakah memang dia yang terlalu banyak berpikir?Logan
Usai memesan makanan, Logan kembali duduk di samping tempat tidur. Dia terus menggenggam tangan Valerie sambil berkata, “Ada lagi yang ingin kamu makan atau minum?”Suara Logan begitu lembut, sorot matanya juga sangat lembut sehingga membuat hati Valerie terasa hangat. Perempuan itu menggeleng perlahan, “Nggak usah, aku baru berapa bulan, nggak semanja itu, kok.”“Omong kosong. Wanita hamil harus merawat tubuh mereka baik-baik, sudah sepantasnya dimanjakan.”Valerie sengaja menggoda Logan ketika melihat wajahnya yang serius, “Oh, ternyata kamu perlakukan aku seperti ini karena ada anak. Kalau nggak ada anak, aku nggak akan dimanjakan lagi, kan?”“Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu jelas-jelas tahu aku nggak perlakukan kamu seperti itu ....” Logan segera menjelaskan. Begitu dia melihat mata Valerie menyipit, dia tahu perempuan itu sedang menggodanya. Dia pun mengangkat tangannya dan menepuk pipi Valerie dengan lembut, “Kamu nakal, ya. Berani-beraninya goda aku.”Setelah dibuat cekik