Edith benar-benar kehausan. Setelah minum segelas besar air, dia baru mendapatkan kembali tenaganya. “Tempat kalian benar-benar sesuai dengan reputasinya. Ada banyak jenis bunga, aromanya juga sangat murni.”“Begini saja. Aku akan menuliskan jenis dan jumlah yang aku butuhkan di sini. Kalau soal harga ... sesuai dengan yang kalian tawarkan sebelumnya. Diskon 20%, bagaimana?” Edith memberi isyarat, lalu mulai bernegosiasi dengan terampil.“Ini ....” Pihak lain jelas terlihat enggan. “Aturan kami di sini, paling banyak diskon 10%. Kamu harus tahu, harga yang kami berikan sudah merupakan harga terbaik.”“Terus terang saja, dalam soal harga kalian nggak terlalu unggul. Tapi aku benar-benar lebih suka dengan produk kalian. Kita semua ingin cari kerja sama jangka panjang di masa depan. Kalian berikan sedikit diskon lagi, demi jangka panjang di masa depan. Benar, nggak?” Edith berhenti sejenak, lalu berkata lagi, “Kamu juga tahu, kami bukan datang khusus untuk beli barang. Aku hanya perlu se
“Ayo kita lihat,” kata Yuna yang mulai agak tertarik.Begitu memasuki kompartemen kecil di dalamnya, memang terdapat beberapa pot cendana merah berdaun kecil. Sekilas, cendana merah itu tidak jauh berbeda dengan yang biasa.Tanaman ini banyak yang palsu di pasaran. Hanya saja di tempat ini, sekali lihat langsung tahu kalau itu tanaman bagus. Namun bagaimanapun, tanaman itu tidak termasuk tanaman yang sangat langka.“Apanya yang istimewa?” Edith membungkuk untuk melihat daun-daunnya, lalu mengendus dengan hidungnya.“Kalian orang ahli, lihat saja,” kata Wendi sambil tertawa pelan. Dia yang sederhana dan jujur, justru sengaja tidak memberitahu mereka.Yuna melihat dengan teliti. Dia mengulurkan tangan, lalu mencubit sedikit daun dari tanaman itu. Ada sedikit cairan yang mengalir keluar dari patahan daun, lalu tercium aroma yang unik. Yuna meletakkan daun di depan hidungnya dan menciumnya. Kemudian, dia mengambil bagian batang untuk lihat-lihat. Ada patahan bercabang di samping. Dia berpi
“Ini ... takutnya nggak bisa,” tolak Wendi. “Kamu tahu nggak mudah untuk membudidayakan tanaman ini. Kami sudah menghabiskan banyak usaha. Selain itu, jumlahnya memang nggak banyak, juga nggak cocok untuk kamu gunakan dalam jumlah besar. Jadi ....”“Aku nggak butuh banyak. Aku hanya ingin setengah dari yang kalian miliki sekarang.” Setelah melihat ke sekeliling, Yuna berkata, “Berikan dulu setengah dari yang kalian miliki. Tapi, yang setengahnya lagi aku juga mau. Aku nggak ambil dulu, titip sama kalian saja. Kamu jaga baik-baik, jangan jual ke orang lain.”“Maaf, kami nggak bisa.” Wendi tetap menolak dengan raut wajah serbah salah.“Katakan saja berapa harga yang kamu inginkan.” Edith yang di samping buka suara. Dia pikir tanaman itu pasti berguna karena melihat Yuna begitu bersikeras menginginkannya.Apalagi cendana merah berdaun kecil yang telah disambung tunas memang sangat sulit ditemukan. Seharusnya akan sangat berguna bagi mereka jika bisa memborong semuanya. Namun, harganya pas
“Bisa.” Yuna mengangguk dan mengambil keputusan dengan begitu saja.“Yuna, aku rasa kita harus pertimbangkan lagi.” Sebagai seorang atasan, Edith merasa harus mengingatkan bawahannya. Namun, Yuna begitu percaya diri, sampai-sampai dia bersedia menggunakan gajinya sebagai imbalan. Edith pun tidak bisa menolak dengan tegas.“Kalau menurutmu nggak cocok, aku bisa membelinya atas namaku sendiri dan dengan uangku sendiri.”Meskipun Yuna tidak memiliki banyak uang sekarang, dia dapat meminjam uang dari seseorang dulu.“Baiklah kalau begitu.” Yuna bahkan sudah berkata seperti itu. Edith pun tidak dapat membujuknya lagi. Dia menatap Wendi dan berkata, “Kalian harus pastikan barang yang kalian berikan pada kami adalah yang terbaik. Jangan berikan barang kualitas jelek.”“Tenang saja, kami nggak akan melakukan hal seperti itu. Sekalipun kami ingin melakukannya, kami juga nggak akan bisa menemukan barang tiruan di sini.”Bagaimanapun tanaman itu terlalu istimewa. Sekalipun mereka ingin menjual ba
Setelah melihat mobil Yuna sudah jauh, Valerie baru mengalihkan tatapannya. Dia memutar badannya dan menarik tangan Lawson sambil berkata, “Janji, ya. Kamu akan berikan apa pun yang aku inginkan.”“Ada apa?” tanya Lawson dengan senyum di wajahnya, sambil menepuk pipi Valerie.“Aku ingin ... reputasi Yuna hancur, sampai dia nggak bisa mengangkat wajahnya lagi selamanya!” Valerie menatap kejauhan dengan penuh kebencian, meski mobil itu sudah lama menghilang di ujung jalan.Lawson mengikuti arah tatapan Valerie, lalu dia tersenyum dan berkata, “Aku dengar, dulu kalian teman sekelas.”“Iya, tapi aku benci dia lebih dari siapa pun.” Valerie tidak menyumbunyikan emosi dan sikapnya di depan Lawson.“Kenapa?”“Waktu kuliah, jelas-jelas aku berbakat. Tapi dosen selalu sukanya sama dia. Semua kesempatan bagus dikasih ke dia. Sama-sama ikut lomba, tapi dia selalu yang lebih unggul. Bahkan dalam soal pacaran pun ....” Valerie terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Seolah-olah, selama ada dia, aku ng
Valerie belum selesai bicara, Lawson tiba-tiba melepaskannya. Hanya saja, raut wajah pria itu agak muram.Valerie justru semakin panik ketika melihat Lawson seperti ini, “Lawson, maaf. Aku ....”Lawson menoleh, mata di balik kacamata berbingkai emas begitu dingin, sama sekali tidak ada kehangatan di sana. “Valerie, aku sudah bilang. Kalau kamu ingin dapatkan apa yang kamu inginkan, kamu harus memuaskan aku dulu. Sikap kamu seperti ini sama sekali nggak menarik.”Pria itu bicara sambil menyalakan rokok dengan santai. Asap mengepul keluar dari mulutnya. Asap rokok yang menyebar dan menyelimuti wajahnya, membuat wajah samping Lawson terlihat begitu kabur. Sementara itu, langit berangsur-angsur menjadi gelap. Valerie tidak mungkin keluar dari mobil dan pergi sendirian.Terlebih lagi, dia sudah berkorban begitu banyak. Bagaimana mungkin dia bisa menyerah sekarang.Valerie menggigit bibir bawahnya, lalu berpikir dengan serius. Kemudian, dia berkata dengan lembut, “Jangan marah, Lawson. Aku h
“Dari mana saja kamu?” Suara Logan begitu dingin, membuat orang yang mendengarnya spontan bergidik.Karena merasa bersalah, Valerie menyentuh rambut-rambut pendek di sebelah telinganya dengan tidak leluasa, “Aku ... pergi cari bahan. Hari ini aku pergi ke ladang bunga dan belajar banyak hal. Aku benar-benar harus berterima kasih pada Pak Lawson.”Valerie berpikir cepat. Dia pun berpikir, daripada menutupinya, lebih baik dia mengatakannya lebih dulu.Valerie mengatakannya secara terbuka. Setidaknya dari luar, dia tidak boleh terlihat bersalah.“Kamu sangat dekat dengannya.” Logan tertawa sinis, nada bicaranya sangat tidak ramah.Sebenarnya, Valerie sendiri tidak yakin seberapa banyak yang Logan ketahui. Atau seberapa banyak yang telah Logan lihat barusan. Namun, selama Valerie tidak mengakuinya, Logan tidak akan bisa menangkap apa pun.Valerie tahu betul kalau hanya ada kesepakatan di antara dirinya dan Lawson. Pria itu tidak mungkin memberinya cinta dan pernikahan. Karena itu, mereka b
Logan selalu merasa ada yang janggal. Namun, dari penampilan Valerie sepertinya semua baik-baik saja.Logan mengalihkan tatapannya, lalu matanya tertuju pada tempat tidur yang besar. Valerie melemparkan tasnya di atas tempat tidur itu. Karena sudah terbiasa, Valerie membiarkan isi tasnya tumpah keluar begitu saja. Ponselnya pun menongol sedikit dari dalam tas.Logan spontan melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, lalu dia berjalan ke tempat tidur dan mengambil ponsel Valerie.Valerie tidak mengubah kata sandi untuk membuka ponselnya. Logan segera membuka aplikasi Whatsapp. Dia mencari akun Lawson dan membuka kotak obrolan, tapi ternyata di dalamnya kosong melompong. Sepatah kata pun tidak ada. Tidak sampai di situ saja. Logan juga membuka galeri, tapi semuanya tampak biasa-biasa saja. SMS, riwayat panggilan ....Semua yang bisa dia pikirkan telah dia cari dengan teliti. Namun, semua sangat bersih, tidak ada jejak sama sekali.Apakah memang dia yang terlalu banyak berpikir?Logan
Sang Ratu terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu di kepalanya. Maka Yuna pun melanjutkan, “Ya benar aku memang belum setua itu dan ngga tahu gimana rasanya. Apa aku akan takut mati dan berusaha mati-matian untuk bisa terus hidup, aku nggak tahu. Tapi aku rasa apa pun yang terjadi, setiap orang harus punya batas. Seandainya aku mau terus hidup, nggak sepantasnya aku sampai mengorbankan nyawa orang lain. Anakku, temanku, saudaraku, kalau mereka sampai disakiti, aku juga pasti bakal sedih. Karena aku nggak mau orang lain memperlakukan aku dan orang terdekatku seperti itu, aku juga nggak melakukannya ke orang lain. Seperti yang orang sering bilang. Kalau nggak mau dijahati, jangan menjahati orang lain duluan.”“Aku capek,” kata Ratu seraya memejamkan matanya. “Kamu istirahat saja dulu.”“Ratu, aku harap kamu bisa mengerti. Sebenarnya kehidupan abadi ini nggak realistis. R10 cuma ilusi. Aku cuma membuatnya sesuai dengan resep yang mereka kasih. Masalah bisa berhasil atau nggak … aku bena
Selama ini Fred selalu memperlakukan Yuna dengan sangat buruk karena berpikir toh cepat atau lambat Yuna juga akan mati dijadikan tubuh pengganti Ratu. Fred masih tetap akan merawat Yuna dengan baik dengan memberikan makan yang layak, tetapi jangan harap dia akan membebaskan Yuna.“Kamu nggak percaya aku? Kalau nggak percaya, aku bisa ….”Yuna langsung menyela sebelum sang Ratu selesai bicara, “Nggak. Justru sebaliknya. Aku percaya sama kamu! Kamu adalah ratu, sudah pasti kamu akan memegang kata-katamu. Kalau dari awal kamu nggak berniat membebaskan aku dan mau aku mati di sini, kamu nggak perlu menipuku segala. Tapi karena sekarang kamu bilang begini, berarti kamu berniat untuk membebaskan aku. Justru aku yang seharusnya berterima kasih karena masih diampuni!”Memang rasanya sedikit canggung untuk dikatakan, tetapi kata-kata itu tulus keluar dari lubuk hati Yuna. Ratu bisa dengan mudah membunuh Yuna kapan saja dia mau, tetapi dia lebih memilih untuk repot sedikit mencari tubuh yang ba
“Kamu nggak takut mati karena kamu masih muda. Kamu masih belum sampai di umurku,” kata sang Ratu lirih. “Dulu aku juga mengira aku nggak takut mati. Aku nggak takut apa pun. Aku bisa menghadapi semuanya tanpa ada rasa takut. Aku bisa keluar sebagai pemenang menghadapi kesulitan apa pun. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir aku mulai sadar, kalau sebenarnya masih ada banyak banget masalah yang nggak bisa aku selesaikan. Di situ aku baru sadar. Aku nggak mau mati!”Tiba-tiba sang Ratu embali menatap Yuna dengan tegas, tetapi ada juga sedikit kepasrahan dalam dirinya.“Aku benar-benar nggak mau mati. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih ada banyak hal penting yang harus aku kerjakan. Apa kamu bisa mengerti perasaanku ini? Kamu tahu seperti apa rasanya diburu-buru tanpa waktu yang cukup?”“Aku mengerti!” jawab Yuna.“Nggak. Kamu nggak akan mengerti!” bantah sang Ratu. “Kamu mana mungkin bisa mengerti? Kamu masih muda, cantik, dan penuh energi! Kamu juga pintar, punya keluarga
Hanya saja meski sang Ratu dengan nada yang penuh perhatian menyuruh Rainie untuk beristirahat, mataya masih tak lepas dari Yuna. Rainie pun ikut melirik ke arah Yuna. Yuna sedikit pun tidak melihat Rainie, bahkan di sudut matanya pun tidak.Hal itu membuat Rainie merasa tersinggung, dia seperti diabaikan. Sejak kecil, Rainie paling tidak suka diabaikan oleh orang lain. Dengan kerja kerasnya dia ingin orang-orang melihat pencapaiannya, tetapi sekarang perasana diabaikan itu malah selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Di mana pun Yuna berada, di situlah Rainie akan terus hidup dengan perasaan itu. Dia bagaikan sebuah bayangannya Yuna yang selalu ada di sana tetapi tidak pernah dianggap.“Hari ini adalah waktu yang paling pas untuk menjalankan eksperimennya. Yang Mulia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!” kata Rainie berusaha untuk membujuk sang Ratu sebisa mungkin. Hanya dengan itu, eksperimennya akan bisa berjalan di hari itu juga, dan semuanya akan berubah.“Aku sudah
“Yang kamu bilang itu benar juga!” kata Ratu seraya menatap Rainie dan tersenyum puas.Rainie merasakan ketenangan batin melihat sang Ratu tersenyum padanya. Setidaknya itu mengartikan bahwa apa yang dia katakan itu sejalan dengan pemikiran sang Ratu. Ucapannya berhasil menarik hati Ratu dan mungkin saja Ratu bersedia mendengarkannya.“Ratu, kalau kamu masih bersikeras, aku nggak mau lagi. Aku mundur,” kata Yuna. Sudah terlanjur sampai sejauh ini, Yuna terpaksa mogok kerja untuk mendesaknya. “Aku nggak mau melakukan eksperimen yang jelas akan gagal.”Namun seketika Ratu baru mengerutkan keningnya sebentar, Rainie dengan tidak sabarnya berkata, “Kalau kamu nggak mau, biar aku saja!”“Rainie, kamu ….”“Yang Mulia, sejujurnya aku juga bisa diandalkan. Aku nggak berani mengklaim kalau aku lebih hebat dari Yuna, tapi minimal aku sudah dapat banyak penghargaan internasional. Aku mengaku waktu mengembangkan R10, aku nggak sebaik Yuna karena itu memang bukan bidang yang aku dalami. Tapi kalau
Seraya menarik napas panjang, Yuna berkata kepada sang Ratu, “Ya! Benar aku memang mau menolong anak itu, tapi apa yang aku bilang juga nggak salah! Eksperimen ini punya tingkat risiko yang tinggi, dan kamu tahu sendiri itu. Sebelumnya kita pernah membahas soal ini, bukan sekarang aku baru mengungkitnya. Kamu pasti masih ingat.”Dengan adanya Rainie yang mencoba untuk mengacaukan situasi, Yuna hana bisa menggunakan pembahasan dia dengan Ratu sebelumnya untuk membujuk dia, dengan harapan dia akan percaya dan mau berubah pikiran.Sang Ratu langsung terdiam mendengar itu, dan dia juga terlihat sedang berpikir mengingat kembali apa yang dia dan Yuna bicarakan.Melihat sang Ratu mulai terhasut, Rainie kembali berkata, “Yang Mulia, jangan percaya sama dia! Eksperimen ini memang berisiko dan persentase untuk berhasil rendah, tapi apa pun yang dia bilang tujuannya cuma untuk menolong anak itu! Jangan percaya, atau Anda yang bakal terkena tipu muslihatnya!”Di saat itu Yuna sudah meledak. Dia m
“Yang Mulia, jangan dengarkan dia. Dia penipu!”Tiba-tiba ada suara yang datang memecah situasi yang tegang itu. Yuna spontan kaget mendengarnya. Sedikit lagi dia hampir berhasil membujuk sang Ratu. Tatapan mata Ratu tampak goyah saat dia mendengar tawaran Yuna, tetapi teriakan itu justru malah membuat Ratu tersadar kembali.Ratu dan Yuna sama-sama menoleh ke asal suara itu berasal. Di sana mereka melihat Rainie yang bersembunyi di pojokan sedang berjalan mendekat ke posisi sang Ratu berada. Saat Rainie baru melangkahkan kakinya, dia dicegat oleh penjaga. Di situ dia pun berhenti dan menatap sang Ratu dengan penuh pengharapan. Sang Ratu meminta anak buahnya untuk membiarkan Rainie mendatanginya. Maka Rainie pun maju dan berdiri persis di hadapan sang Ratu, membungkuk dan berkata, “Yang Mulia, Yuna bilang begitu karena dia cuma mau menolong anak kecil itu. Sebenarnya ini nggak terburu-buru, itu cuma alasan dia saja.”“Kamu siapa?” tanya sang Ratu.“Namaku Rainie. Aku juga pernah bekerj
“Kamu nggak mau mati, tapi mereka juga sama!” kata Yuna seraya menunjuk ke meja operasi. “Apa kamu pernah berpikir kalau Nathan itu cuma anak kecil yang nggak berdosa? Dia masih muda. Kamu juga seorang ibu yang punya anak cucu. Apa kamu nggak pernah mikir kalau suatu hari mereka yang jadi korban ….”“Itu sudah nasib mereka!” kata sang Ratu menyela dengan lantang.“.…”“Yang kuat memakan yang lemah, itu sudah hukum alam. Cuma yang kuat yang layak untuk terus hidup. Bukankah begitu? Kalau negara kalian nggak cukup kuat, aku nggak perlu khawatir tentang bagaimana pendapat kalian dan menjalin relasi secara diplomatis. Kalau Yuraria kuat, aku nggak perlu berpikir apa pendapat negara lain tentang negaraku. Sama, kamu juga begitu. Kalau kamu lemah, kamu sudah mati dari dulu dan nggak akan ada di sini untuk mempertanyakan aku!”Ratu tidak merasa ada yang salah dengan dirinya. Selama ini dia begitu gigih dan berjuang mati-matian hanya untuk menjadi yang terkuat. Tanpa kekuatan, dia akan terelim
Di antara mereka justru Nathan yang begitu tidak berisik. Dia tidak menangis atau merengek, dan dengan patuhnya dituntun menuju meja operasi.Yuna merasa sakit dan sedih melihat Nathan yang masih sangat muda harus melalui semua ini. Dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang akan dia hadapi, dan tidak sadar bahwa selama ini dia hanya dianggap sebagai bahan percobaan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.Tanpa alasan yang jelas dia dirampas dari kedua orang tuanya untuk waktu yang lama. Bukan hanya tidak bisa pulang lagi ke rumahnya, dia bahkan harus menerima kematian dengan cara yang tragis.“Ratu, jangan!” kata Yuna kepada Ratu dengan suara lantang. “Kamu tahu seberapa besar risiko eksperimen ini. Mana mungkin kita biarkan eksperimennya tetap dijalankan. Cepat hentikan eksperimen ini sekarang juga!”Fred yang sudah berada di atas meja operasi juga mengangguk. Baru kali ini dia memiliki pendapat yang sama dengan Yuna. Dia berkata, “Benar! Benar! Eksperim