Usai memesan makanan, Logan kembali duduk di samping tempat tidur. Dia terus menggenggam tangan Valerie sambil berkata, “Ada lagi yang ingin kamu makan atau minum?”Suara Logan begitu lembut, sorot matanya juga sangat lembut sehingga membuat hati Valerie terasa hangat. Perempuan itu menggeleng perlahan, “Nggak usah, aku baru berapa bulan, nggak semanja itu, kok.”“Omong kosong. Wanita hamil harus merawat tubuh mereka baik-baik, sudah sepantasnya dimanjakan.”Valerie sengaja menggoda Logan ketika melihat wajahnya yang serius, “Oh, ternyata kamu perlakukan aku seperti ini karena ada anak. Kalau nggak ada anak, aku nggak akan dimanjakan lagi, kan?”“Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu jelas-jelas tahu aku nggak perlakukan kamu seperti itu ....” Logan segera menjelaskan. Begitu dia melihat mata Valerie menyipit, dia tahu perempuan itu sedang menggodanya. Dia pun mengangkat tangannya dan menepuk pipi Valerie dengan lembut, “Kamu nakal, ya. Berani-beraninya goda aku.”Setelah dibuat cekik
Meskipun Logan telah memohon dengan lembut, Valerie tetap memalingkan wajah dengan tegas dan berkata, “Tadi kamu bilang nggak akan buat aku menderita lagi. Kamu tahu, nggak? Sekarang justru masa yang paling nggak stabil. Kamu nggak peduli sama aku dan bayi dalam perut aku hanya karena keegoisanmu itu? Kalau terjadi apa-apa, kamu nggak akan merasa bersalah?”Valerie menurunkan tatapannya. Dilihat dari samping, perempuan itu terlihat sangat sedih. Logan seketika merasa ada yang menuangkan air dingin ke kepalanya, dia pun merasa kecewa.“Maaf, ini salahku. Aku yang nggak bisa mengendalikan diri. Aku nggak sepatutnya minta sama kamu.” Logan meminta maaf. Setelah berpikir sejenak, dia berdiri dan berkata, “Kamu istirahat dulu, sebentar lagi makanan datang. Aku juga mau mandi.”Usai berkata, pria itu bergegas ke kamar mandi. Sesaat kemudian, terdengar suara air yang mengalir dari dalam. Valerie tahu kalau Logan pasti sedang mandi air dingin. Pria itu menggunakan cara yang kasar dan sederhana
Pria di ujung lainnya membalas dengan cukup cepat, tapi juga sangat singkat. Hanya satu kata, “ya.”Yuna merasa senang hanya dengan melihat pria itu membalas pesannya. Dia melepaskan sepatunya dan berbaring di sofa, lalu mengirimkan pesan lagi. “Aku hari ini ke ladang bunga. Akhirnya aku menemukan apa yang aku cari.”“Cendana merah berdaun kecil?”Senyuman di wajah Yuna seketika membeku ketika dia membaca empat kata itu di layar ponselnya. Dia mengerutkan bibirnya, lalu membalas dengan kesal, “Lagi-lagi kamu sudah tahu, nggak seru.”“Barang yang masuk ke pencatatan akun.” Di ujung kalimat, pria itu menambahkan emotikon merentangkan tangan, seolah sangat tidak berdaya.Setelah menatap ponselnya selama dua detik, Yuna baru memahaminya. Maksud pria itu adalah barang yang masuk ke pencatatan akun, dia tidak mungkin tidak tahu.Memang benar, bagaimanapun itu bukan pengeluaran yang kecil. Semua harus dilaporkan dengan jelas, pastinya juga harus menuliskan barang apa yang dibeli. Selain itu,
“Omong kosong! Pak Brandon nggak mengalami kelumpuhan wajah, tentu saja dia bisa tersenyum!”“Bukan, maksudku dia benar-benar tersenyum. Asli tersenyum!”“Kalau bukan asli, memangnya bisa palsu? Hati-hati, jangan sampai Pak Brandon dengar kata-katamu. Bisa putus kepalamu.”“Maksud aku, dulu Pak Brandon tersenyum bakal buat orang merinding. Selain itu, kita yang lihat merasa pasti ada hal buruk. Tapi barusan, dia benar-benar tersenyum. Sama seperti kita orang biasa. Senyumnya begitu manis. Kamu nggak lihat? Kalian semua nggak lihat?”Orang yang berbicara itu melihat semua orang satu per satu, mencari orang yang sependapat dengannya.Yang lain hanya diam membisu. Namun, mereka sebenarnya memiliki pemikiran yang sama di dalam hati. Brandon sungguh tersenyum, bahkan senyumnya itu benar-benar agak ... aneh!***Yuna telah menunggu lama, tapi dia tak kunjung mendapat balasan dari Brandon. Dia membaca lagi isi percakapan yang membuat telinga panas itu. Setelah itu, dia pun merasa wajah memana
Logan yang telah selesai mandi air dingin keluar dari kamar mandi. Dia menjadi lebih tenang. Dia melihat Valerie yang setengah berbaring di tempat tidur dengan satu tangan terbentang. Perempuan itu sudah tertidur. Sedangkan makanan yang dia pesan ada di atas meja, sama sekali belum di sentuh.Logan memindahkan Valerie dengan lembut, agar perempuan itu berbaring dengan lebih nyaman. Tidak lupa dia menarik selimut untuk Valerie. Setelah itu, Logan baru duduk dan makan sendiri.Logan datang dengan terburu-buru, karena itu dia tidak makan dengan baik. Dia pun sudah lapar. Akhir-akhir ini, dia sibuk dengan pabrik dan laboratorium. Dia makan sering tidak tepat waktu. Selama beberapa hari ini, lambungnya tidak nyaman. Lapar atau terlalu kenyang akan membuat lambungnya sakit.Logan berhenti makan setelah mengambil beberapa suap, tidak berani makan terlalu banyak. Kemudian, dia menatap Valerie yang sedang tidur nyenyak bahkan sampai mendengkur.Setelah bersamanya begitu lama, ini sepertinya per
Valerie menggelengkan kepala dan berkata, “Mungkin karena terlalu pengap di kamar. Aku ingin keluar cari udara segar sebentar. Bagaimana kalau kamu temani aku makan di luar?”“Oke, kamu tunggu sebentar. Aku pakai baju dulu. Kamu mau makan di mana?” Logan segera berdiri sambil bertanya.Valerie menurunkan tatapannya, tampak begitu lelah, “Aku capek banget, jadi aku nggak mau pergi ke tempat yang terlalu jauh. Hotel ini ada restoran. Kita makan di restoran hotel ini saja, yuk.”“Oke.” Logan menuruti semua keinginan Valerie tanpa meragukan apa pun.Usai mengganti pakaiannya, Valerie pergi ke restoran hotel sambil menggandeng tangan Logan. Perempuan itu sedang memikirkan sesuatu. Begitu masuk, dia langsung menyapukan pandangannya ke sekeliling dan segera menemukan tempat Lawson berada. Dia tanpa sadar memegang erat-erat tangan yang dipegangnya, lalu memasang raut wajah yang tenang.“Dua orang,” kata Logan kepada pelayan restoran.Pelayan membawa mereka berdua ke dalam restoran. Valerie pur
Walaupun perempuan itu sudah memutuskan, hati kecilnya tetap tidak dapat tenang. Semenjak makanan disajikan, Valerie tidak dapat mengalihkan pandangan mata dari steak sapi yang ada di hadapannya. Perempuan itu dengan sangat sabar menggunakan pisau dan garpunya untuk memotong steak tersebut menjadi potongan-potongan kecil.Sebaliknya, kedua pria itu terlihat sangat tenang dan rileks.“Aku belum sempat berterima kasih atas bantuan Pak Lawson, yang Pak Lawson katakan tepat sekali. Kami kembali melakukan perubahan sesuai masukkan dari Bapak, ternyata hasilnya sama persis seperti sebelumnya. Sekarang pabrik sudah memulai kembali proses produksi.””Walaupun kemarin sempat terhenti selama beberapa hari, kami masih dapat mengejarnya dan yang paling penting, pelanggan dapat mengerti keterlambatan ini. Semua ini tak luput dari bantuan Bapak. Saya harus benar-benar berterima kasih kepada Pak Lawson,” ucap Logan tulus berterima kasih sambil mengangkat gelas birnya. Lawson tersenyum simpul dan ber
Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Baik kekayaan, kekuasaan maupun ketenaran, Lawson sudah memiliki semuanya. Perempuan cantik di sekitarnya pasti juga tidak terhitung banyaknya, apalagi Lawson adalah orang yang dikenalkan langsung oleh Ibunya, pastilah ini adalah orang kepercayaan dari Ibunya sendiri. Mana mungkin, Lawson akan merebut kekasihnya. Mungkin semua ini, memang Logan saja yang sudah berpikir berlebihan.Setelah berpikir demikian Logan pun jauh menjadi lebih lega. Semua kecurigaan yang sebelumnya muncul telah hilang seketika, di saat bersamaan, sebuah senyum lebar dan tulus muncul di wajah pria itu. Logan mengangkat gelasnya sambil berkata, “Terima kasih!” Lalu pria itu langsung meneguk habis bir di dalam gelasnya.Lawson balas tersenyum simpul, di balik lensa kacamatanya yang berbingkai emas, sepasang matanya bersinar penuh arti.“Oh iya, Pak Lawson rencananya akan tinggal berapa lama di sini? Apakah Bapak ada kepikiran untuk berkembang di sini?” Berhubung Logan sudah