Logan selalu merasa ada yang janggal. Namun, dari penampilan Valerie sepertinya semua baik-baik saja.Logan mengalihkan tatapannya, lalu matanya tertuju pada tempat tidur yang besar. Valerie melemparkan tasnya di atas tempat tidur itu. Karena sudah terbiasa, Valerie membiarkan isi tasnya tumpah keluar begitu saja. Ponselnya pun menongol sedikit dari dalam tas.Logan spontan melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, lalu dia berjalan ke tempat tidur dan mengambil ponsel Valerie.Valerie tidak mengubah kata sandi untuk membuka ponselnya. Logan segera membuka aplikasi Whatsapp. Dia mencari akun Lawson dan membuka kotak obrolan, tapi ternyata di dalamnya kosong melompong. Sepatah kata pun tidak ada. Tidak sampai di situ saja. Logan juga membuka galeri, tapi semuanya tampak biasa-biasa saja. SMS, riwayat panggilan ....Semua yang bisa dia pikirkan telah dia cari dengan teliti. Namun, semua sangat bersih, tidak ada jejak sama sekali.Apakah memang dia yang terlalu banyak berpikir?Logan
Usai memesan makanan, Logan kembali duduk di samping tempat tidur. Dia terus menggenggam tangan Valerie sambil berkata, “Ada lagi yang ingin kamu makan atau minum?”Suara Logan begitu lembut, sorot matanya juga sangat lembut sehingga membuat hati Valerie terasa hangat. Perempuan itu menggeleng perlahan, “Nggak usah, aku baru berapa bulan, nggak semanja itu, kok.”“Omong kosong. Wanita hamil harus merawat tubuh mereka baik-baik, sudah sepantasnya dimanjakan.”Valerie sengaja menggoda Logan ketika melihat wajahnya yang serius, “Oh, ternyata kamu perlakukan aku seperti ini karena ada anak. Kalau nggak ada anak, aku nggak akan dimanjakan lagi, kan?”“Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu jelas-jelas tahu aku nggak perlakukan kamu seperti itu ....” Logan segera menjelaskan. Begitu dia melihat mata Valerie menyipit, dia tahu perempuan itu sedang menggodanya. Dia pun mengangkat tangannya dan menepuk pipi Valerie dengan lembut, “Kamu nakal, ya. Berani-beraninya goda aku.”Setelah dibuat cekik
Meskipun Logan telah memohon dengan lembut, Valerie tetap memalingkan wajah dengan tegas dan berkata, “Tadi kamu bilang nggak akan buat aku menderita lagi. Kamu tahu, nggak? Sekarang justru masa yang paling nggak stabil. Kamu nggak peduli sama aku dan bayi dalam perut aku hanya karena keegoisanmu itu? Kalau terjadi apa-apa, kamu nggak akan merasa bersalah?”Valerie menurunkan tatapannya. Dilihat dari samping, perempuan itu terlihat sangat sedih. Logan seketika merasa ada yang menuangkan air dingin ke kepalanya, dia pun merasa kecewa.“Maaf, ini salahku. Aku yang nggak bisa mengendalikan diri. Aku nggak sepatutnya minta sama kamu.” Logan meminta maaf. Setelah berpikir sejenak, dia berdiri dan berkata, “Kamu istirahat dulu, sebentar lagi makanan datang. Aku juga mau mandi.”Usai berkata, pria itu bergegas ke kamar mandi. Sesaat kemudian, terdengar suara air yang mengalir dari dalam. Valerie tahu kalau Logan pasti sedang mandi air dingin. Pria itu menggunakan cara yang kasar dan sederhana
Pria di ujung lainnya membalas dengan cukup cepat, tapi juga sangat singkat. Hanya satu kata, “ya.”Yuna merasa senang hanya dengan melihat pria itu membalas pesannya. Dia melepaskan sepatunya dan berbaring di sofa, lalu mengirimkan pesan lagi. “Aku hari ini ke ladang bunga. Akhirnya aku menemukan apa yang aku cari.”“Cendana merah berdaun kecil?”Senyuman di wajah Yuna seketika membeku ketika dia membaca empat kata itu di layar ponselnya. Dia mengerutkan bibirnya, lalu membalas dengan kesal, “Lagi-lagi kamu sudah tahu, nggak seru.”“Barang yang masuk ke pencatatan akun.” Di ujung kalimat, pria itu menambahkan emotikon merentangkan tangan, seolah sangat tidak berdaya.Setelah menatap ponselnya selama dua detik, Yuna baru memahaminya. Maksud pria itu adalah barang yang masuk ke pencatatan akun, dia tidak mungkin tidak tahu.Memang benar, bagaimanapun itu bukan pengeluaran yang kecil. Semua harus dilaporkan dengan jelas, pastinya juga harus menuliskan barang apa yang dibeli. Selain itu,
“Omong kosong! Pak Brandon nggak mengalami kelumpuhan wajah, tentu saja dia bisa tersenyum!”“Bukan, maksudku dia benar-benar tersenyum. Asli tersenyum!”“Kalau bukan asli, memangnya bisa palsu? Hati-hati, jangan sampai Pak Brandon dengar kata-katamu. Bisa putus kepalamu.”“Maksud aku, dulu Pak Brandon tersenyum bakal buat orang merinding. Selain itu, kita yang lihat merasa pasti ada hal buruk. Tapi barusan, dia benar-benar tersenyum. Sama seperti kita orang biasa. Senyumnya begitu manis. Kamu nggak lihat? Kalian semua nggak lihat?”Orang yang berbicara itu melihat semua orang satu per satu, mencari orang yang sependapat dengannya.Yang lain hanya diam membisu. Namun, mereka sebenarnya memiliki pemikiran yang sama di dalam hati. Brandon sungguh tersenyum, bahkan senyumnya itu benar-benar agak ... aneh!***Yuna telah menunggu lama, tapi dia tak kunjung mendapat balasan dari Brandon. Dia membaca lagi isi percakapan yang membuat telinga panas itu. Setelah itu, dia pun merasa wajah memana
Logan yang telah selesai mandi air dingin keluar dari kamar mandi. Dia menjadi lebih tenang. Dia melihat Valerie yang setengah berbaring di tempat tidur dengan satu tangan terbentang. Perempuan itu sudah tertidur. Sedangkan makanan yang dia pesan ada di atas meja, sama sekali belum di sentuh.Logan memindahkan Valerie dengan lembut, agar perempuan itu berbaring dengan lebih nyaman. Tidak lupa dia menarik selimut untuk Valerie. Setelah itu, Logan baru duduk dan makan sendiri.Logan datang dengan terburu-buru, karena itu dia tidak makan dengan baik. Dia pun sudah lapar. Akhir-akhir ini, dia sibuk dengan pabrik dan laboratorium. Dia makan sering tidak tepat waktu. Selama beberapa hari ini, lambungnya tidak nyaman. Lapar atau terlalu kenyang akan membuat lambungnya sakit.Logan berhenti makan setelah mengambil beberapa suap, tidak berani makan terlalu banyak. Kemudian, dia menatap Valerie yang sedang tidur nyenyak bahkan sampai mendengkur.Setelah bersamanya begitu lama, ini sepertinya per
Valerie menggelengkan kepala dan berkata, “Mungkin karena terlalu pengap di kamar. Aku ingin keluar cari udara segar sebentar. Bagaimana kalau kamu temani aku makan di luar?”“Oke, kamu tunggu sebentar. Aku pakai baju dulu. Kamu mau makan di mana?” Logan segera berdiri sambil bertanya.Valerie menurunkan tatapannya, tampak begitu lelah, “Aku capek banget, jadi aku nggak mau pergi ke tempat yang terlalu jauh. Hotel ini ada restoran. Kita makan di restoran hotel ini saja, yuk.”“Oke.” Logan menuruti semua keinginan Valerie tanpa meragukan apa pun.Usai mengganti pakaiannya, Valerie pergi ke restoran hotel sambil menggandeng tangan Logan. Perempuan itu sedang memikirkan sesuatu. Begitu masuk, dia langsung menyapukan pandangannya ke sekeliling dan segera menemukan tempat Lawson berada. Dia tanpa sadar memegang erat-erat tangan yang dipegangnya, lalu memasang raut wajah yang tenang.“Dua orang,” kata Logan kepada pelayan restoran.Pelayan membawa mereka berdua ke dalam restoran. Valerie pur
Walaupun perempuan itu sudah memutuskan, hati kecilnya tetap tidak dapat tenang. Semenjak makanan disajikan, Valerie tidak dapat mengalihkan pandangan mata dari steak sapi yang ada di hadapannya. Perempuan itu dengan sangat sabar menggunakan pisau dan garpunya untuk memotong steak tersebut menjadi potongan-potongan kecil.Sebaliknya, kedua pria itu terlihat sangat tenang dan rileks.“Aku belum sempat berterima kasih atas bantuan Pak Lawson, yang Pak Lawson katakan tepat sekali. Kami kembali melakukan perubahan sesuai masukkan dari Bapak, ternyata hasilnya sama persis seperti sebelumnya. Sekarang pabrik sudah memulai kembali proses produksi.””Walaupun kemarin sempat terhenti selama beberapa hari, kami masih dapat mengejarnya dan yang paling penting, pelanggan dapat mengerti keterlambatan ini. Semua ini tak luput dari bantuan Bapak. Saya harus benar-benar berterima kasih kepada Pak Lawson,” ucap Logan tulus berterima kasih sambil mengangkat gelas birnya. Lawson tersenyum simpul dan ber
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F
“Jangan menakut-nakuti aku!” bentak Fred spontan seraya memegangi perutnya.“Aku nggak menakut-nakuti, sebentar lagi kamu bakal merasakannya langsung,” kata Yuna sembari tersenyum dan mengatur posisi duduknya. “Gimana, sudah kamu pikirkan? Jadi kesepakatan kita ini masih berlaku atau sudah nggak berlaku? Aku sudah capek, mau istirahat.”Fred menatap Yuna dengan serius seolah sedang mengukur apakah Yuna jujur atau berbohong. Namun sampai saat ini pun dia masih tidak bisa membedakannya. Harus diakui Yuna memang sangat cerdik. Sebelumnya Fred berpikir paling dia hanya menggertak saja, tetapi dengan segera dia tertampar oleh kenyataan bahwa dia memang keracunan. Dan lebih parahnya, Fred tidak tahu apakah kali ini Yuna serius atau hanya berbohong. Tangan Fred yang memegangi perutnya makin menegang. Dia bisa merasakan rasa sakitnya sebentar lagi akan kembali. Keringat dingin pun sudah membasahi wajahnya.Haruskah dia bertaruh?“Oke! Sesuai permintaanmu, aku bakal meminta anak buahku untuk m
Fred berhenti dan membalikkan badannya menunggu apa yang akan Yuna katakan padanya.“Kenapa?”“Hmm?”“Bisa kasih tahu aku apa alasannya kamu nggak mau membebaskan Nathan? Buat kamu Nathan sudah nggak ada gunanya lagi, jadi untuk apa ….”Fred langsung menyela pembicaraan sebelum Yuna selesai berbicara. Dia mungkin tidak mau terus memperdebatkan masalah ini dan yakin kalau Yuna tidak akan bisa melarikan diri dari tempat ini, jadi dia langsung saja mengatakan alasannya. “Anak itu masih punya kegunaan lain, jadi kamu nggak usah terus berharap. Aku nggak akan membebaskan dia! Begini saja, kamu dan dia nggak mungkin aku bebaskan, tapi kalau kamu ada permintaan lain, silakan, ngomong saja.”Fred menghela napasnya yang berat sambil memegangi dadanya yang sesak. Sakit di tubuhnya tampak sangat nyata. Jika bukan karena rasa sakitnya itu, dia tidak akan membuka dialog dengan Yuna, dan kesempatan ini tidak akan ada. Yuna merasa perkataannya tadi sedikit aneh, tetapi dia tidak sempat untuk berpikir