Orang itu sudah pasti bukan Profesor Delon. Siapa dia?Seketika terlintas wajah Rainie di benak Chermiko. Pekerja wanita di laboratorium tidaklah banyak. Bisa bergadang di jam segini dan mengenakan sepatu hak tinggi, sepertinya hanya Rainie saja.Kenapa Rainie mencari Profesor Delon pada saat seperti ini?Entah apa yang dipikirkan Chermiko. Dia pun langsung melangkah mundur dan menutup pintu ruangan.Baru saja Chermiko menutup pintu ruang istirahat, suara sepatu hak tinggi memasuki ruang kantor Delon. Kemudian, terdengar suara langkah kaki orang lain. “Pak Delon, tadi kamu juga dengar sendiri apa kata Bos. Aku sarankan pemikiranmu jangan terlalu konservatif. Proyek ini sudah dikembangkan hingga tahap ini, nggak bisa dihentikan sesukamu saja. Lagi pula, kamu juga sudah lihat hasil penelitiannya. Jangan-jangan kamu nggak ingin lihat penelitianmu ini berhasil?”Wanita itu memang adalah Rainie. Hanya saja, apa yang sedang dikatakan Rainie?Bos? Berhenti? Siapa yang ingin menghentikan pene
Belum sempat Chermiko mencerna omongan mereka, terdengar suara sinis Rainie dari luar sana. Dia seolah-olah sedang memperingati Delon saja. “Pak Delon, nggak masalah kalau pemikiranmu tertutup, soalnya kamu juga sudah berumur, ‘kan? Tapi kamu harus mengerti satu hal. Penelitian ini bukan milik kamu seorang diri saja. Nggak mungkin kamu bisa menghentikannya, apalagi memilih untuk mundur. Kamu berbeda dengan Yuna. Terlalu banyak yang sudah kamu ketahui!”Chermiko tidak mendengar balasan dari Delon. Hanya terdengar suara hela napas yang sangat panjang saja.Sepertinya Delon sungguh kehabisan akal. Hanya saja, hal yang paling mengejutkan Chermiko adalah tak disangka Rainie berani berbicara seperti ini terhadap Delon, dia bahkan berani mengancam Delon. Sebenarnya siapa “bos” yang mereka maksud? Apa masih ada bos lain lagi selain investor? Tetiba Chermiko merasa dirinya tidak mengetahui apa-apa soal penelitian.Padahal Chermiko sudah melakukan penelitian dalam waktu panjang. Dia mengira keb
Pencahayaan di dalam ruangan menjadi terang dalam seketika. Keberadaan Chermiko pun terpampang jelas di hadapan Delon.“Kamu ….” Delon terkejut hingga kedua mata terbuka lebar. Dia sungguh tidak menyangka Chermiko akan berada di sini.“Pak Delon, aku!” Suara Chermiko terdengar kecil. Dia langsung menunjukkan isyarat tangan di depan mulutnya. Dia sungguh takut akan kedengaran oleh Rainie. Bagaimana jika Rainie kembali nantinya? Semuanya akan semakin merepotkan.“Cher … Chermiko?” Untung saja Delon mengecilkan suaranya. Dia juga tidak bermaksud untuk menjerit.“Pak Delon, ini aku, Chermiko,” ulang Chermiko sekali ini. “Heh ….” Delon menghela napas, lalu melihat ke luar ruangan. Kemudian, dia segera masuk dan mengunci pintu kamar. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Aku ….” Chermiko tersenyum getir. Kenapa Chermiko bisa ada di sini? Chermiko sendiri juga ingin tahu kenapa dirinya bisa ada di sini dan mendengar semua yang tidak seharusnya dia dengar!Chermiko menepuk-nepuk dadanya. Saat ini,
“Jangan!”Setelah mendengar ucapan ini, Delon yang dari tadi membelakanginya langsung membalikkan tubuhnya. Dia mengira Chermiko telah mengeluarkan ponsel untuk melapor polisi.Namun setelah melihat hanya terdapat tabung di tangan Chermiko, Delon langsung menghela napas lega.Sikap Delon membuat Chermiko mengerti. “Pak Delon, apa benar mereka mengancammu? Kamu itu senior, penelitian ini juga adalah jerih payahmu. Kita tahu tujuan awal penelitianmu ini baik. Seandainya mereka benar-benar ingin melakukan hal ilegal, kita serahkan kepada polisi saja. Biar polisi saja yang menghukum mereka!”“Semuanya tidak segampang yang kamu pikirkan! Kamu masih muda, kamu tidak tahu betapa seriusnya masalah ini.” Delon mendorong Chermiko dengan kedua tangannya. “Pergilah! Cepat tinggalkan tempat ini. Jangan datang untuk sementara waktu ini! Aku akan meliburkan kamu. Kamu tidak usah ikut campur dalam masalah penelitian lagi!”“Mana mungkin aku tidak ikut campur!” Chermiko semakin keras kepala lagi. “Pak
Delon terdiam.“Semua itu hanyalah proyek nggak berguna. Apa? Mengurangi penderitaan pengguna? Kalau benar-benar ingin terlepas dari penderitaan, ya mati saja? Setelah mati, mereka pun nggak akan menderita lagi!” ucap Rainie dengan acuh tak acuh.Chermiko sungguh syok! Sebagai seseorang yang menggeluti dunia pengobatan, kenapa Rainie bisa berbicara seperti ini? Kenapa darahnya dingin sekali?Rainie mendorong Delon ke samping, lalu berjalan ke hadapan Chermiko. “Awalnya aku nggak peduli kamu ingin bergabung dengan proyekku atau nggak. Tapi berhubung kamu sendiri ingin terlibat dalam masalah ini, kamu pun nggak diperbolehkan untuk pergi lagi! Gimana? Kamu mau bergabung, ‘kan?”Chermiko merasa sangat asing dengan wanita di hadapannya. Sebelumnya dia merasa Rainie cukup imut dan pintar. Namun sekarang, ternyata tersembunyi seorang iblis di balik paras indahnya.“Kalau proyek itu membahayakan nyawa manusia, maaf, aku tidak akan bergabung!” balas Chermiko dengan tegas.Rainie pun tersenyum.
“Berhenti!”Tetiba tangan Chermiko ditarik. Rainie menghalangi langkahnya. Dia berhenti di tempat, lalu mengangkat sedikit kepalanya. Raut wajahnya terlihat sangat dingin. “Pergi begitu saja? Berhubung kamu sudah tahu masalah ini. Apa kamu masih bisa pergi?”“Kenapa? Apa kamu ingin halangi aku?” Chermiko menunduk melihat tangan yang ditarik si wanita. Tangan si wanita putih dan juga mulus. Kuku juga dipotong dengan sangat rapi. Sayangnya, tangan yang indah itu malah melakukan hal yang busuk.Chermiko mencoba untuk memutar pergelangan tangannya. Alhasil Rainie pun melonggarkannya. Dia tahu Rainie tidak seperti Yuna yang menguasai seni bela diri. Dia hanyalah wanita biasa saja. Jika Chermiko hendak pergi, tidak ada yang bisa menghalanginya, kecuali masih ada orang lain yang ingin menghalangi langkahnya. Chermiko melengkungkan ujung bibirnya ke atas. Dia cukup familier dengan tempat ini. Jadi, tidaklah sulit baginya untuk melarikan diri.“Dengan kekuatanmu?” Chermiko tersenyum. Tetiba di
“Tutup mulutmu!” Tetiba emosi Rainie membeludak. Dia mengangkat tangannya melayangkan tamparan keras. “Masalah ini nggak ada hubungannya sama kamu!”Selesai menampar, pikiran Rainie semakin jernih lagi. Dia berkata dengan tersenyum sinis, “Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh coba!”Sebenarnya Chermiko juga sedang bertaruh. Dia merasa senjata di tangan Rainie bukanlah barang asli. Dia pasti mengeluarkannya demi menakuti Chermiko saja.Di mana mereka sekarang? Mereka sedang berada di laboratorium! Mereka sedang berada di negara hukum!Seandainya Rainie benar-benar menembak dan membunuhnya, masalah ini pasti akan menjadi heboh. Sebab, sekarang sudah waktunya masuk kerja. Rekan kerja lainnya pasti sedang perjalanan ke laboratorium. Apa mungkin Rainie membunuh mereka semua?Chermiko tidak percaya semua anggota laboratorium yang lain mengetahui motif asli mereka. Dengan berpikir seperti ini, Chermiko pun membulatkan tekadnya, lalu melirik Rainie yang berada di samping sembari tersenyum. “Ay
Rainie melihat Chermiko sekilas, lalu tersenyum.Senyuman di wajah Rainie sangatlah cerah. Ketika kepikiran dengan kesadisan Rainie tadi, Chermiko pun merasa merinding ketakutan.“Sekarang kamu ingin bergabung?” tanya Rainie dengan perlahan. Dia tidak lagi tersenyum. “Sudah terlambat!”Disusul, Rainie berdiri, lalu menunduk untuk menatapnya. Dia berkata dengan dingin, “Kurung dia! Tunggu perintah Bos!”Delon yang bagai transparan itu belum sempat merespons. Namun ketika dihadapkan dengan tatapan sinis Rainie, Delon baru tersadar dari bengongnya. “Aku? Oh, oh ….”Delon berjalan maju sembari mengerutkan keningnya. Hanya saja, sepertinya agak sulit bagi Delon yang sudah berumur untuk menyeret Chermiko yang berat itu meski dia sedang terluka.“Bukan kamu!” Rainie menepuk-nepuk tangannya. Dalam sesaat, beberapa orang berjubah praktikum dan bermasker muncul di hadapan mereka semua.Mereka berjalan maju lekas menggotong Chermiko ke ujung koridor.“Sebentar!” Tiba-tiba Rainie bersuara.Rainie
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us