Rainie melihat Chermiko sekilas, lalu tersenyum.Senyuman di wajah Rainie sangatlah cerah. Ketika kepikiran dengan kesadisan Rainie tadi, Chermiko pun merasa merinding ketakutan.“Sekarang kamu ingin bergabung?” tanya Rainie dengan perlahan. Dia tidak lagi tersenyum. “Sudah terlambat!”Disusul, Rainie berdiri, lalu menunduk untuk menatapnya. Dia berkata dengan dingin, “Kurung dia! Tunggu perintah Bos!”Delon yang bagai transparan itu belum sempat merespons. Namun ketika dihadapkan dengan tatapan sinis Rainie, Delon baru tersadar dari bengongnya. “Aku? Oh, oh ….”Delon berjalan maju sembari mengerutkan keningnya. Hanya saja, sepertinya agak sulit bagi Delon yang sudah berumur untuk menyeret Chermiko yang berat itu meski dia sedang terluka.“Bukan kamu!” Rainie menepuk-nepuk tangannya. Dalam sesaat, beberapa orang berjubah praktikum dan bermasker muncul di hadapan mereka semua.Mereka berjalan maju lekas menggotong Chermiko ke ujung koridor.“Sebentar!” Tiba-tiba Rainie bersuara.Rainie
Ruang bawah tanah ini sangatlah kosong, membuat Chermiko merasa sedikit takut. Dia meraba-raba tubuhnya sendiri, lalu mengeluarkan sebuah korek api, pisau buah, gunting kuku, dan juga … sampel yang baru berhasil ditelitinya.Terima kasih ya Tuhan membiarkan Chermiko memiliki kebiasaan membawa pisau buah ke mana-mana. Pisau itu sangatlah berguna pada saat seperti ini.Chermiko menyobek celananya dengan pisau, lalu melihat bagian yang terkena tembakan. Darah memang sudah mengering, tetapi luka itu terlihat begitu mengerikan. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya Chermiko mengalami luka tembakan.Dulu, saat Chermiko masih menjadi dokter, pernah sekali dia mengobati seorang anggota mafia yang sadis. Meskipun tertembak, dia juga tidak mau pergi ke rumah sakit. Dalam suatu kebetulan, Chermiko membantu mengeluarkan peluru dari tubuh pasien, menyelamatkan nyawanya.Chermiko hampir saja melupakan masalah itu. Tidak pernah terbayangkan bahwa suatu hari nanti dia akan mengeluarkan peluru dari tu
Rainie sedang duduk bersandar di dalam ruang kerja pribadinya. Saat dia baru memejamkan mata hendak beristirahat, terdengar suara getar ponsel.Biasanya Rainie selalu mengatur mode getar ketika melakukan eksperimen. Dia berdiri, pergi mencari ponselnya. Alhasil, tidak ditemukan satu pun panggilan maupun pesan dari ponselnya.Suara getar masih tak berhenti. Rainie memalingkan kepalanya untuk mencari. Pada akhirnya dia mengeluarkan ponsel lainnya dari saku jaket. Dia baru teringat bahwa ponsel Chermiko sedang berada di tangannya.Terlintas tulisan “Kakek Juan” di atas tampilan ponselnya. Rainie berpikir beberapa saat, pada akhirnya dia memilih untuk mengangkat teleponnya.Setelah panggilan tersambung, Juan tidak langsung berbicara. Setiap kalinya dia terbiasa untuk mendengar sanjungan Chermiko dulu. Jadi, dia tidak bersuara sama sekali, menunggu sapaan dari Chermiko.Namun, Rainie tidak tahu pemikiran Juan. Dia pun tidak berbicara, menunggu pihak lawan duluan bersuara.Dalam seketika, su
Hanya saja, apa benar Yovi sepolos penampilannya? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan di rumah? Kenapa dia bisa membuka gembok dengan mahirnya?Yuna membalikkan kepala melihat putranya yang berbaring di atas ranjang. Si kecil sedang tidur dengan pulasnya, seolah-olah semua masalah di dunia ini tidak ada hubungan dengan dirinya.Setelah itu, Yuna pergi menyelimuti Kenzi, lalu mengatur posisi kamera CCTV.Sebelumnya tidak dipasang kamera CCTV di dalam kamar anak. Hanya saja, setelah menyadari kemungkinan ada masalah dengan Yovi, Yuna pun langsung memasangnya.Awalnya Yuna berpikir untuk mengawasi Yovi dulu, baru memutuskan bagaimana menghukumnya. Namun sekarang ada begitu banyak masalah yang datang menyerbu, dimulai dari masalah penelitian di laboratorium, Brandon, dan mungkin ada mara bahaya yang masih tidak diketahui. Yuna ingin pergi ke Asia Selatan, tetapi dia tidak tenang untuk meninggalkan anaknya. Sepertinya akan lebih baik jika Yuna mencari alasan untuk memecat Yovi saja.Ketik
Yuna menarik tangan Stella, lalu membawanya duduk di sofa. Dia menuangkan minuman dingin untuk Stella supaya Stella bisa menenangkan dirinya.Stella tidak ingin meminumnya, tetapi di bawah paksaan Yuna, dia membiarkan Stella menggenggam gelas minuman itu. Rasa dingin seketika menjalar dari telapak tangan Stella. Rasa gelisah di hatinya seketika mulai menghilang. Hanya saja, dia masih tak berhenti menangis.“Kak Yuna, boleh nggak kamu beri tahu aku, sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Frans? Apa pun yang terjadi sama dia, aku pasti bisa menerimanya. Aku … hanya ingin tahu kabarnya saja. Kamu beri tahu aku, ya! Beri tahu aku, ya!” Stella sungguh emosional saat ini. Bahkan, air mata tak berhenti mengalir.Melihat sosok Stella yang seperti ini, Yuna juga tidak tahu bagaimana cara menenangkannya. Dia terpaksa menghela napas dengan ringan. “Jujur saja, aku sendiri juga nggak tahu.”“Mana mungkin? Frans, dia selalu bersama Pak Brandon. Apa Pak Brandon ada bilang ….”“Nggak!” sela Yuna. D
“Kamu tenang dulu!” Kedengarannya Yuna sedang membujuk Stella. Namun sebenarnya Yuna sedang berusaha menenangkan diri sendiri.Hati Yuna sungguh bergejolak saat ini. Bahkan janin di dalam kandungannya juga bisa merasakannya dan ikut bergerak. Yuna mengusap perut untuk menenangkan janinnya, lalu berkata dengan menghirup napas dalam-dalam. “Biar aku lihat sebentar!”Yuna melihat cincin di tangan Stella dan kulit manusia di dalam saputangan dengan saksama, lalu menciumnya. “Kamu ditipu.”Stella terdiam di tempat.“Ini bukan punya Frans!” ucap Yuna dengan pasti. Dia lalu menjelaskan, “Ini bukan kulit manusia, melainkan kulit hewan.”“Kulit hewan?” Stella terkejut hingga kedua mata terbuka lebar. Dia memeriksa “kulit manusia” itu kembali dan bertanya dengan kaget, “Apa benar ini kulit hewan? Tapi aku rasa kulit ini mirip banget sama kulit manusia. Tulisan di atasnya mirip dengan tato di tubuh Frans.”“Tato bisa ditiru. Kulit ini juga dibuat hingga mirip dengan kulit manusia. Kulit seperti i
“Kamu jangan panik dulu.” Yuna menekan punggung tangan Stella, lalu berkata dengan suara ringan, “Berhubung kulit ini kulit palsu, itu berarti pengirim barang ini nggak benar-benar melukai Frans. Belum pasti Frans ada di tangannya. Bisa jadi dia memungut cincin ini dari suatu tempat. Frans pintar dalam melindungi diri sendiri. Meski dia nggak sanggup melawan mereka, dia pasti bisa melindungi diri sendiri.”“Kalaupun Frans benar-benar ada di tangan mereka. Mereka nggak usah mengirim barang palsu ini untuk menakutimu.” Yuna menggoyang kulit hewan di tangannya. Tidak dipungkiri, tekstur dari kulit hewan ini memang sungguh mirip dengan kulit manusia, wajar kalau Stella tertipu.“Emm.” Setelah mendengar analisis Yuna, Stella merasa semuanya sungguh masuk akal. “Iya, Frans baik-baik saja. Dia pasti baik-baik saja! Tapi Kak Yuna, kamu janji sama aku, biarkan aku ikut ke Asia Selatan.”“Apa kamu tahu gimana kondisi Asia Selatan saat ini?”“Ngapain kamu ke sana?” potong Yuna.“Buat cari Frans!
Yuna menghibur Stella sejenak, baru menyuruhnya pulang. Saat Yuna kembali ke rumah, tampak Yovi sedang berdiri di dalam ruang tamu.Entah sejak kapan Yovi berdiri di sana, Yuna bahkan tidak merasakannya sama sekali.Melihat sosok Yovi, Yuna yakin dia ingin mengatakan sesuatu. Dia melirik Yovi sekilas, lalu berjalan duduk di sofa. “Katakanlah! Apa yang ingin kamu katakan?”Yovi memiringkan tubuhnya, lalu berbicara sembari berhadapan dengan Yuna. “Bukannya Nyonya yang ingin bicara sama aku?”Tangan Yuna yang sedang memegang gelas pun terhenti. Beberapa saat kemudian, Yuna menyesap teh dengan perlahan. “Oh? Apa ada yang ingin aku bicarakan sama kamu?”“Apa tidak ada?” Suara Yovi terdengar sangat rendah. Dia menunduk dengan menggenggam kedua tangannya. “Kamu itu sangat pintar.” Yuna meletakkan gelasnya, lalu menatap Yovi. Dia menggeser tubuhnya, lalu menaruh bantal di belakang pinggangnya. “Aku nggak ingin mengatakan apa-apa. Aku lebih ingin dengar omonganmu.”“Apa yang ingin didengar Nyo
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us