Tingkah mendadak Yovi membuat Yuna terbengong di tempat. Hanya saja, dia tidak menghalangi Yovi, melainkan hanya melihat dia berlutut di tempat.“Maaf, aku nggak bermaksud untuk ngajar yang nggak-nggak sama Den Kenzi. Tapi dia terlalu pintar. Dia itu anak terpintar yang pernah aku temui. Kalau gara-gara masalah ini, Nyonya merasa aku nggak cocok untuk menjaga Den, aku bisa mengundurkan diri,” ucap Yovi dengan menunduk. Dia seperti sedang mengakui kesalahannya saja.“Aku nggak lagi salahin kamu,” balas Yuna. Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Hanya saja … apa kamu kira ini yang ingin aku dengar?”“Jadi, Nyonya ingin dengar apa lagi?” Yovi mengangkat kepalanya menatap majikannya dengan syok. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud Yuna.Yuna tidak berbicara, melainkan hanya menatap mata Yovi saja. Dapat terasa tatapan tulus dan bingung dari kedua matanya. Sepertinya Yovi benar-benar tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Yuna. Dia juga tidak kelihatan ingin mengelak.Tatapan kedua or
Suara sepatu hak tinggi terdengar nyaring. Chermiko memang tidak bisa melihat wajah orang tersebut, tetapi dia bisa menebak siapa orangnya.Chermiko mengangkat kepalanya. Dia hanya bisa melihat bayangan yang buram. Suara langkah kaki terdengar semakin keras.Rainie mengenakan sepatu dengan hak tinggi yang sangat tipis. Dia berjalan ke hadapan Chermiko, lalu berjongkok sembari menyerahkan sebotol air dan roti untuknya.Rainie tidak bersuara sama sekali. Dia hanya memalingkan kepalanya untuk mengamati sosok Chermiko. Saat melihat bagian kaki yang terluka terikat kain, dia spontan tertawa.“Hampir saja aku lupa kamu bisa mengobati dirimu sendiri. Gimana? Apa kamu sudah mengeluarkan pelurumu?” Suara tawa di tempat yang gelap ini terasa sangat mengerikan.“Aku juga tidak menyangka seorang mahasiswi unggul tamatan ilmu kedokteran akan melakukan hal yang melanggar hati nurani!” Chermiko mendengus dingin, lalu berkata dengan nada menyindir.“Bagus, ternyata kamu masih ada tenaga untuk marah, i
“Jadi, maksudmu, adik sepupumu itu adalah kelinci percobaanmu?” tanya Chermiko dengan kaget.Rainie membalas, “Malahan dia seharusnya merasa bangga lantaran bisa menjadi kelinci percobaanku! Kalau bukan karena dia memiliki papa yang berkuasa, memangnya dia bisa dibandingkan sama aku!”Dari ucapan Rainie tadi, Chermiko dapat mencium bau … cemburu?Rasa cemburu, dengki, dan dendam! Setiap ucapan yang dilontarkan Rainie penuh dengan amarah. Dia memang membenci Bella!“Kamu iri dengan adik sepupumu itu?” Terlintas pemikiran ini di benak Chermiko.“Aku? Iri sama dia?” Suara Rainie terdengar melengking. Tetiba dia membalikkan badannya berjalan kembali ke sisi Chermiko. Rainie langsung membungkukkan tubuhnya mencengkeram kerah pakaian Chermiko.“Aku lebih pintar daripada dia dan juga lebih cantik daripada dia! Bahkan, postur tubuhku juga lebih bagus daripada dia. Aku lebih unggul berkali-kali lipat dari dia. Untuk apa aku cemburu sama dia? Apa kamu gila!”“Karena ….” Ketika melihat ekspresi g
Chermiko mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. Dia tersenyum lantaran merasa dirinya sangat bodoh dan lugu. Setelah itu, Chermiko membuat tutup botol di tangannya. Dia mencium aroma cairan itu.Aroma yang menyegarkan itu membuat hati yang gelisah menjadi lebih tenang. Ini adalah hasil dari eksperimennya sendiri. Chermiko sungguh tidak menyangka dirinya akan menggunakan hasil penelitian itu pada dirinya sendiri.Selain meredakan kegelisahan dan memberikan ketenangan batin, rasa sakit yang dirasakan juga mulai berkurang. Hingga saat ini, tidak ada efek lain yang signifikan. Tutup botol kembali ditutup. Kedua matanya seketika menjadi muram.Pada saat ini, pintu ruangan kembali terbuka. Hanya saja, kali ini tidak terdengar suara sepatu hak tinggi, langkah kakinya terdengar bagai dilambatkan saja. Chermiko spontan menyandarkan tubuh di balik dinding. Dia menyipitkan matanya lantaran tidak bisa melihat dengan jelas. “Siapa?”“Stt!” Ketika orang itu berjalan ke hadapan Chermiko, dia baru bi
Delon menatap Chermiko dengan tatapan kaget. “Tidak! Tidak! Tidak boleh!”Ucapan Delon terbata-bata. Sepertinya dia sungguh kaget saat ini.Chermiko malah tersenyum. Tentu saja dia tahu Delon tidak berani melepaskannya. Saat Chermiko mencoba untuk melarikan diri tadi, Delon hanya berdiri di tempat dan tidak bersuara sama sekali. Jadi, mana mungkin Delon berani untuk melepaskannya sekarang?Lagi pula, meskipun Delon benar-benar membukakan pintu ini, Chermiko juga tahu ada banyak orang yang menjaga di luar sana. Sepertinya selain terbang, Chermiko tidak akan bisa meninggalkan laboratorium ini.Menjengkelkan sekali!Chermiko malah dikurung di sini! Ketika kepikiran kerja kerasnya hingga bergadang demi penelitian ini, dia merasa dirinya sangat bodoh.Seandainya saja Chermiko menguasai seni bela diri seperti yang di dalam TV, seperti terbang ke atas genteng atau … karate!Tetiba Chermiko kepikiran dengan teknik menotok yang dilakukan Yuna waktu itu. Betul! Yuna bisa ilmu bela diri!Kedua ma
“Emm ….” Profesor Delon merasa agak ragu. Kemudian, terdengar suara Chermiko, “Pak Delon, aku tahu pasti ada orang yang lagi memantaumu. Kalau kamu lapor polisi, sepertinya kamu akan dalam bahaya. Aku tahu tidaklah mungkin kalau kamu mencari anggota keluargaku. Jadi, Yuna adalah pilihan yang tepat. Dia punya hubungan erat dengan penelitian ini. Kamu boleh mengatakan kamu ingin tukar pikiran dengan Yuna atau ada sedikit masalah dengan data sebelumnya. Sepertinya tidak akan ada yang mencurigaimu kalau kamu mencarinya.”“Yuna menguasai seni bela diri. Suaminya itu Brandon. Keluarga Setiawan memiliki kekuasaan yang sangat besar di ibu kota. Hanya Yuna yang bisa membantuku dan membantumu!”Entah karena roti atau air itu, pikiran Chermiko menjadi sangat jernih sekarang.Melihat raut wajah Delon, Chermiko melepaskan lengan yang mengapit lehernya, lalu berusaha untuk membujuknya, “Pak Delon, aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan penelitian kalian. Berhubung kamu tidak boleh mengata
Mobil melaju ke dalam vila. Mereka mulai masuk ke jalan yang agak terpencil, tidak tampak ada kendaraan lain di jalan itu.Yuna mengendarai mobil dengan kecepatan normal. Hanya saja, dia merasa ada mobil yang sedang mengikutinya. Jarak yang tidak tergolong jauh itu pun menarik perhatian Yuna.Awalnya Yuna tidak memedulikannya, tapi tak peduli ke mana Yuna mengarahkan mobilnya, mobil di belakang selalu membuntutinya, tidak menyalipnya. Kening Yuna tampak berkerut. Yuna merasa ada yang aneh. Dia pun menoleh melirik putranya sekilas. Tampak putranya sedang duduk santai dengan memasang sabuk pengaman.“Kenzi, duduk yang bagus, ya! Mama mau ngebut!” ucap Yuna dengan nada bercanda. Dia tidak ingin putranya merasa takut.“Emm!” Kenzi mengangguk dengan kuat. Salah satu tangannya memegang sabuk pengaman.Yuna melihat Kenzi sekilas. Kemudian, dia melirik mobil di belakang dari kaca spion tengah. Dia menginjak pedal gas, lalu laju mobil mulai bertambah. Mobil yang di belakang juga mempercepat l
Awalnya mobil itu menjaga jarak dengan mobil Yuna. Tetiba mobil itu malah mengebut. Sepertinya mobil itu bukan ingin menyalip mobil Yuna, melainkan ingin menabraknya.Yuna memicingkan matanya, lalu berkata, “Nak, duduk yang bagus!”Disusul, Yuna menginjak pedal gas hingga kandas. Mobil melaju kencang. Dia mengendarai mobil dengan penuh konsentrasi.“Kenapa? Kenapa?” Terdengar suara aneh dari ujung telepon, Juan pun langsung bertanya.“Nggak kenapa-napa. Sepertinya mobil di belakang ingin nabrak mobilku. Jadi, aku tambah kecepatan!” balas Yuna dengan tenang.“Tabrak?” jerit Juan, “Apa itu namanya tidak kenapa-napa?”Kemudian, terdengar Juan sedang menelepon yang lain, “Kalian sudah sampai belum? Kenapa lambat sekali? Yang cepat! Kalau terjadi apa-apa samamereka, jangan harap kalian bisa hidup lagi!”Yuna tidak pernah mendengar Juan yang begitu marah. Meskipun Juan marah, paling-paling dia hanya akan mengusir saja, dia juga tidak akan mengancam orang dengan nyawa mereka.“Pak Tua, yang t
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S