Pintu gerbang besi yang awalnya tertutup rapat sudah dibuka. Maksudnya … Steve diperbolehkan untuk masuk?Melihat pintu dibuka, Steve malah merasa ragu. Tadi Steve sudah memakinya dengan begitu kasar. Sekarang Monica malah membuka pintu membiarkan dirinya masuk. Jangan-jangan semua ini adalah jebakan? Dia sudah mempersiapkan bawahannya untuk menggebuki Steve?Dengan berpikir seperti ini, Steve mulai ketakutan. Hanya saja, dia tidak boleh menunjukkannya. Steve melihat ke arah kamera CCTV, lalu tersenyum sinis. “Kenapa? Kamu mau suruh aku masuk? Aku nggak mau! Atas dasar apa aku mesti menuruti apa katamu! Asal kamu tahu, Monica, aku sudah cukup dengan semua ini! Aku memang menghormatimu, mencintaimu, dan terus mengalah sama kamu, tapi bukan berani kamu bisa injak-injak aku. Bagaimanapun, aku juga adalah tuan muda dari Keluarga Setiawan. Belakangan ini kamu sudah keterlaluan! Aku malas meladenimu lagi!”Selesai berbicara, Steve langsung berjalan pergi.Di dalam ruang tamu, melihat Steve b
Adam memang tidak bersuara. Hanya saja, dengan kemampuan andalnya dalam mengendarai sepeda motor, dia yakin dirinya tidak akan membahayakan nyawa Steve. Ketika sepeda motor berhenti di depan pintu vila, tampak Monica sudah berdiri di depan pintu sambil melihat ke bawah tangga. Saat ini, Steve sudah tidak bersuara lagi. Dia seolah-olah sudah kehilangan tenaganya berbaring lemas di atas lantai. Jas yang dikenakannya juga sudah compang-camping. Penampilannya memang terlihat sangat menyedihkan.“Lho, aku kira siapa? Bukankah kamu itu Steve? Tuan Muda Keluarga Setiawan yang sangat terkenal itu? Kenapa? Nggak marah lagi?” Dilihat dari senyuman di wajah Monica, sepertinya suasana hatinya cukup bagus saat ini.Tidak ada yang bisa pergi setelah memakinya!Steve ingin sekali memaki dengan kata-kata kasar. Hanya saja, dia tidak sanggup berbicara sepatah kata pun saat ini. Seluruh tulang di tubuhnya seolah-olah hampir putus saja, rasanya sakit sekali! Sepertinya sekujur tubuhnya sudah lecet, dia
Monica melihat Steve sekilas, lalu membalikkan badan untuk memasuki vila. “Masuklah!”Melihat bayangan punggung Monica, Steve pun tertegun sejenak, lalu menoleh menatap lelaki berwajah sedingin es itu. Kemudian, dia segera berjalan masuk.Baru saja Steve mengangkat salah satu kakinya, luka di tubuhnya tertarik dan rasanya sungguh sakit. Dia merintih kesakitan sambil menarik napas dalam-dalam. Saat ini, lelaki berwajah dingin itu melintasi sisi Steve, lalu mendahuluinya memasuki vila. Melihat sosok arogan si lelaki, Steve bersumpah dalam hati, suatu hari nanti dia pasti akan membalaskan dendamnya.Begitu masuk ke dalam vila, tampak Monica sedang duduk di sofa sambil menyeduh teh dengan santainya.Rasa emosi di hati Steve masih belum lenyap. Dia melangkah berjalan ke sofa di seberang Monica. Tanpa memedulikan kotoran yang menempel di pakaiannya, Steve langsung duduk di sofa.Monica melirik Steve sekilas, lalu berkata, “Adam, bawa Tuan Steve untuk mandi dulu. Beri dia pakaian bersih.”Ba
“Jadi semalam kamu ….”Sebenarnya Steve ingin berkata bukankah dia sudah setuju semalam. Hanya saja, setelah dipikir-pikir, tidaklah jarang wanita ini memungkiri janjinya.Sesuai dugaan Steve, Monica malah berkata, “Semalam ya semalam, hari ini sudah lain cerita. Semalam aku memang sudah menyetujuimu, tapi hari ini aku sudah berubah pikiran. Oh ya, siapa suruh kamu melakukan hal memalukan seperti itu? Apa kamu nggak tahu masalah lamaran kamu jadi viral? Ngapain kamu melamar di depan publik? Kamu kira aku topeng monyet?”Setelah dipikir-pikir, Monica semakin emosi saja. Orang yang dilamar Steve itu adalah si Hanny, bukan dirinya!Steve sungguh tidak mengerti. Jelas-jelas Monica kelihatan gembira semalam, kenapa dia jadi marah hari ini?“Jadi, kamu nggak suka dilihat orang-orang?” Setelah dipikir-pikir, sepertinya karena alasan ini.“Apa ini penting? Yang paling penting saat ini adalah apakah kamu bisa mengambil barang yang aku mau dari tangan Brandon?” ucap Monica yang sudah kehilangan
“Kalau aku nggak bisa, sepertinya kamu juga nggak ketemu kandidat yang lebih cocok daripada aku?” Steve berdiri, lalu berbicara dengan penuh percaya diri.Kenyataannya, jika bukan Monica sudah kehabisan akal, Steve yakin Monica tidak akan duduk dan bernegosiasi dengannya.Mengenai 30% saham Yukardi Group, sebenarnya Steve merasa tidak puas sekarang. Jika Monica bisa mengeluarkan saham sebesar itu dengan gampangnya, itu berarti nilai kitab rahasia jauh di atas nilai saham itu. Hanya saja, Steve tidak boleh terburu-buru. Setelah Steve mendapatkannya, tidaklah susah untuk membahas masalah harga.Hanya saja, Steve tetap akan membalas dendamnya atas semua penghinaan dan cedera yang diterimanya hari ini. Saat Steve berencana untuk pergi, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya untuk melihat Monica.Steve mengamati tubuh Monica dari atas hingga bawah, lalu berhenti pada gelas di tangannya. Ketika ditatap lama oleh Steve, Monica kembali merasa kesal. “Kenapa lagi?”“Di man
“Kenapa? Apa kamu nggak puas?” tanya Monica.Setelah dimarahi panjang lebar semalam, apa dia masih belum menyadarkan dirinya?Hanny hanya bisa mengandalkan Monica saja. Selamanya, dia hanya akan hidup menjadi bayangan Monica saja. Bukankah dia seharusnya merasa beruntung? Jika bukan berkat dirinya, Hanny pasti sudah meninggal. Mana mungkin dia masih bisa duduk di sini?Namun, gara-gara seorang lelaki berengsek, Hanny malah berantem dengannya. Hanny pasti sudah kerasukan. Dia pasti sudah gila!Hanny tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Dia tidak melawan, tidak bergerak, dan tidak menjawab, seolah-olah tidak kedengaran sama sekali.Melihat sikap Hanny, Monica merasa semakin marah lagi. Kenapa Hanny mengabaikan ucapannya? Apa Monica masih bisa memanfaatkannya lagi? Apa Monica yakin Hanny masih bisa menjadi bayangannya lagi? Apa Hanny masih akan menyamar lagi?“Apa yang ingin kamu lakukan? Apa kamu ingin mengancamku? Apa kamu kira aku nggak bisa hidup tanpa kamu?” Monica berjalan ke hadapan
Sepertinya Monica juga terkejut hingga berdiri di tempat dan tidak bersuara selama beberapa saat.Awalnya Monica mengira dengan pelajaran yang diberikannya semalam, Hanny akan merenungkan kesalahannya, menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya. Namun sekarang, Hanny malah berkata bahwa dia ingin menjadi diri sendiri?“Apa kamu sadar apa yang sedang kamu katakan? Apa kamu gila?” ucap Monica dengan ketus.“Aku nggak gila! Aku sangat sadar dengan apa yang aku katakan dan apa yang aku perbuat!” Hanny mulai berdiri, lalu berjalan ke hadapan kakaknya. Kali ini, Hanny baru menyadari ternyata dirinya lebih tinggi daripada sang kakak.Meskipun perbedaannya sangatlah kecil, setidaknya ada perbedaan di antara mereka. Mereka bukanlah satu individu yang sama!“Kak, selama ini, aku selalu menuruti ucapanmu. Aku melakukan semua yang kamu inginkan. Tapi sekarang, aku nggak mau lagi. Apa aku nggak boleh menjadi diriku sendiri? Kenapa kamu bisa hidup terpandang di luar sana, b
Setelah itu, entah karena keberuntungannya atau bukan, Hanny berkali-kali terbebas dari ancaman. Akhirnya dia baru memiliki hak untuk melanjutkan hidupnya. Hanya saja, sejak saat itu, Hanny sudah kehilangan dirinya sendiri.Hanny bukan lagi hidup menjadi diri sendiri. Dia hidup menjadi bayangan kakaknya, Monica. Asalkan Monica membutuhkannya, dia akan menampakkan diri dengan identitas Monica. Jika Hanny sedang tidak dibutuhkan, dia harus bersembunyi di tempat yang tidak bisa ditemukan siapa pun. Hanny yang dulu merasa sangat puas. Setidaknya dia bisa hidup dengan tenang. Lagi pula, ruang aktivitasnya ketika menetap di pulau juga tidaklah besar. Jadi, bersembunyi atau tidak, tidaklah berbeda baginya.Namun setelah Hanny beranjak dewasa, berhubung semakin banyak orang yang ditemuinya dan semakin banyak tempat yang dikunjunginya, dia mulai merasa tidak puas. Hal yang diinginkannya semakin banyak lagi.Hanny ingin seperti wanita lain, bisa mengenakan gaun, berjalan-jalan di luar, berpacar