Mungkin karena perubahan sikap Hanny terlalu drastis, Monica pun merasa curiga. “Benarkah?”Hanny menarik napas dalam-dalam, berdiri di hadapannya dengan agak menunduk. “Sebelumnya aku sudah lancang. Aku malah serakah ingin berpacaran dan menikah. Aku lupa nyawaku ini adalah pemberian Kakak. Tanpa Kakak, aku nggak mungkin bakal hidup sampai sekarang. Aku sudah berharap terlalu banyak.” Selesai berbicara, Hanny mengangkat tangannya menampar wajahnya sendiri. “Maaf, Kak. Nggak seharusnya aku berbicara seperti itu terhadap Kakak. Nggak seharusnya aku bikin Kakak marah.”“Semua ini salahku. Kelak aku nggak akan ketemu sama Steve lagi. Kelak aku juga nggak bakal membantah ucapan Kakak lagi. Aku masih ingin hidup, aku masih belum ingin mati. Bisa membantu meringankan beban Kakak adalah hal paling beruntung bagiku. Kak, apa kamu bisa memaafkanku?” Kedua mata Hanny tampak berkaca-kaca. Dia menatap Monica dengan wajah malangnya.Dari ekspresi takut dan gugup Hanny, sepertinya dia takut Monica
Konon katanya, anak laki-laki akan lebih mirip dengan ibunya. Brandon memang sangat mirip dengan ibunya. Itulah salah satu alasan kenapa Amara tidak menyukainya.Selama beberapa tahun ini, Amara sudah bersusah payah merencanakan jalan hidup putra bungsunya. Setelah didukung oleh Keluarga Yukardi nanti, dia pun bisa lebih tenang.Amara menyesap teh, lalu memicingkan matanya ingin menguap. Tetiba, kedengaran suara langkah kaki. Dia membuka kedua mata dengan malasnya, lalu melirik ke arah datangnya suara.Pemandangan itu membuat Amara terkejut parah. Dia melihat Steve pulang dengan pakaian compang-camping, kotor, dan berdarah, seakan-akan telah digebuki sekelompok orang saja. “Astaga!” jerit Amara, lalu spontan berdiri. Berhubung gerakan Amara terlalu cepat, kepalanya terasa kliyengan dan pandangannya sempat menggelap dalam sesaat.“Nyonya!” Pembantu yang berada di samping langsung menjerit lekas memapahnya. Steve juga segera maju untuk memapahnya. “Ma, Mama yang pelan!”Amara mengembusk
“Aduh, Mama, aku benar-benar nggak kenapa-napa!” Steve sudah tidak sabaran ingin mengorek informasi, sedangkan Amara malah terus menanyakan asal mula cederanya. Steve emosi terus mengentakkan kakinya. “Ada urusan penting yang ingin aku tanyakan padamu.”“Kamu ….” Setelah diteriaki Steve, Amara pun tertegun sejenak, lalu menghela napas tanda tidak berdaya. “Oke, oke, aku tidak tanya lagi. Katakanlah, ada masalah apa?”Steve mengamati sekeliling, lalu melambaikan tangan mengisyaratkan yang lain untuk mundur. Kemudian, Steve baru mendekati Amara, lalu bertanya, “Ma, apa kamu tahu keluarga kita punya harta turun-temurun?”Awalnya Steve masih bingung dalam mencari kitab rahasia itu. Sekarang kebetulan ibunya sedang berada di sini, bukankah ini adalah kesempatan emas?Mungkin orang lain tidak akan mengetahuinya, tetapi ibunya sudah menikah dengan ayah selama puluhan tahun. Bagaimana mungkin ibunya tidak mengetahui masalah ini?Amara terbengong ketika mendengar pertanyaan Steve. Melihat dia m
Seharusnya memang ada benda yang dinamakan kitab rahasia itu.“Tidak mungkin!” balas Amara dengan tegas, “Aku dan papamu sudah menjadi suami istri dalam waktu yang lama. Meski dia orangnya agak kaku, keras kepala, dan pilih kasih, dia juga tidak pernah berbohong sama aku. Dia tidak pernah merahasiakan apa pun dari aku! Sebenarnya dari mana kamu mendengar kabar seperti ini? Mana mungkin Keluarga Setiawan bisa memiliki kitab rahasia?”“Kata Monica! Dia sangat yakin Brandon pasti menyimpan kitab rahasia. Kitab rahasia itu pasti berisi teknik ilmu bela diri yang sangat hebat.” Kepikiran dengan tatapan yakin Monica, tiba-tiba Steve jadi kepikiran apa mungkin Monica bisa menikah dengannya demi mendapatkan kitab rahasia itu.“Teknik hebat apa? Sepertinya dia sudah kecanduan dalam latihan seni bela diri, atau dia sudah kebanyakan baca novel dan kebanyakan nonton televisi! Kenapa seorang wanita malah belajar ilmu bela diri? Entah apa yang ada di dalam benaknya!” Amara terdiam sejenak, lalu berk
“Benarkah?” Amara terlihat ragu.“Serius!” Steve mendekati ibunya, lalu menceritakan kembali apa yang dikatakan Monica. Tentu saja, dia tidak menceritakan bagian ancaman dan hinaan yang dilayangkan Monica. “Jadi, asalkan aku bisa menemukan kitab rahasia, aku pun bisa mendapatkan 30% saham Yukardi Group. Eh, salah! Nanti setelah aku memegang kendali, aku bisa mendapatkan yang lebih banyak lagi.”Akhirnya Amara sudah mengerti. Hanya saja, dia masih merasa bingung. “Apa yang dikatakan Monica itu benar? Tapi aku tidak pernah mendengar masalah kitab rahasia dari mulut papamu. Jangan-jangan dia salah informasi?”“Nggak mungkin!” balas Steve dengan menggeleng. Dia cukup yakin dengan masalah ini. “Apa Mama lupa? Monica itu berasal dari keluarga seni bela diri kuno. Boleh dikatakan bahwa dia sangat menggemari seni bela diri. Kitab itu nggak berarti bagi kita, tapi berbeda dengan Monica, dia menganggap kitab itu bagai barang paling berharga di dunia saja. Mana mungkin Monica akan salah informasi
Mengenai hal ini, Steve pun sudah memikirkannya.“Ma, aku punya pemikiranku sendiri. Mama nggak usah berpikir terlalu banyak. Aku rasa kitab rahasia itu pasti ada di rumahnya. Monica juga pernah ke rumahnya, ternyata ada banyak perangkap di rumahnya, nggak sesederhana penampilannya. Menurut Mama, kalau di dalamnya nggak ada barang berharga, hanyalah rumah biasa, apa perlu dia membuat begitu banyak perangkap?”Steve mengangkat kepalanya untuk melirik sekeliling. “Di rumah kita ada banyak perangkap dan pengawal, tapi semua itu hanyalah sistem pengamanan yang biasa. Berbeda dengan Brandon, kompleks perumahannya dilengkapi dengan fasilitas sistem keamanan terbagus di seluruh kota. Dia malah menambahkan perangkap lagi, bukankah itu karena dia sedang menyembunyikan sesuatu?”Pokoknya Steve merasa kitab rahasia itu pasti berada di dalam rumah Brandon. Hanya saja, Steve melupakan satu hal. Dia lupa Brandon pernah diculik berkali-kali di saat masih kecil dulu. Sistem keamanan yang begitu ketat
Amara mengembus napas panjang, lalu berkata dengan muram, “Mama sudah tua, Mama juga tidak ingin berebut kekuasaan dan marah-marah lagi. Mama hanya ingin mengambil kembali semua yang seharusnya menjadi milikmu. Mama hanya berharap kehidupanmu bisa lebih baik saja.”“Mama memang punya banyak anak, tapi Mama nggak punya banyak cucu. Entah dosa apa yang sudah Mama lakukan, semua kakakmu sudah pergi. Sekarang Mama hanya berharap kamu bisa hidup bahagia saja.”Amara mengangkat tangannya. Sekarang punggung tangannya sudah dipenuhi dengan keriput. Dia mengusap kepala Steve dengan pelan, lalu menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu adalah anakku. Asalkan kamu bisa hidup dengan baik, Mama juga bisa meninggal dengan tenang.”“Ma, kenapa Mama berbicara seperti ini! Mama pasti akan panjang umur dan sehat selalu. Kelak Mama masih harus membantuku untuk menjaga anakku … cucu Mama!” Steve memang pandai berbicara. Sesuai dugaannya, Amara pun tersenyum setelah mendengarnya. “Kamu ini memang pandai
Setelah dipikir-pikir, Steve merasa dirinya bagai monyet yang sedang dipermainkan saja. Awalnya dia mengira kharismanya sudah berhasil memikat hati wanita itu. Tak disangka, Monica mendekati Steve hanya demi mendapatkan kitab rahasia.Ekspresi malu, gugup, bahkan ciuman hangat itu, semuanya dilakukan Monica demi memperoleh kitab rongsokan itu?!Seumur hidup Steve, dia belum pernah bertemu dengan wanita seperti ini. Dia pun sungguh bingung entah harus berbuat apa lagi.Hanya saja, sekarang Steve sudah tidak memikirkan masalah ini lagi, dia juga tidak acuh lagi. Steve tidak lagi keras kepala ingin mendapatkannya. Ada banyak wanita di luar sana, untuk apa Steve bertengger pada wanita itu saja? Setelah dia mendapatkan saham Yukardi Group dan kekuasaan Keluarga Setiawan, mana mungkin Steve akan kekurangan wanita? Setidaknya dia akan mendapatkan wanita yang lebih baik daripada Monica yang suka berubah sikap itu.Dengan berpikir seperti ini, hati Steve terasa lebih terhibur. Sekarang yang pal