Konon katanya, anak laki-laki akan lebih mirip dengan ibunya. Brandon memang sangat mirip dengan ibunya. Itulah salah satu alasan kenapa Amara tidak menyukainya.Selama beberapa tahun ini, Amara sudah bersusah payah merencanakan jalan hidup putra bungsunya. Setelah didukung oleh Keluarga Yukardi nanti, dia pun bisa lebih tenang.Amara menyesap teh, lalu memicingkan matanya ingin menguap. Tetiba, kedengaran suara langkah kaki. Dia membuka kedua mata dengan malasnya, lalu melirik ke arah datangnya suara.Pemandangan itu membuat Amara terkejut parah. Dia melihat Steve pulang dengan pakaian compang-camping, kotor, dan berdarah, seakan-akan telah digebuki sekelompok orang saja. “Astaga!” jerit Amara, lalu spontan berdiri. Berhubung gerakan Amara terlalu cepat, kepalanya terasa kliyengan dan pandangannya sempat menggelap dalam sesaat.“Nyonya!” Pembantu yang berada di samping langsung menjerit lekas memapahnya. Steve juga segera maju untuk memapahnya. “Ma, Mama yang pelan!”Amara mengembusk
“Aduh, Mama, aku benar-benar nggak kenapa-napa!” Steve sudah tidak sabaran ingin mengorek informasi, sedangkan Amara malah terus menanyakan asal mula cederanya. Steve emosi terus mengentakkan kakinya. “Ada urusan penting yang ingin aku tanyakan padamu.”“Kamu ….” Setelah diteriaki Steve, Amara pun tertegun sejenak, lalu menghela napas tanda tidak berdaya. “Oke, oke, aku tidak tanya lagi. Katakanlah, ada masalah apa?”Steve mengamati sekeliling, lalu melambaikan tangan mengisyaratkan yang lain untuk mundur. Kemudian, Steve baru mendekati Amara, lalu bertanya, “Ma, apa kamu tahu keluarga kita punya harta turun-temurun?”Awalnya Steve masih bingung dalam mencari kitab rahasia itu. Sekarang kebetulan ibunya sedang berada di sini, bukankah ini adalah kesempatan emas?Mungkin orang lain tidak akan mengetahuinya, tetapi ibunya sudah menikah dengan ayah selama puluhan tahun. Bagaimana mungkin ibunya tidak mengetahui masalah ini?Amara terbengong ketika mendengar pertanyaan Steve. Melihat dia m
Seharusnya memang ada benda yang dinamakan kitab rahasia itu.“Tidak mungkin!” balas Amara dengan tegas, “Aku dan papamu sudah menjadi suami istri dalam waktu yang lama. Meski dia orangnya agak kaku, keras kepala, dan pilih kasih, dia juga tidak pernah berbohong sama aku. Dia tidak pernah merahasiakan apa pun dari aku! Sebenarnya dari mana kamu mendengar kabar seperti ini? Mana mungkin Keluarga Setiawan bisa memiliki kitab rahasia?”“Kata Monica! Dia sangat yakin Brandon pasti menyimpan kitab rahasia. Kitab rahasia itu pasti berisi teknik ilmu bela diri yang sangat hebat.” Kepikiran dengan tatapan yakin Monica, tiba-tiba Steve jadi kepikiran apa mungkin Monica bisa menikah dengannya demi mendapatkan kitab rahasia itu.“Teknik hebat apa? Sepertinya dia sudah kecanduan dalam latihan seni bela diri, atau dia sudah kebanyakan baca novel dan kebanyakan nonton televisi! Kenapa seorang wanita malah belajar ilmu bela diri? Entah apa yang ada di dalam benaknya!” Amara terdiam sejenak, lalu berk
“Benarkah?” Amara terlihat ragu.“Serius!” Steve mendekati ibunya, lalu menceritakan kembali apa yang dikatakan Monica. Tentu saja, dia tidak menceritakan bagian ancaman dan hinaan yang dilayangkan Monica. “Jadi, asalkan aku bisa menemukan kitab rahasia, aku pun bisa mendapatkan 30% saham Yukardi Group. Eh, salah! Nanti setelah aku memegang kendali, aku bisa mendapatkan yang lebih banyak lagi.”Akhirnya Amara sudah mengerti. Hanya saja, dia masih merasa bingung. “Apa yang dikatakan Monica itu benar? Tapi aku tidak pernah mendengar masalah kitab rahasia dari mulut papamu. Jangan-jangan dia salah informasi?”“Nggak mungkin!” balas Steve dengan menggeleng. Dia cukup yakin dengan masalah ini. “Apa Mama lupa? Monica itu berasal dari keluarga seni bela diri kuno. Boleh dikatakan bahwa dia sangat menggemari seni bela diri. Kitab itu nggak berarti bagi kita, tapi berbeda dengan Monica, dia menganggap kitab itu bagai barang paling berharga di dunia saja. Mana mungkin Monica akan salah informasi
Mengenai hal ini, Steve pun sudah memikirkannya.“Ma, aku punya pemikiranku sendiri. Mama nggak usah berpikir terlalu banyak. Aku rasa kitab rahasia itu pasti ada di rumahnya. Monica juga pernah ke rumahnya, ternyata ada banyak perangkap di rumahnya, nggak sesederhana penampilannya. Menurut Mama, kalau di dalamnya nggak ada barang berharga, hanyalah rumah biasa, apa perlu dia membuat begitu banyak perangkap?”Steve mengangkat kepalanya untuk melirik sekeliling. “Di rumah kita ada banyak perangkap dan pengawal, tapi semua itu hanyalah sistem pengamanan yang biasa. Berbeda dengan Brandon, kompleks perumahannya dilengkapi dengan fasilitas sistem keamanan terbagus di seluruh kota. Dia malah menambahkan perangkap lagi, bukankah itu karena dia sedang menyembunyikan sesuatu?”Pokoknya Steve merasa kitab rahasia itu pasti berada di dalam rumah Brandon. Hanya saja, Steve melupakan satu hal. Dia lupa Brandon pernah diculik berkali-kali di saat masih kecil dulu. Sistem keamanan yang begitu ketat
Amara mengembus napas panjang, lalu berkata dengan muram, “Mama sudah tua, Mama juga tidak ingin berebut kekuasaan dan marah-marah lagi. Mama hanya ingin mengambil kembali semua yang seharusnya menjadi milikmu. Mama hanya berharap kehidupanmu bisa lebih baik saja.”“Mama memang punya banyak anak, tapi Mama nggak punya banyak cucu. Entah dosa apa yang sudah Mama lakukan, semua kakakmu sudah pergi. Sekarang Mama hanya berharap kamu bisa hidup bahagia saja.”Amara mengangkat tangannya. Sekarang punggung tangannya sudah dipenuhi dengan keriput. Dia mengusap kepala Steve dengan pelan, lalu menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu adalah anakku. Asalkan kamu bisa hidup dengan baik, Mama juga bisa meninggal dengan tenang.”“Ma, kenapa Mama berbicara seperti ini! Mama pasti akan panjang umur dan sehat selalu. Kelak Mama masih harus membantuku untuk menjaga anakku … cucu Mama!” Steve memang pandai berbicara. Sesuai dugaannya, Amara pun tersenyum setelah mendengarnya. “Kamu ini memang pandai
Setelah dipikir-pikir, Steve merasa dirinya bagai monyet yang sedang dipermainkan saja. Awalnya dia mengira kharismanya sudah berhasil memikat hati wanita itu. Tak disangka, Monica mendekati Steve hanya demi mendapatkan kitab rahasia.Ekspresi malu, gugup, bahkan ciuman hangat itu, semuanya dilakukan Monica demi memperoleh kitab rongsokan itu?!Seumur hidup Steve, dia belum pernah bertemu dengan wanita seperti ini. Dia pun sungguh bingung entah harus berbuat apa lagi.Hanya saja, sekarang Steve sudah tidak memikirkan masalah ini lagi, dia juga tidak acuh lagi. Steve tidak lagi keras kepala ingin mendapatkannya. Ada banyak wanita di luar sana, untuk apa Steve bertengger pada wanita itu saja? Setelah dia mendapatkan saham Yukardi Group dan kekuasaan Keluarga Setiawan, mana mungkin Steve akan kekurangan wanita? Setidaknya dia akan mendapatkan wanita yang lebih baik daripada Monica yang suka berubah sikap itu.Dengan berpikir seperti ini, hati Steve terasa lebih terhibur. Sekarang yang pal
“Kenapa kamu berbicara seperti ini? Sudah wajar seorang nenek mempersiapkan keperluan pernikahan cucunya sendiri. Kenapa jadi repot? Aku malah merasa gembira!” Amara tetap menunjukkan senyuman di wajahnya.Sepertinya Amara sudah menduga Brandon akan menolaknya. Dia pun melanjutkan, “Kalian memang tidak mengerti. Ibu hamil itu memang harus banyak istirahat, tapi bukan berarti harus terus rebahan di rumah. Rebahan terus malah tidak bagus bagi Yuna dan anak di dalam kandungannya! Terkadang Yuna perlu jalan-jalan dan menghirup udara segar.”“Sejak kecil, kamu hanya dekat dengan kakeknya, kamu jarang berada di sisiku. Setelah kamu dewasa, kamu semakin sibuk saja. Sekarang jarang-jarang kamu ada waktu luang, anggap saja temani nenek dan istrimu jalan-jalan. Apa kamu keberatan? Masa kamu tidak bersedia mengabulkan permintaan kecil nenekmu? Nenekmu ini sudah tua, umur Nenek tidak panjang lagi. Sekarang, Nenek hanya ingin memupuk perasaan dengan cicitku, kenapa … kenapa malah tidak boleh?”Samb
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta