Adam memang tidak bersuara. Hanya saja, dengan kemampuan andalnya dalam mengendarai sepeda motor, dia yakin dirinya tidak akan membahayakan nyawa Steve. Ketika sepeda motor berhenti di depan pintu vila, tampak Monica sudah berdiri di depan pintu sambil melihat ke bawah tangga. Saat ini, Steve sudah tidak bersuara lagi. Dia seolah-olah sudah kehilangan tenaganya berbaring lemas di atas lantai. Jas yang dikenakannya juga sudah compang-camping. Penampilannya memang terlihat sangat menyedihkan.“Lho, aku kira siapa? Bukankah kamu itu Steve? Tuan Muda Keluarga Setiawan yang sangat terkenal itu? Kenapa? Nggak marah lagi?” Dilihat dari senyuman di wajah Monica, sepertinya suasana hatinya cukup bagus saat ini.Tidak ada yang bisa pergi setelah memakinya!Steve ingin sekali memaki dengan kata-kata kasar. Hanya saja, dia tidak sanggup berbicara sepatah kata pun saat ini. Seluruh tulang di tubuhnya seolah-olah hampir putus saja, rasanya sakit sekali! Sepertinya sekujur tubuhnya sudah lecet, dia
Monica melihat Steve sekilas, lalu membalikkan badan untuk memasuki vila. “Masuklah!”Melihat bayangan punggung Monica, Steve pun tertegun sejenak, lalu menoleh menatap lelaki berwajah sedingin es itu. Kemudian, dia segera berjalan masuk.Baru saja Steve mengangkat salah satu kakinya, luka di tubuhnya tertarik dan rasanya sungguh sakit. Dia merintih kesakitan sambil menarik napas dalam-dalam. Saat ini, lelaki berwajah dingin itu melintasi sisi Steve, lalu mendahuluinya memasuki vila. Melihat sosok arogan si lelaki, Steve bersumpah dalam hati, suatu hari nanti dia pasti akan membalaskan dendamnya.Begitu masuk ke dalam vila, tampak Monica sedang duduk di sofa sambil menyeduh teh dengan santainya.Rasa emosi di hati Steve masih belum lenyap. Dia melangkah berjalan ke sofa di seberang Monica. Tanpa memedulikan kotoran yang menempel di pakaiannya, Steve langsung duduk di sofa.Monica melirik Steve sekilas, lalu berkata, “Adam, bawa Tuan Steve untuk mandi dulu. Beri dia pakaian bersih.”Ba
“Jadi semalam kamu ….”Sebenarnya Steve ingin berkata bukankah dia sudah setuju semalam. Hanya saja, setelah dipikir-pikir, tidaklah jarang wanita ini memungkiri janjinya.Sesuai dugaan Steve, Monica malah berkata, “Semalam ya semalam, hari ini sudah lain cerita. Semalam aku memang sudah menyetujuimu, tapi hari ini aku sudah berubah pikiran. Oh ya, siapa suruh kamu melakukan hal memalukan seperti itu? Apa kamu nggak tahu masalah lamaran kamu jadi viral? Ngapain kamu melamar di depan publik? Kamu kira aku topeng monyet?”Setelah dipikir-pikir, Monica semakin emosi saja. Orang yang dilamar Steve itu adalah si Hanny, bukan dirinya!Steve sungguh tidak mengerti. Jelas-jelas Monica kelihatan gembira semalam, kenapa dia jadi marah hari ini?“Jadi, kamu nggak suka dilihat orang-orang?” Setelah dipikir-pikir, sepertinya karena alasan ini.“Apa ini penting? Yang paling penting saat ini adalah apakah kamu bisa mengambil barang yang aku mau dari tangan Brandon?” ucap Monica yang sudah kehilangan
“Kalau aku nggak bisa, sepertinya kamu juga nggak ketemu kandidat yang lebih cocok daripada aku?” Steve berdiri, lalu berbicara dengan penuh percaya diri.Kenyataannya, jika bukan Monica sudah kehabisan akal, Steve yakin Monica tidak akan duduk dan bernegosiasi dengannya.Mengenai 30% saham Yukardi Group, sebenarnya Steve merasa tidak puas sekarang. Jika Monica bisa mengeluarkan saham sebesar itu dengan gampangnya, itu berarti nilai kitab rahasia jauh di atas nilai saham itu. Hanya saja, Steve tidak boleh terburu-buru. Setelah Steve mendapatkannya, tidaklah susah untuk membahas masalah harga.Hanya saja, Steve tetap akan membalas dendamnya atas semua penghinaan dan cedera yang diterimanya hari ini. Saat Steve berencana untuk pergi, dia tiba-tiba kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya untuk melihat Monica.Steve mengamati tubuh Monica dari atas hingga bawah, lalu berhenti pada gelas di tangannya. Ketika ditatap lama oleh Steve, Monica kembali merasa kesal. “Kenapa lagi?”“Di man
“Kenapa? Apa kamu nggak puas?” tanya Monica.Setelah dimarahi panjang lebar semalam, apa dia masih belum menyadarkan dirinya?Hanny hanya bisa mengandalkan Monica saja. Selamanya, dia hanya akan hidup menjadi bayangan Monica saja. Bukankah dia seharusnya merasa beruntung? Jika bukan berkat dirinya, Hanny pasti sudah meninggal. Mana mungkin dia masih bisa duduk di sini?Namun, gara-gara seorang lelaki berengsek, Hanny malah berantem dengannya. Hanny pasti sudah kerasukan. Dia pasti sudah gila!Hanny tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Dia tidak melawan, tidak bergerak, dan tidak menjawab, seolah-olah tidak kedengaran sama sekali.Melihat sikap Hanny, Monica merasa semakin marah lagi. Kenapa Hanny mengabaikan ucapannya? Apa Monica masih bisa memanfaatkannya lagi? Apa Monica yakin Hanny masih bisa menjadi bayangannya lagi? Apa Hanny masih akan menyamar lagi?“Apa yang ingin kamu lakukan? Apa kamu ingin mengancamku? Apa kamu kira aku nggak bisa hidup tanpa kamu?” Monica berjalan ke hadapan
Sepertinya Monica juga terkejut hingga berdiri di tempat dan tidak bersuara selama beberapa saat.Awalnya Monica mengira dengan pelajaran yang diberikannya semalam, Hanny akan merenungkan kesalahannya, menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya. Namun sekarang, Hanny malah berkata bahwa dia ingin menjadi diri sendiri?“Apa kamu sadar apa yang sedang kamu katakan? Apa kamu gila?” ucap Monica dengan ketus.“Aku nggak gila! Aku sangat sadar dengan apa yang aku katakan dan apa yang aku perbuat!” Hanny mulai berdiri, lalu berjalan ke hadapan kakaknya. Kali ini, Hanny baru menyadari ternyata dirinya lebih tinggi daripada sang kakak.Meskipun perbedaannya sangatlah kecil, setidaknya ada perbedaan di antara mereka. Mereka bukanlah satu individu yang sama!“Kak, selama ini, aku selalu menuruti ucapanmu. Aku melakukan semua yang kamu inginkan. Tapi sekarang, aku nggak mau lagi. Apa aku nggak boleh menjadi diriku sendiri? Kenapa kamu bisa hidup terpandang di luar sana, b
Setelah itu, entah karena keberuntungannya atau bukan, Hanny berkali-kali terbebas dari ancaman. Akhirnya dia baru memiliki hak untuk melanjutkan hidupnya. Hanya saja, sejak saat itu, Hanny sudah kehilangan dirinya sendiri.Hanny bukan lagi hidup menjadi diri sendiri. Dia hidup menjadi bayangan kakaknya, Monica. Asalkan Monica membutuhkannya, dia akan menampakkan diri dengan identitas Monica. Jika Hanny sedang tidak dibutuhkan, dia harus bersembunyi di tempat yang tidak bisa ditemukan siapa pun. Hanny yang dulu merasa sangat puas. Setidaknya dia bisa hidup dengan tenang. Lagi pula, ruang aktivitasnya ketika menetap di pulau juga tidaklah besar. Jadi, bersembunyi atau tidak, tidaklah berbeda baginya.Namun setelah Hanny beranjak dewasa, berhubung semakin banyak orang yang ditemuinya dan semakin banyak tempat yang dikunjunginya, dia mulai merasa tidak puas. Hal yang diinginkannya semakin banyak lagi.Hanny ingin seperti wanita lain, bisa mengenakan gaun, berjalan-jalan di luar, berpacar
Mungkin karena perubahan sikap Hanny terlalu drastis, Monica pun merasa curiga. “Benarkah?”Hanny menarik napas dalam-dalam, berdiri di hadapannya dengan agak menunduk. “Sebelumnya aku sudah lancang. Aku malah serakah ingin berpacaran dan menikah. Aku lupa nyawaku ini adalah pemberian Kakak. Tanpa Kakak, aku nggak mungkin bakal hidup sampai sekarang. Aku sudah berharap terlalu banyak.” Selesai berbicara, Hanny mengangkat tangannya menampar wajahnya sendiri. “Maaf, Kak. Nggak seharusnya aku berbicara seperti itu terhadap Kakak. Nggak seharusnya aku bikin Kakak marah.”“Semua ini salahku. Kelak aku nggak akan ketemu sama Steve lagi. Kelak aku juga nggak bakal membantah ucapan Kakak lagi. Aku masih ingin hidup, aku masih belum ingin mati. Bisa membantu meringankan beban Kakak adalah hal paling beruntung bagiku. Kak, apa kamu bisa memaafkanku?” Kedua mata Hanny tampak berkaca-kaca. Dia menatap Monica dengan wajah malangnya.Dari ekspresi takut dan gugup Hanny, sepertinya dia takut Monica
Karena semuanya terjadi begitu mendada, tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Setelah Fred mengatur semuanya sesuai dengan rencananya, dia pergi ke kamar di mana sang Ratu berada. Dia mengutus orang kepercayaannya untuk berjaga, menjamin supaya kondisi kesehatan Ratu tetap prima. Namun dua hari terakhir tiba-tiba kondisinya memburuk.Awalnya Fred bahkan curiga sang Ratu bersekongkol dengan Yuna karena mereka berdua sama-sama jatuh sakit. Namun setelah dipikirkan lagi, mereka tidak punya alasan yang cukup meyakinkan untuk itu. Terlebih lagi mereka berdua juga sudah tidak berada di tempat yang sama. Tidak mungkin mereka bisa berkomunikasi dalam bentuk apa pun.Begitu masuk, Fred melihat Ratu yang terbaring lemas di atas ranjang. Dia menghampiri sang Ratu, membungkukkan badannya dan berkata dengan santun. “Yang Mulia? Yang Mulia?”Kelopak mata Ratu terlihat ada sedikit pergerakan, tetapi dia tidak membuka matanya entah karena memang tidak kuat, atau karena dia tidak ingin
Rainie duduk di pojokan seorang diri, berpikir mengapa Fred melakukan ini, dan mengapa dia mengumumkannya secara mendadak. Fred sendiri tahu ini terlalu mendadak, tetapi mau bagaimana lagi. Tubuh sang Ratu terus melemah dan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Sejak awal Fred sudah tahu kalau kondisi kesehatan sang Ratu kurang baik, makanya dia mau menyelesaikan eksperimennya secepat mungkin, dan mencari tubuh pengganti yang sehat secara fisik. Tetapi dia malah menemui masalah yang berkepanjangan sampai detik ini. Sementara itu kesehatan sang Ratu terus memburuk. Meski sudah diobati oleh sekelompok dokter terpercaya pun, yang namanya penuaan memang tidak bisa dicegah. Organ-organ tubuhnya kian melemah. Proses penuaan yang dialami oleh sang Ratu membuat Fred ketakutan. Sekarang dia masih cukup sehat, tetapi sebentar lagi dia juga akan memasuki usia tua dan tubuhnya juga pasti perlahan akan ikut melemah.Semua orang sama di hadapan hidup dan mati. Tidak ada seorang pun yang bisa me
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam