Mendengar perintah Monica, Hanny refleks menuruti apa katanya, langsung berlutut di tempat.Monica berdiri, lalu berjalan ke sampingnya. Tetiba Monica menghentikan langkahnya, menundukkan kepalanya menatap Hanny tanpa bersuara.Tanpa mengangkat kepala pun, Hanny bisa merasakan tatapan penuh amarah yang sedang melihatnya. Hanny tidak bersuara, dia hanya menundukkan kepalanya sambil menggigit kedua bibirnya dengan erat.Sebenarnya sejak Hanny dan Steve meninggalkan perusahaan untuk pergi makan malam, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menerima hukuman. Jadi saat ini, Hanny tidak terlalu gugup, melainkan sedang bersiap-siap untuk menunggu hukuman.“Sekarang kamu sudah besar, ya!” ucap Monica dengan perlahan. Salah satu tangannya diletakkan di atas pundak Hanny. Kemudian, dia melanjutkan, “Sekarang kamu sudah semakin hebat saja!”Rasa sakit seketika terasa di bagian pundak. Tidak dipungkiri, tenaga Monica memang besar. Tak peduli betapa miripnya Hanny dengan kakaknya, dia tetap tidak
Raut wajah Monica juga sudah berubah.Monica adalah seorang praktisi seni bela diri. Dia sangat memiliki batasan dalam mengeluarkan tenaganya. Hanya saja, tenaganya tadi memang sudah terlalu besar dan meretakkan tulang Hanny. Sebenarnya Monica juga tidak berencana untuk berbuat seperti ini. Hanya saja, amarah di hatinya terus membara membuat dirinya kehilangan akal sehatnya.Masalah ini juga bukanlah hal bagus Monica.“Nona,” panggil Adam yang berada di samping.Adam terlihat berdiri di samping dengan sangat tenang. Selain Monica, hidup matinya orang lain tidak ada hubungannya dengan dia, meski orang itu memiliki wajah yang mirip dengan majikannya.Monica menundukkan kepalanya menatap wanita yang sedang tidak menyadarkan diri di lantai. Melihat wajah yang sangat mirip dengannya, Monica spontan merasa semakin kesal lagi. “Bawa dia ….”Baru saja Monica hendak menyuruh Adam untuk membawanya kembali ke kamar. Tiba-tiba suatu kilau cahaya terlintas di matanya.Setelah melihat dengan saksama
Ucapan Hanny itu sungguh mengagetkan Monica.Ini adalah pertama kalinya Hanny berani meminta kembali barang yang diambilnya.Sejak kecil, Hanny hanya berani mengambil barang pemberian Monica saja. Sejak kapan, dia berani meminta barang dari Monica?Sepertinya cincin ini …. Bukan, lebih tepatnya lelaki itu sangat penting bagi Hanny?Dengan berpikir seperti ini, tatapan Monica semakin tajam lagi. Tatapan yang awalnya tertuju ke cincin beralih ke diri Hanny. “Apa katamu? Coba ulangi sekali lagi. Aku nggak jelas.”Dari ekspresi Monica, dapat diketahui bahwa dia sudah mendengarnya dengan sangat jelas. Hanny tidak seharusnya berbicara lagi. Sekarang kakaknya sedang marah. Rasa sakit di pundaknya hanyalah peringatan supaya dia tidak berulah lagi.Namun, ketika melihat cincin ini, terlintas bayangan wajah Steve. Hanny masih ingat dengan janji sucinya. Dia ingin bersama dengan lelaki itu selamanya. Lagi pula, masalah juga sudah berkembang hingga tahap seperti ini. Tidak ada gunanya untuk takut
Sambil berbicara, Hanny sambil menangis histeris, seolah-olah barang yang penting baginya itu akan hancur.Melihat air mata membanjiri wajah itu, emosi Monica malah memuncak.Sejak kapan dirinya pernah menangis seperti ini? Meskipun Hanny dipukul oleh Monica ataupun dikurung selama setengah tahun, dia juga tidak pernah menangis seperti ini. Seorang bayangan tidak seharusnya memiliki pemikiran sendiri. Namun sekarang, demi sebuah cincin rongsokan, dia malah menangis sehisteris ini.Bahkan tulang belikatnya juga sudah retak dan lengannya juga sudah tidak bisa diangkat. Dia malah masih ingin mengambil cincin itu kembali. Dari mana asal kekuatannya?Sepertinya Monica sudah salah. Dia sudah meremehkan pengaruh si lelaki pecundang itu. Dia sungguh tidak menyangka seorang lelaki berengsek akan membangkitkan sikap pembangkang seekor kelinci yang penurut itu. Sepertinya dia tidak boleh dibiarkan lagi!Kepikiran hal ini, tatapan Monica semakin tajam lagi. Dia langsung mengangkat kakinya untuk me
Berhubung sedang terluka dan emosi, Monica tidak bisa tidur nyenyak di malam ini. Kepala dan dadanya pun terasa sakit ketika bangun tidur, temperamennya juga semakin buruk.Monica meneguk air sambil mencari ponselnya. Pada saat ini, dia baru teringat bahwa ponsel sudah dibantingnya semalam. Sepertinya dia harus membeli ponsel baru.Kebetulan Monica merasa penat dalam dua hari ini, dia pun pergi jalan-jalan sekaligus memikirkan rencana selanjutnya. Brandon sudah mewaspadainya dan kitab rahasia sangatlah sulit untuk didapatkan. Sekarang tidak ada gunanya lagi Monica pergi ke Kediaman Setiawan. Sebab, kitab itu tidak mungkin berada di sana.Namun, kitab rahasia itu sudah dicari-cari Monica selama bertahun-tahun. Dia tidak mungkin akan menyerah begitu saja!Rasa sakit kembali menyerang kepala Monica. Dia menelan sebutir obat, memaksakan dirinya untuk tetap bersemangat. Pada saat Monica becermin, dia menyadari sepertinya dia sudah semakin kurus saja, semakin mirip dengan adiknya.Kepikiran
“Kamu? Kamu Nona Monica, ya?” Ketika dipertanyakan, salah seorang pramuniaga langsung bertanya.“Iya, benar!” Monica mengangguk. “Kamu kenal sama aku?”“Wah!” Siapa sangka reaksi mereka berdua akan begitu berlebihan. Mereka bahkan menjerit dengan serempak, kelihatan sangat kegirangan. “Apa kamu benar-benar Nona Monica?! Tadi sewaktu kamu masuk, aku merasa kamu mirip sekali sama dia. Tak disangka, kamu lebih cantik daripada di televisi! Kamu beruntung sekali! Selamat menempuh hidup baru, ya!”Monica terdiam membisu. Dia sungguh kebingungan. Apa yang sedang mereka katakan? Televisi? Selamat menempuh hidup baru?Sebentar, selamat menempuh hidup baru?Tiba-tiba Monica teringat hal bodoh yang dilakukan Hanny semalam. Dia menyipitkan matanya, lalu bertanya, “Tadi kalian bilang dari mana kalian melihatku? Televisi?”“Betul! Betul!” Salah satu pramuniaga mengangguk kuat. “Video lamaran Tuan Steve semalam sudah viral di internet! Dia romantis sekali! Kalian berdua sungguh serasi!”Serasi kepala
Ketika mendengar adanya suara mesin mobil, Steve spontan mengangkat kepalanya terbangun dari tidurnya. Dia memalingkan kepalanya melihat mobil yang kembali, lalu melihat sosok Monica yang sedang duduk di dalam mobil. Seketika terlintas kegembiraan di wajahnya. Dia langsung berlari ke arah mobil tersebut.Melihat kedatangan Steve, Adam memalingkan kepalanya. “Nona?”“Nggak usah ladeni dia! Jalan saja!” Tidak terlihat ekspresi apa-apa dari wajah Monica.Setelah mendapat perintah, Adam langsung menginjak pedal gas, mobil pun melintas melewati sisi Steve dengan kencang. Jika bukan karena Steve sempat mengelak, sepertinya dia sudah keserempet mobil.Steve pun bingung.Pintu gerbang vila terbuka dan mobil Monica memasuki ke dalam. Ketika Steve tersadar dari bengongnya, tampak pintu sudah mulai ditutup. Dia langsung berlari ke sisi pintu. Berhubung pintu ditutup dengan cepat, Steve tidak berhasil masuk ke dalam, malah menabrak pintu gerbang yang kokoh itu.“Bamm!”Steve sungguh bingung dan ma
Bisa dibayangkan, jika tadi Steve tidak sempat untuk melarikan diri, sepertinya tubuhnya akan ditusuk anak panah hingga berlubang-lubang!Steve kembali berdiri sambil menatap anak-anak panah di lantai. Emosinya membara dalam sesaat. Dia pun berteriak, “Monica Yukardi! Aku tahu kamu bisa mendengarku, apa maksudmu? Jelaskan!” Tidak dipungkiri, Steve memang menginginkan aset Keluarga Yukardi, lalu beraliansi dengan Keluarga Yukardi untuk mengalahkan Brandon. Kepikiran hal ini, Steve memilih untuk bersabar. Namun belum sempat Steve mengalahkan Brandon, nyawanya malah hampir melayang di tangan nona besar yang suka berubah-ubah pikiran.Sebelumnya Steve mengira Monica bisa bersikap seperti itu karena dimanja sejak kecil. Dia pun mencoba untuk toleransi. Hanya saja, bagaimana dengan hari ini? Bukankah perbuatan ini dinamakan pembunuhan berencana?Jelas-jelas hubungan mereka berdua baik-baik saja semalam. Monica masih menunjukkan ekspresi malu ketika dilamar olehnya. Hari ini, Monica malah ti